Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kalla: Kalau Semua Makan dengan Cara Restoran Padang, Dunia Tidak Kelaparan

Kompas.com - 18/06/2015, 15:41 WIB
Icha Rastika

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com
- Wakil Presiden Jusuf Kalla berpendapat bahwa menjaga kelestarian lingkungan berkaitan dengan menjaga pola konsumsi masyarakat. Ia menekankan pentingnya berhemat dalam mengkonsumsi bahan makanan. Kalla menyebut warga dunia tidak akan kelaparan jika masing-masing mengkonsumsi bahan makanan secara wajar.

"Kalau semua orang makan dengan pedoman cara Islam, atau restoran Padang, dunia tidak kelaparan. Kita diajarkan harus makan jangan sampai ada sisa," kata Kalla saat membuka Pekan Lingkungan dan Kehutanan Indonesia ke-19 di Jakarta Convention Center, Kamis (18/6/2015).

Menurut Kalla, 25 persen dari sampah yang ada saat ini adalah sisa makanan. Jika tidak ada sisa makanan, maka tidak ada warga di belahan dunia mana pun yang kelaparan. Ia juga menyampaikan bahwa Pemerintah tidak perlu mengimpor beras jika masyarakat tidak membuang-buang makanan.

"Jaga lingkungan juga harus menjaga konsumsi dengan benar, bukan hanya produksinya," ucap Kalla.

Wapres lantas menyebutkan contoh hemat energi lainnya yang bisa dilakukan aparat Pemerintah. Salah satunya adalah budaya mengenakan batik yang sering dilakukan pemerintahan saat ini. Menurut Kalla, berbusana batik bisa menghemat energi dibandingkan dengan memakai jas atau safari lengkap.

"Dulu kalau kementerian bikin acara, pakai jas lengkap atau safari lengkap, sekarang enggak ada lagi agar AC (pengatur suhu ruangan) tidak terlalu dingin. Kalau dingin, orang pakai jas," ucap Kalla.

Di samping itu, pemakaian batik menurut Kalla lebih hemat tenaga listrik untuk mencuci. "Batik kan bisa dipakai tiga hari, sama hemat, jadi itulah kira-kira upaya menjaga semua sistem lingkungan," sambung dia.

Contoh lainnya adalah penggunaan komputer yang sedianya bisa menghemat penggunaan kertas. Dengan komputer, file bisa disimpan dalam bentuk soft copy sehingga tidak selalu harus dicetak dalam lembartan kertas. Namun sejauh ini, Kalla menilai perkantoran belum berhasil menghemat kertas meskipun teknologi komputerisasinya telah menunjang.

"Kita tetap masalah juga, pakai komputer juga pakai kertas jadi lebih boros. Arsip di kantor masih tinggi padahal pakai komputer agar kertas berkurang, semua harus jadi bagian untuk menjaga hutan dan lingkungan. Hutan dan lingkungan bukan hanya pesta, kalpataru, dan adipura," kata dia.

Adapun Pekan Lingkungan dan Kehutanan Indonesia merupakan pameran lingkungan dan kehutanan yang rutin digelar Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Pameran yang berlangsung selama 18 hingga 21 Juni ini merupakan salah satu rangkaian peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia yang jatuh pada 5 Juni. Tema utama yang diusung dalam kegiatan ini adalah "Mimpi dan Aksi Bersama untuk Keberlanjutan Kehidupan di Bumi".

"Pekan lingkungan dan kehutanan ini merupakan ajang untuk menunjukkan kinerja dan capaian yang diperoleh berbagai program yang kegiatan yang dilaksanakan pemerintah, dunia usaha, serta masyarakat di bidang pembangunan lingkungan hidup dan kehutanan," kata Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya.

Di samping itu, program ini merupakan sarana sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat mengenai pengelolaan lingkungan hidup dan kehutanan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Respons Luhut Soal Orang 'Toxic', Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Respons Luhut Soal Orang "Toxic", Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Nasional
Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Nasional
Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Nasional
Mencegah 'Presidential Club' Rasa Koalisi Pemerintah

Mencegah "Presidential Club" Rasa Koalisi Pemerintah

Nasional
Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasional
Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Nasional
PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

Nasional
Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang 'Toxic' di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang "Toxic" di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Nasional
Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Nasional
BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena 'Heatwave' Asia

BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena "Heatwave" Asia

Nasional
Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang 'Online' dari Pinggir Jalan

Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang "Online" dari Pinggir Jalan

Nasional
Maksud di Balik Keinginan Prabowo Bentuk 'Presidential Club'...

Maksud di Balik Keinginan Prabowo Bentuk "Presidential Club"...

Nasional
Resistensi MPR Usai PDI-P Harap Gugatan PTUN Bikin Prabowo-Gibran Tak Dilantik

Resistensi MPR Usai PDI-P Harap Gugatan PTUN Bikin Prabowo-Gibran Tak Dilantik

Nasional
“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

Nasional
Prabowo Dinilai Bisa Bentuk 'Presidential Club', Tantangannya Ada di Megawati

Prabowo Dinilai Bisa Bentuk "Presidential Club", Tantangannya Ada di Megawati

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com