Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kabinet Kerja Segera Dirombak

Kompas.com - 20/05/2015, 15:00 WIB


JAKARTA, KOMPAS
- Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla, dalam waktu dekat, akan merombak Kabinet Kerja. Dua hingga tiga menteri dipertimbangkan akan diganti dan beberapa di antaranya akan bertukar tempat atau posisi. Langkah ini untuk memperbaiki kinerja pemerintah serta membangun optimisme dan harapan baru di masyarakat terhadap pemerintah.

Perombakan kabinet ini menjadi salah satu topik yang dibicarakan secara intensif antara Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla saat mereka bertemu empat mata selama sekitar 45 menit di Kantor Presiden, Kompleks Istana, Jakarta, Selasa (19/5/2015).

Pertemuan itu berlangsung di lantai bawah Kantor Presiden dan dilakukan seusai Sidang Kabinet Paripurna yang berlangsung pukul 09.00-11.30.

Menteri Sekretaris Negara Pratikno menyatakan belum tahu soal hasil pertemuan tersebut. Namun, Wapres Kalla membenarkan perombakan kabinet termasuk yang dibicarakan. "Haha-ha, ingin tahu saja. Iya, lah, itu (perombakan) termasuk yang dibicarakan," kata Kalla.

Sebelumnya, Wapres pernah menyatakan, perombakan kabinet akan dilakukan dua hingga tiga bulan mendatang atau setelah hari raya Idul Fitri yang jatuh pada pertengahan Juli. Namun, perombakan itu kemungkinan akan dipercepat. "Dalam waktu dekat agar lebih baik dan meyakinkan," katanya.

Berdasarkan penelusuran Kompas, ada dua hingga tiga menteri yang akan diganti dalam perombakan ini. Beberapa menteri lain akan bertukar posisi karena selama ini dianggap kurang tepat di posisinya meski sosoknya memiliki komitmen yang tinggi dan profesional. "Teman- teman media sudah tahu," jawab Kalla sambil tertawa saat ditanya sejumlah menteri yang akan diganti atau bertukar posisi.

Sebelumnya, sejumlah menteri pernah dikritisi karena selain belum menunjukkan program, kinerjanya juga belum terlihat.

Cermati kritik

Sekretaris Jenderal PDI-P Hasto Kristiyanto menuturkan, partainya belum mendengar rencana Presiden untuk merombak kabinet. Namun, jika perombakan kabinet dilakukan, PDI-P menghormatinya karena itu merupakan hak prerogatif presiden. "Kami hanya berharap, jika perombakan kabinet dilakukan, tidak menimbulkan masalah politik baru," katanya.

"Jika ada menteri yang dievaluasi, evaluasi itu idealnya berdasarkan kinerja dan dapat mengungkap akar masalah yang membuat kinerja tak optimal," ucap Hasto.

Hasto menuturkan, konsentrasi PDI-P sebagai partai pengusung pasangan Jokowi-Kalla adalah mencermati sejumlah kritik yang muncul ke pemerintah untuk kemudian membantu mencari solusinya.

"Pemenuhan kebutuhan pokok dan turunnya daya beli masyarakat menjadi persoalan yang saat ini mendesak dipecahkan. Harga gabah anjlok, tetapi harga beras di pasaran tinggi. Kami mengkaji masalah ini untuk kemudian solusinya disampaikan kepada parlemen atau pemerintah," tutur Hasto.

Hasil survei Litbang Kompas, masyarakat mengapresiasi kinerja pemerintah di bidang politik dan kesejahteraan sosial, tetapi cenderung tak puas dengan kinerja di bidang ekonomi dan hukum (Kompas, 27/4). (NWO/HAR)

* Artikel ini terbit di harian Kompas edisi 20 Mei 2015 dengan judul "Kabinet Kerja Segera Dirombak".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Budi Arie Didesak Mundur, Projo: Masak Komandan Kabur?

Budi Arie Didesak Mundur, Projo: Masak Komandan Kabur?

Nasional
Selain Penjara 12 Tahun, SYL Juga Dituntut Bayar Uang Pengganti Rp 44,2 Miliar dan 30.000 Dollar AS

Selain Penjara 12 Tahun, SYL Juga Dituntut Bayar Uang Pengganti Rp 44,2 Miliar dan 30.000 Dollar AS

Nasional
Dugaan Pemerasan di Kementan, Eks Sekjen Dituntut 6 Tahun Kurungan

Dugaan Pemerasan di Kementan, Eks Sekjen Dituntut 6 Tahun Kurungan

Nasional
Buntut Peretasan, Pemerintah Kaji Contoh Pengelolaan PDN di Luar Negeri

Buntut Peretasan, Pemerintah Kaji Contoh Pengelolaan PDN di Luar Negeri

Nasional
Bertemu Delegasi Parlemen Thailand, Menpan-RB Anas Bahas Transformasi Digital

Bertemu Delegasi Parlemen Thailand, Menpan-RB Anas Bahas Transformasi Digital

Nasional
Presiden PKS Bertemu Surya Paloh Sebelum Umumkan Anies-Sohibul, Nasdem Ungkap Isi Pembicaraan

Presiden PKS Bertemu Surya Paloh Sebelum Umumkan Anies-Sohibul, Nasdem Ungkap Isi Pembicaraan

Nasional
Pindahkan Data Imigrasi ke Web Amazon, Yasonna: Bagus, Tak Ada Lagi Kendala

Pindahkan Data Imigrasi ke Web Amazon, Yasonna: Bagus, Tak Ada Lagi Kendala

Nasional
Faktor Lanjut Usia jadi Hal Meringankan SYL Dituntut 12 Tahun Penjara

Faktor Lanjut Usia jadi Hal Meringankan SYL Dituntut 12 Tahun Penjara

Nasional
Sidang Tututan SYL, Ada Aliran Uang ke Partai Nasdem Rp 965 Juta dari Kementan

Sidang Tututan SYL, Ada Aliran Uang ke Partai Nasdem Rp 965 Juta dari Kementan

Nasional
SYL Dituntut 12 Tahun Penjara

SYL Dituntut 12 Tahun Penjara

Nasional
WN China Tersangka Penipuan 'Online' Diduga Tipu 800 Korban hingga Rugi Ratusan Miliar

WN China Tersangka Penipuan "Online" Diduga Tipu 800 Korban hingga Rugi Ratusan Miliar

Nasional
Jaksa KPK Ungkap Anak SYL Kemal Redindo Kembalikan Uang Rp 253 Juta

Jaksa KPK Ungkap Anak SYL Kemal Redindo Kembalikan Uang Rp 253 Juta

Nasional
Soal Kerja Sama dengan PKS di Pilkada Jakarta, Nasdem: Bisa Iya, Bisa Tidak

Soal Kerja Sama dengan PKS di Pilkada Jakarta, Nasdem: Bisa Iya, Bisa Tidak

Nasional
Dukung Ridwan Kamil, Projo: Dalam Sejarah, Petahana Selalu Kalah Pilkada DKI Jakarta

Dukung Ridwan Kamil, Projo: Dalam Sejarah, Petahana Selalu Kalah Pilkada DKI Jakarta

Nasional
Jaksa KPK: Pembelaan SYL Sebut Lakukan Instruksi Presiden, Tak Dapat Dibuktikan

Jaksa KPK: Pembelaan SYL Sebut Lakukan Instruksi Presiden, Tak Dapat Dibuktikan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com