Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kalla Bantah Berseberangan dengan Jokowi dalam Menyikapi Kasus Novel

Kompas.com - 04/05/2015, 18:52 WIB
Icha Rastika

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Wakil Presiden Jusuf Kalla membantah dianggap berseberangan dengan Presiden Joko Widodo dalam menyikapi proses hukum terhadap penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi Novel Baswedan. Kalla menegaskan bahwa sikapnya dan Jokowi masih sama, yakni meminta agar proses hukum terhadap Novel di kepolisian diproses secara transparan.

"Apanya yang berbeda? Dia (Jokowi) bilang transparan, saya juga bilang transparan," kata Kalla di Kantor Wakil Presiden Jakarta, Senin (4/5/2015).

Wapres juga menegaskan bahwa ia cenderung tidak memihak pihak mana pun. Kalla hanya meminta proses hukum Novel lebih terbuka dan adil.

"Tidak berbeda, Pak Jokowi juga minta begitu, coba saja tanya, minta transparan, minta adil, kan sama. Cuma Anda salah dengar saja kali," kata Kalla. (Baca: Presiden Jokowi Diminta Percepat Reformasi Polri)

Terkait dengan praperadilan yang diajukan Novel, Wapres mengapresiasinya. Ia berharap praperadilan ini bisa memperjelas duduk permasalahan kasus Novel.

Sebelumnya, saat kepolisian menangkap Novel, Jumat (1/5/2015), Kalla menilai, polisi dalam posisi serba salah. Menurut dia, jika polisi tidak mengusut perkara Novel, ada kekhawatiran institusi itu akan dituntut oleh keluarga korban.

Sementara itu, jika polisi mengusut, masyarakat akan beranggapan Polri melakukan upaya pelemahan terhadap Komisi Pemberantasan Korupsi. Ia juga berpesan agar Polri dapat secara transparan mengusut perkara yang melibatkan penyidik KPK itu hingga tuntas. Namun, ia meminta agar Polri tidak melakukan kriminalisasi terhadap KPK. (Baca: Wapres Kalla Sebut Polisi dalam Posisi Serba Salah dalam Perkara Novel)

Lebih jauh, Kalla berpandangan bahwa kasus yang melibatkan Novel merupakan perkara biasa. Sebagai seorang aparat penegak hukum, Novel harus menyadari setiap tindakan yang bertentangan dengan norma hukum akan dikenakan sanksi.

Perintah Jokowi

Sementara itu, Presiden Jokowi langsung memerintahkan Kapolri untuk membebaskan Novel. Ia juga meminta agar Polri tidak melakukan langkah-langkah yang bisa menimbulkan kontroversi di masyarakat.

Polri diminta bersinergi dengan KPK dan Kejaksaan Agung dalam memberantas korupsi. Sama seperti Kalla, Jokowi juga meminta agar proses hukum terhadap Novel berjalan transparan dan adil. (Baca: Jokowi Instruksikan Kapolri Lepaskan Novel)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

Nasional
PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

Nasional
Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Nasional
Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Nasional
'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

"Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

Nasional
Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Nasional
Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

Nasional
Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Nasional
Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Nasional
PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

Nasional
Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Soal 'Presidential Club', Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Soal "Presidential Club", Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Nasional
Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

Nasional
Soal 'Presidential Club', Golkar Yakin Prabowo Bisa Menyatukan para Presiden Terdahulu

Soal "Presidential Club", Golkar Yakin Prabowo Bisa Menyatukan para Presiden Terdahulu

Nasional
Tanggapi Isu 'Presidential Club', PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

Tanggapi Isu "Presidential Club", PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com