Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fitra: Pembangunan Gedung Baru DPR Anggaran Siluman

Kompas.com - 28/04/2015, 13:24 WIB
Icha Rastika

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (Fitra) menilai penganggaran pembangunan gedung baru Dewan Perwakilan Rakyat tidak transparan. Penganggaran untuk proyek DPR senilai Rp 1 triliun lebih itu layaknya anggaran siluman.

"Setelah kita cek di APBN-P 2015, tidak ada mata anggaran yang menunjukkan rencana pembangunan Gedung DPR satu rupiah pun, sehingga bisa dikatakan ini anggaran siluman yang muncul dan dimunculkan Ketua DPR untuk memuluskan rencana pembangunan gedung baru," kata Koordinator Advokasi dan Investigasi Fitra Apung Widadi dalam jumpa pers di Jakarta, Selasa (28/4/2015).

Setelah melakukan pengecekan dokumen APBN-P 2015, Apung mengatakan bahwa Fitra tidak menemukan mata anggaran pembangunan Gedung DPR. Hanya terdapat program peningkatan sarana dan prasarana aparatur DPR senilai kurang lebih Rp 747,1 miliar. Jumlah itu terdiri dari pengadaan perlengkapan sarana dan prasarana kantor kurang lebih Rp 233,6 juta serta pemeliharaan dan penatausahaan sarana dan prasarana gedung yang anggarannya kurang lebih Rp 513,4 miliar.

"Kalau di Pemprov DKI Jakarta ada anggaran UPS (uninterruptible power supply), ini sama. Ini anggaran siluman di DPR," kata Apung.

Apung mempertanyakan sumber anggaran untuk membangun gedung jika proyek tersebut belum dianggarkan dalam APBN-P 2015. Dikhawatirkan, pembangunan gedung baru ini nantinya memotong anggaran DPR yang lain seperti dana pengembangan kerja DPR dan dana dapil. Dengan kata lain, menurut Apung, proyek pembangunan gedung DPR ini rawan manipulasi.

"Anggaran itu akan dibiayai dari mana ketika tidak ada dalam alokasi APBNP 20159 Kalau pun ada, akan memakai anggaran yang lain," ujar Apung.

Ia menilai pimpinan DPR terlalu ambisius dengan mengatakan bahwa Presiden Joko Widodo telah menyetujui rencana pembangunan gedung DPR, padahal anggarannya belum dimasukkan dalam APBN-P 2015. Apung menengarai bahwa proyek itu dipaksakan karena sudah ada kesepakatan antara pimpinan DPR dan kontraktor.

"Logikanya yang ada di kepala Ketua DPR itu logika proyek, mark up, korupsi. Apalagi ini momentumnya setelah pemilu ada proyek ini. Apakah ini proyek pengembalian dana kampanye? Bisa saja," kata dia.

Fitra secara tegas menolak proyek pembangunan gedung DPR ini. Menurut Apung, rencana DPR membangun gedung tersebut bertolak belakang dengan kondisi masyarakat yang tengah prihatin akibat pemangkasan subsidi bahan bakar minyak, gas, dan listrik. Di samping itu, rencana pembangunan gedung ini tidak diimbangi dengan kinerja DPR. Ia menilai kinerja DPR belum optimal dalam enam bulan menjabat. Belum ada produk undang-undang yang dihasilkan DPR periode 2014-2019 ini.

"Atau pembangunan gedung ini merupakan pengalihan isu enggak penting untuk menutupi pembajakan ekonomi Indonesia, karpet merah investor, penunjukan langsung infrastruktur triliunan," ucap dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

KPK Pertimbangkan Anggota DPR yang Diduga Terima THR dari Kementan jadi Saksi Sidang SYL

KPK Pertimbangkan Anggota DPR yang Diduga Terima THR dari Kementan jadi Saksi Sidang SYL

Nasional
PDI-P Sebut Prabowo-Gibran Bisa Tak Dilantik, Pimpinan MPR Angkat Bicara

PDI-P Sebut Prabowo-Gibran Bisa Tak Dilantik, Pimpinan MPR Angkat Bicara

Nasional
Cak Imin Sebut Pemerintahan Jokowi Sentralistik, Kepala Daerah PKB Harus Inovatif

Cak Imin Sebut Pemerintahan Jokowi Sentralistik, Kepala Daerah PKB Harus Inovatif

Nasional
Pemerintah Akan Pastikan Status Tanah Warga Terdampak Erupsi Gunung Ruang serta Longsor Tana Toraja dan Sumbar

Pemerintah Akan Pastikan Status Tanah Warga Terdampak Erupsi Gunung Ruang serta Longsor Tana Toraja dan Sumbar

Nasional
Ahmed Zaki Daftarkan Diri ke PKB untuk Pilkada DKI, Fokus Tingkatkan Popularitas

Ahmed Zaki Daftarkan Diri ke PKB untuk Pilkada DKI, Fokus Tingkatkan Popularitas

Nasional
Sengketa Pileg, Golkar Minta Pemungutan Suara Ulang di 36 TPS Sulbar

Sengketa Pileg, Golkar Minta Pemungutan Suara Ulang di 36 TPS Sulbar

Nasional
Mendagri Sebut Biaya Pilkada Capai Rp 27 Triliun untuk KPU dan Bawaslu Daerah

Mendagri Sebut Biaya Pilkada Capai Rp 27 Triliun untuk KPU dan Bawaslu Daerah

Nasional
Airin Ingin Bentuk Koalisi Besar untuk Mengusungnya di Pilkada Banten

Airin Ingin Bentuk Koalisi Besar untuk Mengusungnya di Pilkada Banten

Nasional
Sebut Warga Ingin Anies Balik ke Jakarta, Nasdem: Kinerjanya Terasa

Sebut Warga Ingin Anies Balik ke Jakarta, Nasdem: Kinerjanya Terasa

Nasional
Caleg PSI Gugat Teman Satu Partai ke MK, Saldi Isra: Berdamai Saja Lah

Caleg PSI Gugat Teman Satu Partai ke MK, Saldi Isra: Berdamai Saja Lah

Nasional
Irigasi Rentang Targetkan Peningkatan Indeks Pertanaman hingga 280 Persen

Irigasi Rentang Targetkan Peningkatan Indeks Pertanaman hingga 280 Persen

Nasional
Kuasa Hukum Caleg Jawab 'Siap' Terus, Hakim MK: Kayak Latihan Tentara, Santai Saja...

Kuasa Hukum Caleg Jawab "Siap" Terus, Hakim MK: Kayak Latihan Tentara, Santai Saja...

Nasional
Heboh Brigadir RAT Jadi Pengawal Bos Tambang, Anggota DPR: Tak Mungkin Atasan Tidak Tahu, Kecuali...

Heboh Brigadir RAT Jadi Pengawal Bos Tambang, Anggota DPR: Tak Mungkin Atasan Tidak Tahu, Kecuali...

Nasional
Geledah Setjen DPR dan Rumah Tersangka, KPK Amankan Dokumen Proyek hingga Data Transfer

Geledah Setjen DPR dan Rumah Tersangka, KPK Amankan Dokumen Proyek hingga Data Transfer

Nasional
Ditegur MK Tak Serius Ikuti Sidang, KPU Mengaku Punya Banyak Agenda

Ditegur MK Tak Serius Ikuti Sidang, KPU Mengaku Punya Banyak Agenda

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com