Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Banyak Menteri Pencitraan, Jokowi Diminta Tak Ragu "Reshuffle" Kabinet

Kompas.com - 22/04/2015, 19:23 WIB
Ihsanuddin

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Direktur Eksekutif Akar Rumput Strategic Consulting (ARSC) Dimas Oky Nugroho mengatakan, isu reshuffle (perombakan kabinet) yang berkembang selama beberapa hari ke belakang perlu disambut oleh Presiden Joko Widodo. Selain sebagai langkah evaluasi Kabinet Kerja, reshuffle juga bertujuan untuk mengonsolidasikan pemerintahan sehingga lebih fokus dalam menjalankan agenda pembangunannya. 

"Dengan dilakukan reshuffle, nantinya diharapkan program-program pelayanan masyarakat yang menjadi kinerja kementerian dapat berjalan lebih baik. Namun, perlu menjadi perhatian bagi Presiden perombakan kabinet ini nantinya jangan hanya aspek kapasitas dan integritas yang menjadi pertimbangan, tetapi juga aspek profesionalitas dan loyalitas menjadi sangat penting," kata Dimas saat dihubungi, Rabu (22/4/2015).

Menurut Dimas, menteri di Kabinet Kerja saat ini dapat dibagi menjadi beberapa kategori. Pertama, menteri yang terjebak pada tarik-menarik pertarungan politik internal di pemerintahan Jokowi-JK. Kedua, menteri yang safety player, hanya menunggu momentum pencitraan untuk menyelamatkan dirinya sendiri, termasuk di dalamnya sejumlah pembantu Presiden yang bersiap-siap untuk kontes dalam Pilpres 2019 nanti.

Ketiga, menteri yang tidak punya kapasitas atau tidak tahu apa yang harus dikerjakan. Keempat, menteri yang betul-betul bekerja secara profesional dan paham apa yang menjadi isu utama kementeriannya.  

"Para pembantu Presiden harus lebih fokus pada usahanya untuk membantu kelancaran dan kesuksesan pemerintahan Jokowi, tidak terlibat dalam aksi-aksi politik murahan, dan berani pasang badan untuk kepemimpinan Presiden Jokowi," ujarnya.  

Dimas menambahkan, kebijakan melakukan reshuffle memang sepenuhnya ada di tangan Jokowi. Namun, isu ini perlu ditanggapi serius oleh Presiden karena wacana ini sudah menjadi masukan dari masyarakat yang merasakan ketidakpuasan terhadap kinerja kabinetnya.

Menurut Dimas, perombakan kabinet nantinya akan membawa pengaruh positif dalam peningkatan popularitas Presiden Jokowi jika yang dipilih nantinya betul-betul sosok yang profesional, berkapasitas, dan berintegritas. Oleh karena itu, Dimas mengharapkan Presiden dapat bertindak independen dan tidak di bawah pengaruh atau tekanan politik siapa pun.

"Karena bagaimanapun, Jokowi adalah Presiden rakyat Indonesia, didukung oleh rakyat, dan dilindungi oleh Tuhan. Tidak usah tunduk pada tekanan politik mana pun," ujarnya.

Survei Poltracking terakhir menunjukkan rendahnya kepuasan publik terhadap enam bulan awal kinerja Jokowi-JK. Mayoritas publik menginginkan adanya perombakan kabinet. Hanya 44 persen responden yang menyatakan puas terhadap kinerja pemerintah. Adapun sebanyak 41,8 persen menyatakan setuju apabila dilakukan perombakan kabinet. (Baca: Survei: Tak Puas Kinerja, Mayoritas Publik Minta Perombakan Kabinet)

Wakil Presiden Jusuf Kalla sebelumnya menekankan bahwa pemerintah bukan bekerja dalam hitungan bulan. Ia meminta masyarakat untuk melihat hasil akhir kinerja pemerintah pada lima tahun mendatang. (Baca: Ditanya Kepuasan Publik Menurun, JK Minta Lihat Hasil Kerja pada 2019)

"Pemerintah tidak bekerja hanya untuk enam bulan, bekerja untuk lima tahun, tetapi yang paling penting nanti proses sampai ujung itu lebih baik sampai sekarang," kata Kalla di Jakarta, Selasa (20/4/2015).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kata Gibran soal Urgensi Adanya Kementerian Khusus Program Makan Siang Gratis

Kata Gibran soal Urgensi Adanya Kementerian Khusus Program Makan Siang Gratis

Nasional
Riwayat Gus Muhdlor: Hilang Saat OTT, Beralih Dukung Prabowo, Akhirnya Tetap Ditahan KPK

Riwayat Gus Muhdlor: Hilang Saat OTT, Beralih Dukung Prabowo, Akhirnya Tetap Ditahan KPK

Nasional
Menag Cek Hotel dan Bus Jemaah Haji: Semua Baik

Menag Cek Hotel dan Bus Jemaah Haji: Semua Baik

Nasional
Menerka Peluang Anies dan Ahok Berduet di Pilkada DKI Jakarta

Menerka Peluang Anies dan Ahok Berduet di Pilkada DKI Jakarta

Nasional
Gibran Sebut Ada Pembahasan soal Kementerian Khusus Program Makan Siang Gratis, tapi Belum Final

Gibran Sebut Ada Pembahasan soal Kementerian Khusus Program Makan Siang Gratis, tapi Belum Final

Nasional
Pengamat: Jangankan 41, Jadi 100 Kementerian Pun Tak Masalah asal Sesuai Kebutuhan

Pengamat: Jangankan 41, Jadi 100 Kementerian Pun Tak Masalah asal Sesuai Kebutuhan

Nasional
Utak-Atik Strategi Jokowi dan Gibran Pilih Partai Politik, PSI Pasti Dicoret

Utak-Atik Strategi Jokowi dan Gibran Pilih Partai Politik, PSI Pasti Dicoret

Nasional
Gibran Lebih Punya 'Bargaining' Gabung Partai Usai Dilantik Jadi Wapres

Gibran Lebih Punya "Bargaining" Gabung Partai Usai Dilantik Jadi Wapres

Nasional
Wacana Prabowo Tambah Kementerian Dianggap Politis dan Boroskan Uang Negara

Wacana Prabowo Tambah Kementerian Dianggap Politis dan Boroskan Uang Negara

Nasional
'Golkar Partai Besar, Tidak Bisa Diobok-obok Gibran'

"Golkar Partai Besar, Tidak Bisa Diobok-obok Gibran"

Nasional
Prabowo Ingin Tambah Menteri, Wapres Ma'ruf Amin Ingatkan Pilih yang Profesional

Prabowo Ingin Tambah Menteri, Wapres Ma'ruf Amin Ingatkan Pilih yang Profesional

Nasional
[POPULER NASIONAL] Jokowi Berkelakar Ditanya soal Pindah Parpol | PDI-P Beri Sinyal di Luar Pemerintahan

[POPULER NASIONAL] Jokowi Berkelakar Ditanya soal Pindah Parpol | PDI-P Beri Sinyal di Luar Pemerintahan

Nasional
Prabowo Diharap Tetapkan 2 Syarat Utama Sebelum Tambah Kementerian

Prabowo Diharap Tetapkan 2 Syarat Utama Sebelum Tambah Kementerian

Nasional
Ide Prabowo Tambah Kementerian Sebaiknya Pertimbangkan Urgensi

Ide Prabowo Tambah Kementerian Sebaiknya Pertimbangkan Urgensi

Nasional
Wacana Prabowo Tambah Kementerian Diyakini Bakal Picu Problem

Wacana Prabowo Tambah Kementerian Diyakini Bakal Picu Problem

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com