Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hari Ke-57 Jokowi-JK: Di Laut Kita Harus Jaya

Kompas.com - 30/01/2015, 17:30 WIB
Wisnubrata

Penulis


Pemerintahan Jokowi-JK telah genap 100 hari, Selasa (27/1/2015), sejak dilantik 20 Oktober 2014. Kebijakan strategis dan langkah politik dari para pejabat baru pemerintahan menjadi sorotan. Kompas.com hari ini menulis 100 artikel yang berisi kebijakan dan peristiwa menonjol yang terjadi dalam 100 hari pemerintahan baru dari hari ke hari.

KOMPAS.com — Dalam kampanyenya, Joko Widodo selalu mendengungkan visi maritim sebagai pilar untuk meraih kejayaan Indonesia. Maka dari itu, pada hari ke-57 pemerintahannya, Presiden kembali menegaskan cita-cita itu.

Senin 15 Desember 2014, Presiden bertolak ke Kalimantan untuk menghadiri peringatan Hari Nusantara Tingkat Nasional 2014. Presiden terbang pada pukul 06.45 WIB ke Banjarmasin, Kalimantan Selatan, dengan menggunakan pesawat kepresidenan Boeing Business Jet 2 yang berkapasitas 58 penumpang.

Setelah terbang 2 jam lebih, pada pukul 09.30 Wita, Jokowi dari Bandara Syamsuddin Noer Banjarmasin, Kalsel, meneruskan perjalanannya menuju kota yang sering dikenal dengan julukan "Bumi Sa-ijaan Kotabaru" dengan menggunakan pesawat yang lebih kecil lagi, yaitu CN 295.

Di kota kabupaten yang berjarak sekitar 6 jam perjalanan jika ditempuh dengan jalan darat itu, Jokowi memimpin acara Hari Nusantara Tingkat Nasional 2014 di Pantai Saring Laut, Kotabaru. Di acara itu, Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti, Menteri Ristek dan Pendidikan Tinggi M Nasir, dan pejabat lainnya menyambut kedatangan Presiden dan rombongan terbatas.

Hari Nusantara merupakan peringatan Deklarasi Djuanda oleh Perdana Menteri Ir Djoeanda terkait wilayah teritorial laut RI pada 13 Desember 1957, yang menandai 12 mil batas lebar laut wilayah Indonesia dari garis pantai dari sebelumnya hanya 3 mil. Dengan penetapan 12 mil wilayah laut dari garis pantai Indonesia, wilayah teritorial laut dari kepulauan di Indonesia disatukan.

Momentum peringatan Hari Nusantara sangat penting dan sejalan dengan program Presiden Jokowi yang akan menjadikan Indonesia sebagai poros maritim dunia. (Baca: Hadiri Hari Nusantara, Jokowi Terbang ke Kotabaru)

Dalam acara tersebut, Jokowi menegaskan bahwa Pemerintah Indonesia tidak akan mundur dalam upaya menenggelamkan kapal-kapal ilegal yang masuk di perairan Indonesia meski diprotes negara lain. Dia meminta negara lain bisa menghormati hukum yang ada di sini.
 
"Protes enggak apa-apa, yang penting kami harus tetap konsisten atas hukum positif di laut. Negara lain harus respek dengan hukum kita," ujar Jokowi seusai acara Hari Nusantara 2014 di Pulau Laut, Kabupaten Kotabesar, Kalimantan Selatan, Senin (15/12/2014).  

Banyaknya kapal ilegal yang menjarah kekayaan laut Indonesia, sebut Jokowi, telah merugikan Indonesia sebesar Rp 300 triliun. Maka dari itu, Jokowi meminta penegakan hukum terus dilakukan. (Baca: Terkait Kapal Ilegal, Jokowi Ingatkan Negara Lain Harus Hormati Hukum Indonesia)

"Saya panas karena ada yang beri tahu saya, tiap malam ada pesta tangkap ikan. Ribuan ikan, ratusan kapal hilir mudik di tempat kita," ujar Jokowi.

Jokowi pun bertanya kepada Menteri Kelautan dan Perairan Susi Pudjiastuti. "Berapa (kapal) Bu yang hari ini sudah ditangkap?" tanyanya.

"Tiga puluh kapal, Pak," jawab Susi yang terlihat santai dengan menggunakan kaus berwarna putih, berkacamata hitam, sambil memegang kipas.

"Oh, 30-an, yang beredar itu ada 5.000-7.000 kapal, masih sangat kurang," celetuk Jokowi.

Mendengar sindiran Presiden, Susi langsung tertawa lepas dan menunjuk ke arah Panglima TNI Jenderal Moeldoko dan Kapolri Jenderal (Pol) Sutarman. Seisi ruangan pun tertawa mendengar sindiran halus Jokowi itu. (Baca: Terima Info 30 Kapal Ilegal Ditangkap Hari ini, Jokowi Sebut Masih Sangat Kurang)

Dalam kesempatan itu, Presiden bercerita bahwa dirinya menerima sejumlah protes dari kepala negara lain mengenai tindakan Indonesia menenggelamkan kapal ilegal.

"Setelah tenggelamkan kapal, saya ditelepon presiden, kepala negara lain, 'Presiden Jokowi tenggelamkan kapal pakai dinamit?' Saya kasih tahu, ini baru peringatan pertama. Nanti ada pesan kedua dan ketiga, tunggu saja," ucap Jokowi.

Jokowi mengaku tidak gentar dan akan tetap menenggelamkan kapal-kapal ilegal. (Baca: Jokowi Sebut Penenggelaman Kapal dengan Dinamit sebagai Peringatan Pertama)

"Saya kira Deklarasi Djuanda yang dicetuskan pada 13 Desember 1957 mengingatkan kita kembali bahwa sumber daya laut kita bukan besar lagi, melainkan sangat besar. Saya sampaikan, jangan sampai terjadi lagi," kata Jokowi.

Dalam akhir sambutannya, Presiden memandang ke laut dan berkata, "Lihatlah laut ini, laut adalah masa depan kita."

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Soal 'Presidential Club', Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Soal "Presidential Club", Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Nasional
Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

Nasional
Soal 'Presidential Club', Golkar Yakin Prabowo Bisa Menyatukan para Presiden Terdahulu

Soal "Presidential Club", Golkar Yakin Prabowo Bisa Menyatukan para Presiden Terdahulu

Nasional
Tanggapi Isu 'Presidential Club', PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

Tanggapi Isu "Presidential Club", PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

Nasional
Cak Imin Sebut PKB Jaring Calon Kepala Daerah dengan 3 Kriteria

Cak Imin Sebut PKB Jaring Calon Kepala Daerah dengan 3 Kriteria

Nasional
Golkar: 'Presidential Club' Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

Golkar: "Presidential Club" Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

Nasional
Jokowi Diprediksi Gandeng Prabowo Buat Tebar Pengaruh di Pilkada 2024

Jokowi Diprediksi Gandeng Prabowo Buat Tebar Pengaruh di Pilkada 2024

Nasional
Kans Parpol Pro Prabowo-Gibran Dengarkan Jokowi Tergantung Relasi

Kans Parpol Pro Prabowo-Gibran Dengarkan Jokowi Tergantung Relasi

Nasional
Demokrat Yakin Jokowi-Megawati Bisa Bersatu di 'Presidential Club'

Demokrat Yakin Jokowi-Megawati Bisa Bersatu di "Presidential Club"

Nasional
Sebut SBY Setuju Prabowo Bentuk 'Presidential Club', Demokrat: Seperti yang AS Lakukan

Sebut SBY Setuju Prabowo Bentuk "Presidential Club", Demokrat: Seperti yang AS Lakukan

Nasional
Jokowi Diperkirakan Bakal Gunakan Pengaruhnya di Pilkada Serentak 2024

Jokowi Diperkirakan Bakal Gunakan Pengaruhnya di Pilkada Serentak 2024

Nasional
Soal Kemungkinan Gabung Koalisi Prabowo, Cak Imin: Kita Lihat pada 20 Oktober

Soal Kemungkinan Gabung Koalisi Prabowo, Cak Imin: Kita Lihat pada 20 Oktober

Nasional
Kementerian PPPA Akan Dampingi Anak Korban Mutilasi di Ciamis

Kementerian PPPA Akan Dampingi Anak Korban Mutilasi di Ciamis

Nasional
'Orang Toxic Jangan Masuk Pemerintahan, Bahaya'

"Orang Toxic Jangan Masuk Pemerintahan, Bahaya"

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com