Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

JK: Saat Ini, Wapres Lebih Sering Dihormati ketimbang Presiden

Kompas.com - 09/12/2014, 15:43 WIB
Icha Rastika

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Saat menghadiri peluncuran buku Sisi Lain Istana 2 karangan wartawan Kompas, J Osdar, Selasa (9/12/2014), Wakil Presiden Jusuf Kalla sempat berseloroh mengenai posisi seorang wakil presiden. Kalla mengatakan, wapres adalah orang yang paling banyak dihormati di Indonesia. Dalam satu hari, Kalla bisa dihormati oleh Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres)lebih kurang 18 kali.

"Saat masuk rumah, keluar rumah, kita keluar rumah ada lagi (yang hormat), masuk ke Istana, keluar Istana, ke acara, keluar acara, ada lagi, sampai enam kali. Kita kembali ke kantor, ada lagi, total 18 kali dari rumah ke Istana," kata Kalla di Bentara Budaya Jakarta, Selasa (9/12/2014). Hadir pula di acara tersebut mantan Wakil Presiden Boediono.

Menurut Kalla, penghormatan kepada wapres lebih banyak dilakukan dibandingkan kepada seorang presiden. Sebab, menurut dia, seorang presiden lebih jarang dihormati karena jarang keluar Istana.

"Kalau presiden tidak pernah dihormati karena dia tinggal di Istana. Kalau kita kan, Pak Boediono, hampir setiap hari, kalah bahkan Panglima TNI," ucap Kalla seraya bercanda dengan Boediono.

Di samping soal penghormatan, Kalla bicara mengenai kehidupan wapres yang selalu bebas macet karena dikawal voorijder. "Sama seperti sekarang, ada yang mengeluh aduh Jakarta macet, (saya bilang) ah kapan Jakarta macet? Enggak pernah," kata Kalla.

Dalam kesempatan itu, pria yang biasa disapa JK ini juga menyampaikan penilaiannya mengenai kehidupan di Istana. Menurut Kalla, kehidupan di Istana sangat manusiawi. Ada suka, ada duka, ada tawa, ada kemarahan. "Isi Istana itu manusia juga, sangat manusiawi, bukan malaikat Istana itu. Ada juga salah, ada benar, ada ketawanya, ada marahnya," ujar mantan Ketua Umum Partai Golkar ini.

Meskipun demikian, Kalla mengakui bahwa hidup di Istana harus lebih berhati-hati. Sebab, menurut Kalla, apa yang diputuskan di Istana bisa mengubah perilaku bangsa. Kalla mencontohkan keputusan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi. "Kalau yang besar, katakanlah lima menit mengumumkan BBM, semua langsung berubah sikapnya," kata Kalla.

Selain terkait kebijakan, menurut Kalla, perilaku dan gaya para penghuni Istana turut menjadi contoh bagi masyarakat, misalnya cara berpakaian para presiden yang kerap trendsetter.

Kalla menceritakan, ketika masa Presiden Soeharto memimpin, sang Presiden kerap mengenakan safari. Tak ayal, gaya safari Presiden Soeharto lantas ditiru pejabat lainnya hingga ke kepala desa. Demikian juga ketika Presiden BJ Habibie memopulerkan gaya berpakaian resmi dengan mengenakan setelan jas dan kopiah. "Datang Pak Habibie, selalu pakai jas dan kopiah, semua acara Indonesia kemudian pasti pakai jas dan kopiah," kata Kalla.

Kini, Presiden Jokowi bersama Kalla memopulerkan penggunaan baju batik. Saat pelantikan kabinet, Jokowi-Kalla dan para menterinya juga kompak mengenakan batik. "Sekarang kita pakai batik, seluruh Indonesia pakai batik, modelnya juga ada di Istana, bukan di tempat lain," ucap Kalla.

Contoh lainnya, tutur Kalla, ketika Presiden Soeharto melarang pegawai negeri memiliki dua istri. Namun, aturan itu buyar ketika ada satu orang Istana yang memiliki istri lebih dari satu. "Begitu ada orang Istana yang istrinya lebih dari satu, semuanya bebas lebih dari satu. Jadi, Istana itu trendsetter," ucap Kalla.

Begitu juga ketika presiden suka menggelar rapat-rapat yang panjang. Maka dari itu, pimpinan kepala daerah akan meniru gaya kepemimpinan sang presiden. Namun, ketika sang presiden lebih suka blusukan turun ke bawah dibandingkan rapat, para menteri hingga kepala daerah akan mengikuti tren blusukan.

"Waktu Pak Boediono tenang dan sabar, semua juga tenang dan sabar, begitulah kira-kira di Istana, bagus ini. Jadi, harus disadari pengaruhnya yang resmi, tidak resmi, semua terkena. Karena itulah, kita memang harus hati-hati," tutur dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sentil KPU, Hakim MK Arief Hidayat: Sudah Hadir Ya Setelah Viral saya Marahi

Sentil KPU, Hakim MK Arief Hidayat: Sudah Hadir Ya Setelah Viral saya Marahi

Nasional
MPR Akan Temui Prabowo-Gibran Bicara Masalah Kebangsaan

MPR Akan Temui Prabowo-Gibran Bicara Masalah Kebangsaan

Nasional
Hakim Fahzal Hendri Pimpin Sidang Dugaan Gratifikasi dan TPPU Gazalba Saleh

Hakim Fahzal Hendri Pimpin Sidang Dugaan Gratifikasi dan TPPU Gazalba Saleh

Nasional
Hakim MK Saldi Isra Sindir Pemohon Gugatan Pileg Tidak Hadir: Kita Nyanyi Gugur Bunga

Hakim MK Saldi Isra Sindir Pemohon Gugatan Pileg Tidak Hadir: Kita Nyanyi Gugur Bunga

Nasional
Kaesang Sebut Ayahnya Akan Bantu Kampanye Pilkada, Jokowi: Itu Urusan PSI

Kaesang Sebut Ayahnya Akan Bantu Kampanye Pilkada, Jokowi: Itu Urusan PSI

Nasional
Oknum TNI AL Pukul Sopir Pikap di Bogor, Danpuspom: Ada Miskomunikasi di Jalan

Oknum TNI AL Pukul Sopir Pikap di Bogor, Danpuspom: Ada Miskomunikasi di Jalan

Nasional
Ruang Kerja Sekjen DPR Indra Iskandar Digeledah KPK, BURT: Proses Hukum Harus Kita Hormati

Ruang Kerja Sekjen DPR Indra Iskandar Digeledah KPK, BURT: Proses Hukum Harus Kita Hormati

Nasional
Kompolnas Duga Ada Pelanggaran Penugasan Brigadir RAT untuk Kawal Pengusaha

Kompolnas Duga Ada Pelanggaran Penugasan Brigadir RAT untuk Kawal Pengusaha

Nasional
Surya Paloh Pamer Nasdem Bisa Dukung Anies, tapi Tetap Berada di Pemerintahan Jokowi

Surya Paloh Pamer Nasdem Bisa Dukung Anies, tapi Tetap Berada di Pemerintahan Jokowi

Nasional
Sempat Ditunda, Sidang Praperadilan Pimpinan Ponpes Al Zaytun Panji Gumilang Digelar Lagi Hari Ini

Sempat Ditunda, Sidang Praperadilan Pimpinan Ponpes Al Zaytun Panji Gumilang Digelar Lagi Hari Ini

Nasional
Hardiknas 2024, Puan Maharani Soroti Ketimpangan Pendidikan hingga Kesejahteraan Guru

Hardiknas 2024, Puan Maharani Soroti Ketimpangan Pendidikan hingga Kesejahteraan Guru

Nasional
Rakornis, Puspom dan Propam Duduk Bersama Cegah Konflik TNI-Polri Terulang

Rakornis, Puspom dan Propam Duduk Bersama Cegah Konflik TNI-Polri Terulang

Nasional
Hardiknas 2024, Pertamina Goes To Campus 2024 Hadir di 15 Kampus Terkemuka

Hardiknas 2024, Pertamina Goes To Campus 2024 Hadir di 15 Kampus Terkemuka

Nasional
Atasan Tak Tahu Brigadir RAT Kawal Pengusaha di Jakarta, Kompolnas: Pimpinannya Harus Diperiksa

Atasan Tak Tahu Brigadir RAT Kawal Pengusaha di Jakarta, Kompolnas: Pimpinannya Harus Diperiksa

Nasional
Harap PTUN Kabulkan Gugatan, PDI-P: MPR Bisa Tidak Lantik Prabowo-Gibran

Harap PTUN Kabulkan Gugatan, PDI-P: MPR Bisa Tidak Lantik Prabowo-Gibran

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com