Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 04/11/2014, 17:00 WIB


KOMPAS.com
- Ketidakpuasan terhadap kabinet baru bukan hanya dialami Kabinet Kerja di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden M Jusuf Kalla.

Sepuluh tahun lalu, dalam sambutan pelantikan dan pengambilan sumpah anggota Kabinet Indonesia Bersatu Jilid I di Istana Negara, Jakarta, Kamis, 21 Oktober 2004, Presiden (waktu itu) Susilo Bambang Yudhoyono terus terang mengungkapkan adanya kesangsian dan keraguan sebagian rakyat terhadap para menterinya. "Bahkan, ada kesangsian terhadap Saudara (para menteri), termasuk terhadap saya dan Pak Jusuf Kalla, untuk dapat mengemban tugas yang tidak ringan ini," katanya saat itu.

SBY, panggilan akrab Susilo Bambang Yudhoyono, waktu itu mengatakan, kesangsian dan keraguan itu bisa dijadikan pemicu dan tantangan bagi para menteri untuk bekerja lebih keras. "Tidak perlu kesangsian dan keraguan rakyat terhadap kita dan saudara-saudara dijawab dengan kata-kata, tetapi jawablah dengan kerja dan karya nyata," kata SBY.

Dalam putaran II pemilihan presiden yang dilakukan secara langsung untuk pertama kalinya itu (2004), SBY-JK dipilih oleh lebih dari 69 juta rakyat atau sekitar 60 persen. Waktu itu SBY sepenuhnya sadar, dukungan rakyat dalam pemilihan presiden tidak menjadi penopang nyata pemerintahannya.

"Setelah pemilu selesai, mereka (massa pemilihnya) tidak lagi aktif dan punya peran nyata untuk memuluskan langkah saya dalam mengelola segala macam permasalahan dan tantangan yang jelas tidak ringan," ujar SBY.

Unjuk rasa

Pelantikan kabinet Presiden Abdurrahman Wahid dan Wakil Presiden Megawati Soekarnoputri juga diiringi kecurigaan sebagian rakyat. Setelah pelantikan, para menteri kabinet baru berfoto bersama di tangga lobi Istana Merdeka. Sementara itu, ratusan pegawai negeri sipil dari dua departemen yang dihapus, yakni Departemen Sosial dan Departemen Penerangan, mengadakan unjuk rasa di depan Istana Merdeka.

Abdurrahman Wahid, yang akrab dipanggil Gus Dur, dan Megawati menghampiri para pengunjuk rasa di pintu pagar halaman Istana Merdeka itu. Waktu itu pagar Istana masih pendek, tidak setinggi sekarang. Gus Dur berbincang-bincang dengan para pengunjuk rasa.

Sebelum foto bersama dengan para menteri, Gus Dur waktu itu juga mengakui keraguan dan kesangsian sebagian rakyat terhadap kabinetnya. "Kabinet ini sekarang baru disorot oleh MPR dan masyarakat," kata Gus Dur saat itu. Satu tahun kemudian, Gus Dur meninggalkan kursi kepresidenan di Istana.

Pengumuman dan pelantikan Kabinet Kerja yang dipimpin Jokowi tanggal 26 dan 27 Oktober 2014 juga diiringi aksi unjuk rasa yang memprotes beberapa nama menteri. Berbeda dengan Gus Dur, Jokowi tidak menemui para pengunjuk rasa.

Teriakan para pengunjuk rasa dengan pengeras suara yang bergema di antara beberapa gedung dan pepohonan yang dihuni banyak burung dan kelelawar atau kampret di kompleks Istana Kepresidenan dan lapangan Tugu Monas itu tidak dihiraukan oleh Jokowi dan para menterinya.

Jokowi sudah masuk Istana Kepresidenan yang dilingkari pagar besi yang tinggi. Selamat bekerja, bekerja, dan blusukan entah ke mana. (J Osdar)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

Nasional
Pakar Ungkap 'Gerilya' Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Pakar Ungkap "Gerilya" Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Nasional
Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

Nasional
Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

Nasional
Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

Nasional
'Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit'

"Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit"

Nasional
Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

Nasional
PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

Nasional
Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

Nasional
Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

Nasional
Rencana Prabowo Bentuk 41 Kementerian Dinilai Pemborosan Uang Negara

Rencana Prabowo Bentuk 41 Kementerian Dinilai Pemborosan Uang Negara

Nasional
Di MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10, Puan Suarakan Urgensi Gencatan Senjata di Gaza

Di MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10, Puan Suarakan Urgensi Gencatan Senjata di Gaza

Nasional
KPK Sebut Kasus Gus Muhdlor Lambat Karena OTT Tidak Sempurna

KPK Sebut Kasus Gus Muhdlor Lambat Karena OTT Tidak Sempurna

Nasional
TNI AL Ketambahan 2 Kapal Patroli Cepat, KRI Butana-878 dan KRI Selar-879

TNI AL Ketambahan 2 Kapal Patroli Cepat, KRI Butana-878 dan KRI Selar-879

Nasional
Sejarah BIN yang Hari Ini Genap Berusia 78 Tahun

Sejarah BIN yang Hari Ini Genap Berusia 78 Tahun

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com