Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

As'ad Said Siap Terima Apapun Putusan Jokowi

Kompas.com - 26/10/2014, 21:28 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) As'ad Said Ali mengaku siap menerima apapun keputusan Presiden Joko Widodo terkait namanya yang disebut bakal menjabat Kepala Badan Intelijen Negara (BIN).

"Keputusan mutlak ada di Presiden Joko Widodo. Jika dipercaya maka tidak ada alasan untuk menolak," ujarnya ketika ditemui di sela menyaksikan pengumuman Kabinet Kerja melalui televisi di kediamannya di kawasan Tebet, Jakarta, Minggu (26/10/2014).

Meski Presiden Joko Widodo telah mengumumkan 34 menteri dalam kabinetnya, kata dia, namun jabatan Kepala BIN belum disampaikan karena harus melalui pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI.

Sesuai Undang-Undang RI Nomor 17 Tahun 2011 tentang Intelijen Negara, Bagian kelima tentang Organisasi dalam Pasal 35 ayat (1) disebutkan bahwa Badan Intelijen Negara dipimpin oleh seorang Kepala dan dibantu seorang Wakil Kepala.

Kemudian ayat (2), yakni pengangkatan dan pemberhentian Kepala dan Wakil Kepala Badan Intelijen Negara ditetapkan dengan Keputusan Presiden.

Berikutnya dalam Pasal 36 ayat (1) menjelaskan bahwa Kepala BIN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 diangkat dan diberhentikan oleh Presiden setelah mendapat pertimbangan DPR RI.

Selanjutnya pada ayat (2) disebutkan bahwa untuk mengangkat Kepala BIN sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Presiden mengusulkan 1 (satu) orang calon untuk mendapat pertimbangan DPR RI.

Serta pada ayat (3) dijelaskan bahwa pertimbangan DPR RI terhadap calon Kepala BIN yang dipilih oleh Presiden disampaikan paling lambat 20 (dua puluh) hari kerja, tidak termasuk masa reses, terhitung sejak permohonan pertimbangan calon Kepala BIN diterima oleh DPR RI.

"Prosedur dalam undang-undang memang seperti itu, makanya Presiden belum mengumumkannya. Pelantikan Kepala BIN juga tidak bersamaan dengan menteri-menteri dalam kabinet," katanya.

As'ad Said Ali mengakui sudah mendengar namanya masuk dalam wacana sebagai salah seorang pejabat negara setingkat menteri dan duduk sebagai orang nomor satu di BIN.

"Siapapun nantinya, saya menghargai dan tidak mau berandai-andai. Saya serahkan semuanya kepada Allah SWT dan akan melaksanakannya jika diberi amanat. Tapi kalau tidak maka bukan persoalan dan saya menghargainya," kata As'ad.

Pengalamannya sebagai Wakil Kepala BIN selama 9,5 tahun pada era Presiden Abdurahman Wahid, Presiden Megawati Soekarnoputri dan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dinilai sebagai bekal untuk mampu memimpin badan intelijen.

Di samping itu, pada Jumat (24/10), As'ad Said sempat dipanggil Presiden Joko Widodo ke Istana Merdeka. Saat itu ia mengaku dipanggil untuk membahas sejumlah hal, mulai urusan Kementerian Agama, Kementerian Dalam Negeri hingga Kementerian Pendidikan.

"Saat itu juga Presiden mengajak diskusi tentang keamanan dan ketertiban serta dunia intelijen negara," kata pria bergelar Doktor Honoris Causa dari Fakultas Hukum Universitas Diponegoro Semarang itu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

PKK sampai Karang Taruna Dilibatkan Buat Perangi Judi 'Online'

PKK sampai Karang Taruna Dilibatkan Buat Perangi Judi "Online"

Nasional
4 Bandar Besar Judi 'Online' di Dalam Negeri Sudah Terdeteksi

4 Bandar Besar Judi "Online" di Dalam Negeri Sudah Terdeteksi

Nasional
[POPULER NASIONAL] Pertemuan Presiden PKS dan Ketum Nasdem Sebelum Usung Sohibul | 3 Anak Yusril Jadi Petinggi PBB

[POPULER NASIONAL] Pertemuan Presiden PKS dan Ketum Nasdem Sebelum Usung Sohibul | 3 Anak Yusril Jadi Petinggi PBB

Nasional
Tanggal 29 Juni 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 29 Juni 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Belajar dari Peretasan PDN, Pemerintah Ingin Bangun Transformasi Digital yang Aman dan Kuat

Belajar dari Peretasan PDN, Pemerintah Ingin Bangun Transformasi Digital yang Aman dan Kuat

Nasional
Perubahan Konstruksi Tol MBZ dari Beton ke Baja Disebut Disetujui Menteri PUPR

Perubahan Konstruksi Tol MBZ dari Beton ke Baja Disebut Disetujui Menteri PUPR

Nasional
Ketua RT di Kasus 'Vina Cirebon' Dilaporkan ke Bareskrim Terkait Dugaan Keterangan Palsu

Ketua RT di Kasus "Vina Cirebon" Dilaporkan ke Bareskrim Terkait Dugaan Keterangan Palsu

Nasional
Kongkalikong Pengadaan Truk, Eks Sestama Basarnas Jadi Tersangka

Kongkalikong Pengadaan Truk, Eks Sestama Basarnas Jadi Tersangka

Nasional
PKS Klaim Ridwan Kamil Ajak Berkoalisi di Pilkada Jabar

PKS Klaim Ridwan Kamil Ajak Berkoalisi di Pilkada Jabar

Nasional
Eks Pejabat Basarnas Pakai Uang Korupsi Rp 2,5 M untuk Beli Ikan Hias dan Kebutuhan Pribadi

Eks Pejabat Basarnas Pakai Uang Korupsi Rp 2,5 M untuk Beli Ikan Hias dan Kebutuhan Pribadi

Nasional
Penyerang PDN Minta Tebusan Rp 131 Miliar, Wamenkominfo: Kita Tidak Gampang Ditakut-takuti

Penyerang PDN Minta Tebusan Rp 131 Miliar, Wamenkominfo: Kita Tidak Gampang Ditakut-takuti

Nasional
Sebut Anggaran Pushidrosal Kecil, Luhut: Kalau Gini, Pemetaan Baru Selesai 120 Tahun

Sebut Anggaran Pushidrosal Kecil, Luhut: Kalau Gini, Pemetaan Baru Selesai 120 Tahun

Nasional
Kasus Korupsi Pembelian Truk Basarnas, KPK Sebut Negara Rugi Rp 20,4 Miliar

Kasus Korupsi Pembelian Truk Basarnas, KPK Sebut Negara Rugi Rp 20,4 Miliar

Nasional
PDI-P Sebut Hasto Masih Pimpin Rapat Internal Persiapan Pilkada 2024

PDI-P Sebut Hasto Masih Pimpin Rapat Internal Persiapan Pilkada 2024

Nasional
Bawas MA Bakal Periksa Majelis Hakim Gazalba Saleh jika Ada Indikasi Pelanggaran

Bawas MA Bakal Periksa Majelis Hakim Gazalba Saleh jika Ada Indikasi Pelanggaran

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com