Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jumlah Anggota Koalisi Bukan Jaminan Pemerintahan Kuat

Kompas.com - 21/10/2014, 18:57 WIB
Abba Gabrillin

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Eksekutif Charta Politika Yunarto Wijaya mengatakan, Presiden Joko Widodo sebaiknya tidak lagi didorong untuk menambah jumlah koalisi dalam parlemen. Menurut dia, jumlah anggota koalisi bukanlah suatu jaminan parlemen akan mengikuti sepenuhya pandangan pemerintah.

"Buat apa kita mendorong Jokowi seperti SBY, yang memuja matematika parlemen. Seakan saat menang jumlah koalisi partai, stabilitas politik akan tercipta," ujar Yuniarto dalam sebuah diskusi politik di Senayan, Jakarta Selatan, Selasa (21/10/2014).

Yuniarto mencontohkan ketika Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang berhasil mendapatkan 75 persen anggota koalisi di parlemen. Meskipun jumlah koalisi cukup banyak, tetapi dalam menentukan kebijakan, SBY justru tidak mendapat dukungan dari partai-partai pendukung koalisinya. Hal itu terbukti ketika SBY kalah dalam pengambilan kebijakan soal bahan bakar minyak.

Selain itu, SBY juga kalah dalam hak angket Bank Century. Menurut Yuniarto, hal itu merupakan contoh bahwa jumlah koalisi bukanlah suatu jaminan.

"Menambah satu atau dua partai saja, itu hanya salah satu faktor. Jangan terjebak dalam politik transaksional. Dukungan publik, itu yang bisa menjaga tirani," kata dia.

Yuniarto juga menyinggung harapan sejumlah pihak yang selalu berusaha mempertemukan Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri dan SBY. Menurut Yuniarto, tanpa melakukan hal tersebut, Jokowi akan tetap mampu menjalankan pemerintahan.

"Jangan terlalu mendramatisir kekalahan Jokowi, yang disebut-sebut kalah 5-0. Komunikasi itu hanya support. Yang penting adalah dukungan rakyat," kata Yunarto.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Hanya Ada 2 Suplier Indonesia yang Pasok Perangkat untuk Apple, Jokowi: Memprihatinkan

Hanya Ada 2 Suplier Indonesia yang Pasok Perangkat untuk Apple, Jokowi: Memprihatinkan

Nasional
Jokowi Resmikan Indonesia Digital Test House, Anggarannya Hampir 1 Triliun

Jokowi Resmikan Indonesia Digital Test House, Anggarannya Hampir 1 Triliun

Nasional
KPK Didesak Usut Pemberian THR ke Anggota DPR dari Kementan, Panggil Bersaksi dalam Sidang

KPK Didesak Usut Pemberian THR ke Anggota DPR dari Kementan, Panggil Bersaksi dalam Sidang

Nasional
Pabrik Bata Tutup, Jokowi: Usaha Itu Naik Turun, karena Efisiensi atau Kalah Saing

Pabrik Bata Tutup, Jokowi: Usaha Itu Naik Turun, karena Efisiensi atau Kalah Saing

Nasional
KPU Ungkap Formulir C.Hasil Pileg 2024 Paniai Dibawa Lari KPPS

KPU Ungkap Formulir C.Hasil Pileg 2024 Paniai Dibawa Lari KPPS

Nasional
Soal 'Presidential Club' Prabowo, Bamsoet Sebut Dewan Pertimbangan Agung Bisa Dihidupkan Kembali

Soal "Presidential Club" Prabowo, Bamsoet Sebut Dewan Pertimbangan Agung Bisa Dihidupkan Kembali

Nasional
KPK Periksa Dirut Nonaktif PT Taspen Antonius Kosasih

KPK Periksa Dirut Nonaktif PT Taspen Antonius Kosasih

Nasional
KPU Ungkap 13 Panitia Pemilihan di Papua Tengah yang Tahan Rekapitulasi Suara Berujung Dipecat

KPU Ungkap 13 Panitia Pemilihan di Papua Tengah yang Tahan Rekapitulasi Suara Berujung Dipecat

Nasional
Ekonomi Tumbuh 5,11 Persen, Jokowi: Negara Lain Masuk Jurang, Kita Naik

Ekonomi Tumbuh 5,11 Persen, Jokowi: Negara Lain Masuk Jurang, Kita Naik

Nasional
Eks Anak Buah SYL Beri Tip untuk Paspampres, Gratifikasi Disebut Jadi Kebiasaan

Eks Anak Buah SYL Beri Tip untuk Paspampres, Gratifikasi Disebut Jadi Kebiasaan

Nasional
TPN Resmi Dibubarkan, Hasto Tegaskan Perjuangan Tetap Dilanjutkan

TPN Resmi Dibubarkan, Hasto Tegaskan Perjuangan Tetap Dilanjutkan

Nasional
Kelakar Jokowi soal Kemungkinan Pindah Parpol Usai Tak Dianggap PDI-P

Kelakar Jokowi soal Kemungkinan Pindah Parpol Usai Tak Dianggap PDI-P

Nasional
 Gerindra Sebut Indonesia Negara Besar, Wajar Kementerian Diperbanyak

Gerindra Sebut Indonesia Negara Besar, Wajar Kementerian Diperbanyak

Nasional
Satu Pejabat Pemprov Malut Jadi Tersangka Baru Kasus Gubernur Abdul Ghani Kasuba

Satu Pejabat Pemprov Malut Jadi Tersangka Baru Kasus Gubernur Abdul Ghani Kasuba

Nasional
RI Ajukan Penyesuaian Pembayaran Proyek Jet Tempur KF-21 Boramae ke Korsel, Kemenhan Jelaskan Alasannya

RI Ajukan Penyesuaian Pembayaran Proyek Jet Tempur KF-21 Boramae ke Korsel, Kemenhan Jelaskan Alasannya

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com