Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

SBY Lebih Percaya Gunakan "Soft Power" untuk Hadapi ISIS

Kompas.com - 23/09/2014, 06:22 WIB

WEST POINT, KOMPAS.com - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan, langkah militer tak selalu menjadi solusi dalam penyelesaian konflik di berbagai belahan dunia. Ia mengungkapkan, lebih percaya pada pendekatan soft power, penyelesaian yang komprehensif yang membutuhkan seperangkat solusi politik dan lainnya. Hal itu juga berlaku dalam menghadapi gerakan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).

"Dalam menghadapi tantangan gerakan Islamic State on Iraq and Syria (ISIS) dan tindakan terorisme di berbagai belahan dunia, saya percaya yang dibutuhkan adalah menerapkan soft power atau smart power," kata Presiden SBY, dalam pidatonya di hadapan seribuan kadet Akademi Militer West Point, Orange Country, Amerika Serikat, Senin (22/9/2014) siang waktu setempat.

SBY mengatakan, terkait ISIS, setelah mengalahkannya secara militer, diperlukan langkah-langkah selanjutnya untuk memastikan bahwa generasi mendatang tidak melakukan tindakan serupa.

“Ini bukan tugas militer tetapi tugas politisi, diplomat, tokoh agama, dan masyarakat sipil,” jelas SBY.

Untuk mengakhiri perang, kata Presiden, jauh lebih sulit daripada saat memulainya. Menurut dia, di sini peran politik dan diplomasi sangat diperlukan, berdasarkan komitmen yang kuat oleh para pemimpin politik dunia untuk membuat pilihan politik dan diplomatik dalam mengejar kepentingan nasional mereka.

Presiden kemudian mencontohkan penyelesaian konflik bersenjata di Aceh pada masa pemerintahannya. Selain itu, dengan kemauan politik yang kuat, kata dia, Indonesia hanya butuh waktu 2-3 tahun untuk mencapai rekonsiliasi damai dengan Timor-Leste setelah 25 tahun konflik.

Pendekatan lunak melalui diplomasi dan negosiasi juga ditempuh Indonesia dalam menyepakati masalah perbatasan dengan beberapa negara tetangga.

"Kita tahu betul bahwa masalah perbatasan bisa dengan mudah berubah menjadi konflik militer terbuka,” kata Presiden.

Akan tetapi, Presiden menekankan, dalam beberapa situasi cara-cara damai tidak bisa selalu digunakan untuk mengakhiri konflik. Untuk itu, kata dia, militer juga harus selalu siap melakukan tugas mereka dalam membela kepentingan nasional.

“Setelah semua yang telah kita lewati, kita belajar bahwa perang adalah kelanjutan dari politik dengan cara lain," ujar Presiden.

Pengalaman 10 tahun memimpin Indonesia, lanjut SBY, menunjukkan bahwa politisi boleh datang dan pergi.

"Tetapi jika hubungan antara militer dan hubungan antara pelaku usaha dan ekonomi kuat, maka para politisi akan berpikir dua kali sebelum menyatakan perang. Karena perang apa pun pada akhirnya akan memengaruhi kehidupan seluruh masyarakat,” katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Saat DPR Bantah Dapat Kuota KIP Kuliah dan Klaim Hanya Distribusi...

Saat DPR Bantah Dapat Kuota KIP Kuliah dan Klaim Hanya Distribusi...

Nasional
Hari Kedua Kunker di Sultra, Jokowi Akan Tinjau RSUD dan Resmikan Jalan

Hari Kedua Kunker di Sultra, Jokowi Akan Tinjau RSUD dan Resmikan Jalan

Nasional
Serba-serbi Isu Anies di Pilkada DKI: Antara Jadi 'King Maker' atau Maju Lagi

Serba-serbi Isu Anies di Pilkada DKI: Antara Jadi "King Maker" atau Maju Lagi

Nasional
Diresmikan Presiden Jokowi, IDTH Jadi Laboratorium Pengujian Perangkat Digital Terbesar dan Terlengkap Se-Asia Tenggara

Diresmikan Presiden Jokowi, IDTH Jadi Laboratorium Pengujian Perangkat Digital Terbesar dan Terlengkap Se-Asia Tenggara

Nasional
Hujan Lebat yang Bawa Material Vulkanis Gunung Marapi Perparah Banjir di Sebagian Sumbar

Hujan Lebat yang Bawa Material Vulkanis Gunung Marapi Perparah Banjir di Sebagian Sumbar

Nasional
Pemerintah Saudi Tambah Layanan 'Fast Track' Jemaah Haji Indonesia

Pemerintah Saudi Tambah Layanan "Fast Track" Jemaah Haji Indonesia

Nasional
Banjir Luluh Lantakkan Sebagian Sumatera Barat, Lebih dari 40 Orang Tewas

Banjir Luluh Lantakkan Sebagian Sumatera Barat, Lebih dari 40 Orang Tewas

Nasional
Berkaca Kecelakaan di Ciater, Polisi Imbau Masyarakat Cek Dulu Izin dan Kondisi Bus Pariwisata

Berkaca Kecelakaan di Ciater, Polisi Imbau Masyarakat Cek Dulu Izin dan Kondisi Bus Pariwisata

Nasional
Dugaan SYL Memeras Anak Buah dan Upaya KPK Hadirkan 3 Dirjen Kementan Jadi Saksi

Dugaan SYL Memeras Anak Buah dan Upaya KPK Hadirkan 3 Dirjen Kementan Jadi Saksi

Nasional
Jokowi Santap Nasi Goreng dan Sapa Warga di Sultra

Jokowi Santap Nasi Goreng dan Sapa Warga di Sultra

Nasional
Prabowo Klaim Serasa Kubu 'Petahana' Saat Pilpres dan Terbantu Gibran

Prabowo Klaim Serasa Kubu "Petahana" Saat Pilpres dan Terbantu Gibran

Nasional
Prabowo Mengaku Diuntungkan 'Efek Jokowi' dalam Menangi Pilpres

Prabowo Mengaku Diuntungkan "Efek Jokowi" dalam Menangi Pilpres

Nasional
Bantah Menangi Pilpres akibat Bansos, Prabowo: Tuduhan Kosong

Bantah Menangi Pilpres akibat Bansos, Prabowo: Tuduhan Kosong

Nasional
[POPULER NASIONAL] Reaksi Usai Prabowo Tak Mau Pemerintahannya Diganggu | Auditor BPK Minta 'Uang Pelicin' ke Kementan

[POPULER NASIONAL] Reaksi Usai Prabowo Tak Mau Pemerintahannya Diganggu | Auditor BPK Minta "Uang Pelicin" ke Kementan

Nasional
Sejarah Hari Buku Nasional

Sejarah Hari Buku Nasional

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com