Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nusron: Usulan Munas 2014 Tak Berkaitan dengan Kabinet Jokowi-JK

Kompas.com - 11/08/2014, 16:49 WIB
Arimbi Ramadhiani

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com
 — Anggota DPR dari Fraksi Partai Golkar, Nusron Wahid, mengatakan, tuntutan pelaksanan Musyawarah Nasional (Munas) Golkar pada 2014 tidak ada kaitannya dengan penyusunan kabinet pemerintahan presiden dan wakil presiden terpilih Joko Widodo-Jusuf Kalla. Menurut dia, pelaksanaan munas adalah bentuk evaluasi.

"Munas (Golkar) tahun ini (2014) tidak ada kaitan dengan menteri-menteri. Menteri itu hak prerogatif Pak Jokowi dan JK. Yang namanya habis kalah (pemilu), ya harus evaluasi," ujar Nusron melalui siaran pers, Senin (11/8/2014).

Ia menuturkan, pelaksanaan munas tidak maju atau tidak mundur dari jadwal. Munas memang sudah waktunya diadakan. Menurut dia, Golkar membutuhkan forum evaluasi besar-besaran pasca-kegagalan secara beruntun, baik dalam pemilu legislatif maupun pemilu presiden. Menurut dia, pelaksanaan munas adalah suatu bentuk evaluasi.

"Perusahaan saja yang urusan privat kalau ada kerugian besar ada RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham) kok, masa partai yang urusan publik tidak ada forum evaluasi? Ini sudah keniscayaan," ujar Nusron.

Ia menambahkan, sebagai partai dengan ideologi terbuka dan bersifat inklusif, Golkar seharusnya membuka ruang evaluasi atas sikap politiknya selama ini.

"Sudah terbukti apa yang selama ini dilakukan Partai Golkar tidak mendapat dukungan publik dan rakyat. Padahal, partai dibuat untuk mendapat dukungan masif dari rakyat," papar Ketua Umum GP Ansor itu.

Saat pileg April lalu, tambah dia, jumlah kursi yang didapat oleh Golkar menurun dibanding Pileg 2009. Golkar pun gagal menjadi pemenang pileg. Begitu pula saat pilpres, Golkar gagal mengajukan capres atau cawapres. Dukungan Golkar terhadap pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa juga tidak mendapat kemenangan pada pilpres Juli lalu.

"Artinya suara rakyat berbeda dengan suara Golkar. Ini yang harus dievaluasi. Jangan malah menutup dan mengulur-ulur evaluasi. Harusnya segera munas dan kemudian bangkit menuju pemilu lima tahun mendatang," pungkas Nusron.

Berdasarkan keputusan Munas 2009, munas selanjutnya digelar pada 2015. Namun, tokoh lintas generasi Golkar mendesak munas digelar pada 2014. Mereka menilai bahwa kepemimpinan Aburizal Bakrie gagal (baca: Golkar Terpuruk, Tokoh Lintas Generasi Desak Munas Digelar Tahun Ini).

Namun, DPP I Golkar menolak usulan munas dilaksanakan pada 2014 untuk melengserkan Aburizal. Mereka sepakat menolak usulan itu dengan tetap pada keputusan menggelar munas pada Oktober 2015 (baca: DPD I Golkar Sepakat Tolak Lengserkan Aburizal Lewat Munaslub).

Golkar memecat sejumlah pengurus partai karena dinilai melakukan langkah yang berbeda dari kebijakan partai. Terakhir, Agung Laksono dicopot sebagai Wakil Ketua Umum Golkar (baca: Ini Kronologi Pemecatan Agung Laksono sebagai Waketum Golkar).

Sebelumnya, DPP Golkar memecat tiga orang dari keanggotaan partai, yakni Agus Gumiwang Kartasasmita, Nusron, serta Poempida Hidayatulloh. Mereka adalah anggota DPR dari Partai Golkar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ditolak Partai Gelora Gabung Koalisi Prabowo, PKS: Jangan Terprovokasi

Ditolak Partai Gelora Gabung Koalisi Prabowo, PKS: Jangan Terprovokasi

Nasional
Kapolri Bentuk Unit Khusus Tindak Pidana Ketenagakerjaan, Tangani Masalah Sengketa Buruh

Kapolri Bentuk Unit Khusus Tindak Pidana Ketenagakerjaan, Tangani Masalah Sengketa Buruh

Nasional
Kapolri Buka Peluang Kasus Tewasnya Brigadir RAT Dibuka Kembali

Kapolri Buka Peluang Kasus Tewasnya Brigadir RAT Dibuka Kembali

Nasional
May Day 2024, Kapolri Tunjuk Andi Gani Jadi Staf Khusus Ketenagakerjaan

May Day 2024, Kapolri Tunjuk Andi Gani Jadi Staf Khusus Ketenagakerjaan

Nasional
Jumlah Menteri dari Partai di Kabinet Prabowo-Gibran Diprediksi Lebih Banyak Dibanding Jokowi

Jumlah Menteri dari Partai di Kabinet Prabowo-Gibran Diprediksi Lebih Banyak Dibanding Jokowi

Nasional
Menparekraf Ikut Kaji Pemblokiran 'Game Online' Mengandung Kekerasan

Menparekraf Ikut Kaji Pemblokiran "Game Online" Mengandung Kekerasan

Nasional
Jokowi di NTB Saat Buruh Aksi 'May Day', Istana: Kunker Dirancang Jauh-jauh Hari

Jokowi di NTB Saat Buruh Aksi "May Day", Istana: Kunker Dirancang Jauh-jauh Hari

Nasional
Jokowi di NTB Saat Massa Buruh Aksi 'May Day' di Istana

Jokowi di NTB Saat Massa Buruh Aksi "May Day" di Istana

Nasional
Seorang WNI Meninggal Dunia Saat Mendaki Gunung Everest

Seorang WNI Meninggal Dunia Saat Mendaki Gunung Everest

Nasional
Kasus Korupsi SYL Rp 44,5 Miliar, Bukti Tumpulnya Pengawasan Kementerian

Kasus Korupsi SYL Rp 44,5 Miliar, Bukti Tumpulnya Pengawasan Kementerian

Nasional
Keterangan Istri Brigadir RAT Beda dari Polisi, Kompolnas Tagih Penjelasan ke Polda Sulut

Keterangan Istri Brigadir RAT Beda dari Polisi, Kompolnas Tagih Penjelasan ke Polda Sulut

Nasional
Jokowi: Selamat Hari Buruh, Setiap Pekerja adalah Pahlawan

Jokowi: Selamat Hari Buruh, Setiap Pekerja adalah Pahlawan

Nasional
Pakai Dana Kementan untuk Pribadi dan Keluarga, Kasus Korupsi SYL Disebut Sangat Banal

Pakai Dana Kementan untuk Pribadi dan Keluarga, Kasus Korupsi SYL Disebut Sangat Banal

Nasional
'Brigadir RAT Sudah Kawal Pengusaha 2 Tahun, Masa Atasan Tidak Tahu Apa-Apa?'

"Brigadir RAT Sudah Kawal Pengusaha 2 Tahun, Masa Atasan Tidak Tahu Apa-Apa?"

Nasional
Prabowo: Selamat Hari Buruh, Semoga Semua Pekerja Semakin Sejahtera

Prabowo: Selamat Hari Buruh, Semoga Semua Pekerja Semakin Sejahtera

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com