Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Persepi Rampungkan Audit 7 Lembaga Survei Sebelum Penetapan KPU

Kompas.com - 12/07/2014, 12:02 WIB
Meidella Syahni

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com
- Anggota Dewan Etik Perhimpunan Survei Opini Publik Indonesia (Persepi), Hamdi Muluk mengatakan, pihaknya menargetkan audit terhadap tujuh lembaga survei terkait hasil hitung cepat pemilu presiden 2014 rampung sebelum 22 Juli 2014 atau sebelum penetapan hasil resmi oleh Komisi Pemilihan Umum.

Persepi tidak sepakat jika audit dilakukan setelah perhitungan resmi KPU selesai. Hal ini dianggap penting agar masyarakat tidak kehilangan kepercayaan terhadap metode ilmiah.

"Kita akan cek step by step setiap detail pekerjaan mereka. Clean and clear agar masyarakat tidak kehilangan kepercayaan terhadap metode ilmiah ini," kata Hamdi dalam diskusi di Jakarta, Sabtu (12/7/2014).

Tujuh lembaga yang menjadi anggota Persepi itu, yakni Lembaga Survei Indonesia, Indikator Politik Indonesia, SMRC, Cyrus Network, Populi Center, JSI, dan Puskaptis.

Hamdi mengatakan, masyarakat perlu mendapat kejelasan atas perbedaan hasil hitung cepat yang dilakukan anggotanya. Hasil hitung cepat LSI, Indikator, SMRC, Cyrus Network, dan Populi Center menunjukkan pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla unggul dalam perolehan suara.

Namun, hitung cepat JSI dan Puskaptis menunjukkan pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa unggul.

Padahal, kata Hamdi, secara statisik, jika sampel yang diambil sama dan menggunakan metode yang sama, maka seharusnya hasilnya kurang lebih sama.

"Karena quick count, berbeda dengan survei, hasilnya absolut. Kalau survei berdasarkan opini, opini kan bisa berubah. Masalahnya adalah siapa yang mengambil data secara benar," katanya.

Meski quick count belakangan ini menimbulkan polemik, menurut Hamdi, quick count masih harus dipertahankan untuk mengawal demokrasi dan memberikan kepastian kepada masyarakat secara cepat dan cerdas.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Soal Duetnya di Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

Soal Duetnya di Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

Nasional
Jadi Tempat Prostitusi, RTH Tubagus Angke Diusulkan untuk Ditutup Sementara dan Ditata Ulang

Jadi Tempat Prostitusi, RTH Tubagus Angke Diusulkan untuk Ditutup Sementara dan Ditata Ulang

Nasional
Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Nasional
Respons Luhut Soal Orang 'Toxic', Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Respons Luhut Soal Orang "Toxic", Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Nasional
Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Nasional
Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Nasional
Mencegah 'Presidential Club' Rasa Koalisi Pemerintah

Mencegah "Presidential Club" Rasa Koalisi Pemerintah

Nasional
Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasional
Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Nasional
PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

Nasional
Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang 'Toxic' di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang "Toxic" di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Nasional
Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Nasional
BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena 'Heatwave' Asia

BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena "Heatwave" Asia

Nasional
Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang 'Online' dari Pinggir Jalan

Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang "Online" dari Pinggir Jalan

Nasional
Maksud di Balik Keinginan Prabowo Bentuk 'Presidential Club'...

Maksud di Balik Keinginan Prabowo Bentuk "Presidential Club"...

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com