Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BI, PPATK, dan KPK Diminta Pantau Penarikan Uang Mencurigakan Selepas Pilpres

Kompas.com - 12/07/2014, 03:31 WIB
Fathur Rochman

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Gerakan Dekrit Rakyat Indonesia meminta Bank Indonesia, Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan, serta Komisi Pemberantasan Korupsi untuk mengawasi penarikan tunai dalam jumlah besar yang terjadi di beberapa daerah seusai pemungutan suara Pemilu Presiden 2014.

Permintaan itu disampaikan terkait dugaan adanya upaya mendongkrak suara berbiaya besar untuk Pemilu Presiden 2014. "Ada mobilisasi pendongkrakan suara. Itu ada ongkos. Indikasinya itu," ujar Anggota Gerakan Dekrit Rakyat Indonesia, Haris Azhar, saat menggelar jumpa pers di Galeri Cemara 6, Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (11/7/2014).

Haris mengatakan, seusai pemungutan suara seperti sekarang ini, rawan terjadi mobilisasi oleh bupati, camat, atau kepala desa di beberapa daerah untuk mendongkrak perolehan suara bagi pasangan calon presiden-wakil presiden tertentu.

Menurut Haris, ada tiga wilayah yang rawan menjadi lokasi praktik tersebut, yakni Jawa Barat, Jawa Timur, dan Sulawesi Tengah. Dia yang juga adalah koordinator Komisi untuk Orang Hilang dan Tindak Kekerasan (Kontras) ini meminta agar BI, PPATK, dan KPK mengawasi ketiga daerah tersebut dan mengaudit rekening-rekening bukan bisnis yang melakukan penarikan tunai dalam jumlah besar baik dalam rupa mata uang lokal maupun mata uang asing.

"KPK. PPATK, dan Bank Indonesia harus berkeringat kali ini," ujar Haris. Gerakan Dekrit Rakyat Indonesia juga meminta semua pihak untuk mewujudkan pilpres yang damai tanpa mengintervensi suara rakyat dalam proses penghitungan suara oleh Komisi Pemilihan Umum.

Selain Haris Azhar, ada beberapa tokoh lain yang hadir dalam konferensi pers ini, antara lain Peneliti LIPI, Mochtar Pabottingi; tokoh agama, Romo Benny Susetyo; Direkutr Lingkar Madani untuk Indonesia, Ray Rangkuti; dan Koordinator Institut Hijau Indonesia, Chalid Muhammad.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Prajurit TNI AL Tembak Sipil di Makassar, KSAL: Proses Hukum Berjalan, Tak Ada yang Kebal Hukum

Prajurit TNI AL Tembak Sipil di Makassar, KSAL: Proses Hukum Berjalan, Tak Ada yang Kebal Hukum

Nasional
Demokrat Tak Keberatan PKS Gabung Pemerintahan ke Depan, Serahkan Keputusan ke Prabowo

Demokrat Tak Keberatan PKS Gabung Pemerintahan ke Depan, Serahkan Keputusan ke Prabowo

Nasional
Polri Tangkap 28.861 Tersangka Kasus Narkoba, 5.049 di Antaranya Direhabilitasi

Polri Tangkap 28.861 Tersangka Kasus Narkoba, 5.049 di Antaranya Direhabilitasi

Nasional
Soal Kekerasan di STIP, Menko Muhadjir: Itu Tanggung Jawab Institusi

Soal Kekerasan di STIP, Menko Muhadjir: Itu Tanggung Jawab Institusi

Nasional
Pertamina Goes To Campus 2024 Dibuka, Lokasi Pertama di ITB

Pertamina Goes To Campus 2024 Dibuka, Lokasi Pertama di ITB

Nasional
Demokrat Sudah Beri Rekomendasi Khofifah-Emil Dardak Maju Pilkada Jawa Timur

Demokrat Sudah Beri Rekomendasi Khofifah-Emil Dardak Maju Pilkada Jawa Timur

Nasional
14 Negara Disebut Akan Ambil Bagian dalam Super Garuda Shield 2024

14 Negara Disebut Akan Ambil Bagian dalam Super Garuda Shield 2024

Nasional
Khofifah Ingin Duet dengan Emil Dardak, Gerindra: Kami Akan Komunikasi dengan Partai KIM

Khofifah Ingin Duet dengan Emil Dardak, Gerindra: Kami Akan Komunikasi dengan Partai KIM

Nasional
Wamenkeu Sebut Pemilu 2024 Berkontribusi Besar Dorong Pertumbuhan Ekonomi

Wamenkeu Sebut Pemilu 2024 Berkontribusi Besar Dorong Pertumbuhan Ekonomi

Nasional
Mensos Risma Janjikan 3 Hal kepada Warga Kabupaten Sumba Timur

Mensos Risma Janjikan 3 Hal kepada Warga Kabupaten Sumba Timur

Nasional
SYL Renovasi Rumah Pribadi, tapi Laporannya Rumah Dinas Menteri

SYL Renovasi Rumah Pribadi, tapi Laporannya Rumah Dinas Menteri

Nasional
Jaksa KPK Sebut Nilai Total Gratifikasi dan TPPU Gazalba Saleh Capai Rp 62,8 M

Jaksa KPK Sebut Nilai Total Gratifikasi dan TPPU Gazalba Saleh Capai Rp 62,8 M

Nasional
Ratas Evaluasi Mudik, Jokowi Minta 'Rest Area' Diperbanyak

Ratas Evaluasi Mudik, Jokowi Minta "Rest Area" Diperbanyak

Nasional
Dugaan TPPU Hakim Gazalba Saleh: Beli Alphard, Kredit Rumah Bareng Wadir RSUD di Jakarta

Dugaan TPPU Hakim Gazalba Saleh: Beli Alphard, Kredit Rumah Bareng Wadir RSUD di Jakarta

Nasional
Anggota Bawaslu Intan Jaya Mengaku Disandera KKB Jelang Pemilu, Tebus Ratusan Juta Rupiah agar Bebas

Anggota Bawaslu Intan Jaya Mengaku Disandera KKB Jelang Pemilu, Tebus Ratusan Juta Rupiah agar Bebas

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com