Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 20/06/2014, 02:45 WIB
Fabian Januarius Kuwado

Penulis


PEKALONGAN, KOMPAS.com — Calon presiden Joko Widodo menjadi magnet bagi masyarakat yang ingin melihat sosoknya secara langsung. Ada kisah dari mereka yang meluangkan waktu demi menunggu Jokowi.

Ingin bertemu Jokowi. Demikian tekad Sumarsih (52), warga Kota Pekalongan, Jawa Tengah. Sejak Kamis (19/6/2014) siang, ibu dari tiga anak itu sudah menanti kedatangan sang capres di Pasar Batik Setono. Berjam-jam menanti, ia tetap bertahan hingga akhirnya Jokowi datang pada malam hari.

Sumarsih mengisahkan, pada Rabu (18/6/2014) kemarin, ia mendapatkan informasi bahwa Jokowi akan bertandang ke kampung halamannya. Dengan menaiki sepeda motor bebek dibonceng putri bungsunya, Sumarsih yang berprofesi sebagai buruh cuci itu datang ke Pasar Batik Setono, sekitar pukul 15.00 WIB. Perjalanan dari rumah ke lokasi kampanye hanya 15 menit. 

"Sampai sini sudah banyak orang. Tujuannya sama, mau ketemu Pak Jokowi," ujarnya kepada Kompas.com, Kamis malam.

Meski lama menanti, Sumarsih tetap bertahan. Tak ada kocek yang dikeluarkannya untuk membeli makanan atau minuman demi mengusir rasa bosan.  

"Tadi dikasih makan dan minum sama orang-orang relawan. Nih, saya diberikan kaus juga," lanjutnya.

Ada banyak "Sumarsih" lain di pasar tersebut. Bahkan, ada yang mengaku datang dari Pati dan Kudus, Jawa Tengah, hanya untuk melihat Jokowi. Hanya melihat.

Sekitar pukul 18.50 WIB, bunyi sirene mobil polisi memecah suasana di Pasar Batik Setono. Menyadarkan Sumarsih dari berjam-jam penantiannya. Dengan antusias, dia bangkit dari tempat duduknya dan berdiri di posisi yang lebih tinggi demi bisa melihat Jokowi.

"Pak Jokowi! Pak Jokowi!" teriak Sumarsih kegirangan.

Jokowi tentunya tidak mendengar suara Sumarsih. Tetapi, dia tak kecil hati. Sumarsih terus memanggil nama Jokowi, demikian pula sang putri yang ada di sisinya.

Apa arti Jokowi bagi Sumarsih?

Bagi Sumarsih, seperti yang diutarakannya, Joko Widodo adalah harapan. Sumarsih mengatakan, pilihannya jatuh kepada Jokowi karena merasa ada kedekatan.

"Pak Jokowi itu selalu datang ke masyarakat. Sukanya bermasyarakatlah," ujar Sumarsih.

"Saya sudah lama miskin, sejak ibu bapak saya dulu, sudah begini. Mudah-mudahan Pak Jokowi benar, enggak bohong, itu saja," lanjut Sumarsih.

Tepat pukul 19.30 WIB, Jokowi menyelesaikan kunjungannya di Pasar Setono. Tak ada orasi yang disampaikannya. Jokowi hanya berpesan kepada warga Pekalongan untuk memelihara pasar batik terbesar se-Jawa itu agar tetap menjadi tonggak ekonomi kerakyatan.

Meski hanya sesaat, Sumarsih mengaku senang bisa melihat Jokowi secara langsung. Ketika rombongan Jokowi bubar, ia bersama putrinya pun menuju area parkir motor. Kembali ke rumah, karena besok pagi ia mendapatkan pekerjaan mencuci gorden dan kasur tetangganya. Kembali dengan harapan terselip di hati, janji menyejahterakan akan ditepati Jokowi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

Nasional
Pakar Ungkap 'Gerilya' Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Pakar Ungkap "Gerilya" Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Nasional
Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

Nasional
Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

Nasional
Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

Nasional
'Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit'

"Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit"

Nasional
Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

Nasional
PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

Nasional
Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

Nasional
Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

Nasional
Rencana Prabowo Bentuk 41 Kementerian Dinilai Pemborosan Uang Negara

Rencana Prabowo Bentuk 41 Kementerian Dinilai Pemborosan Uang Negara

Nasional
Di MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10, Puan Suarakan Urgensi Gencatan Senjata di Gaza

Di MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10, Puan Suarakan Urgensi Gencatan Senjata di Gaza

Nasional
KPK Sebut Kasus Gus Muhdlor Lambat Karena OTT Tidak Sempurna

KPK Sebut Kasus Gus Muhdlor Lambat Karena OTT Tidak Sempurna

Nasional
TNI AL Ketambahan 2 Kapal Patroli Cepat, KRI Butana-878 dan KRI Selar-879

TNI AL Ketambahan 2 Kapal Patroli Cepat, KRI Butana-878 dan KRI Selar-879

Nasional
Sejarah BIN yang Hari Ini Genap Berusia 78 Tahun

Sejarah BIN yang Hari Ini Genap Berusia 78 Tahun

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com