Menurut dia, ada kecenderungan pada lembaga survei untuk tidak meloloskan dua partai seperti yang terjadi pada Pemilu Legislatif 2009, yakni Partai Bulan Bintang (PBB) dan PKPI.
"Masa nilainya hampir sama dengan 2009. PBB juga 1,3 persen," ujarnya.
Sutiyoso menuturkan, selama empat tahun PKPI di bawah kepemimpinannya, ia melakukan konsolidasi penguatan partai, mulai dari tingkat desa hingga ke kota/kabupaten dan provinsi di Indonesia.
Majunya PKPI dalam Pileg 2014 pun diakui mantan orang nomor satu DKI ini sebagai hasil dari kerja sama 13 partai politik lain yang tidak lolos verifikasi.
"Partai-partai itu adalah partai yang pernah ikut Pemilu 2009. Mereka sudah punya konstituen di daerah," katanya.
Ia tidak memungkiri ada partai yang tidak ikut bergabung. Namun, kecilnya perolehan PKPI dalam hitung cepat dikatakan Sutiyoso tidak masuk akal. Terlebih lagi, baginya, respons masyarakat saat kampanye PKPI di daerah disambut baik oleh masyarakat.
"Lihat saja foto PKPI saat kampanye. Kampanye kami sangat diminati masyarakat," katanya sambil menunjukkan foto kampanye PKPI di Medan, beberapa waktu lalu.
PKPI mengklaim massa kampanye saat itu hingga 25.000 jiwa. Terkait hal ini, PKPI menurutnya akan melapor ke Komisi Pemilihan Umum (KPU) untuk meminta KPU mengawasi opini publik yang dibangun dari penayangan quick count, mengingat masih adanya pemilihan ulang di beberapa daerah.
Sebelumnya, PKPI merilis hasil hitung cepat internal mereka di 3.000 TPS, yang meraih 3,7 persen suara.