Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Soal Hukuman Pancung Satinah, MS Kaban Nilai Pemerintah Terlambat

Kompas.com - 29/03/2014, 15:24 WIB
Kontributor Jember, Ahmad Winarno

Penulis

JEMBER, KOMPAS.com - Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat Partai Bulan Bintang (DPP PBB), MS Kaban menilai, Pemerintah Republik Indonesia terlambat mengawal kasus Satinah binti Jumadi Ahmadi, seorang TKI asal Kabupaten Semarang, yang akan dijatuhi hukuman pancung pada tanggal 3 April 2014 mendatang.

"Apa yang terjadi sekarang ini, menurut saya ada kelambatan di dalam ikhtiar untuk membebaskan itu. Kalau kita lihat di Negara Saudi Arabia, itu kan memberlakukan Hukum Islam. Nah Hukum Islam itu sangat moderat, sebab bukan bertumpu kepada sanksi, tetapi kepada kesadaran moral. Kalau pemerintah aktif sejak peristiwa itu terjadi, kemungkinan dibebaskan dari hukuman mati bisa terjadi,” singgung Kaban, usai menjadi juru kampanye nasional PBB di Lapangan Kecamatan Tanggul, Jember, Jawa Timur, Sabtu (29/3/2014).

Oleh karena itulah kata Kaban, pemerintah harus aktif untuk mengawal kasus tersebut.

"Di sinilah pemerintah harus berperan supaya masyarakat merasa negara hadir dalam situasi dan kondisi apapun," imbuh dia.

Persoalan denda, menurut dia, bisa dibayar melalui asuransi yang dimiliki seorang TKI. "TKI ini kan ada asuransinya, seharusnya perusahaan asuransi menggarkan itu. Jadi harus ada kebijakan anggaran itu," kata Kaban.

Seperti diberitakan, seorang TKI asal Kabupaten Semarang, Satinah binti Jumadi Ahmadi, terancam hukuman mati pada 3 April 2014 mendatang. Namun, hukuman mati akan terhindar jika Satinah mampu membayarkan diyat atau denda pengganti hukuman mati akibat membunuh.

Uang diyat yang diminta pertama kali oleh keluarga korban pembunuhan oleh Satinah sebesar 10 juta riyal atau senilai Rp 30 miliar.

Di pengadilan Arab Saudi, Satinah telah mengakui perbuatannya. Ia telah dipenjara sejak 2009 dan telah mengalami tiga kali penangguhan hukuman mati. Keluarga korban kemudian meminta tebusan sebesar 7,5 juta riyal atau setara Rp 21 miliar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Polisi 4 Negara Kerjasama Demi Tangkap Gembong Narkoba Fredy Pratama

Polisi 4 Negara Kerjasama Demi Tangkap Gembong Narkoba Fredy Pratama

Nasional
Soal Peluang Duetkan Anies-Ahok, PDI-P: Masih Kami Cermati

Soal Peluang Duetkan Anies-Ahok, PDI-P: Masih Kami Cermati

Nasional
KPK Kembali Panggil Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor, Singgung Jemput Paksa

KPK Kembali Panggil Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor, Singgung Jemput Paksa

Nasional
Hamas Minta JK Turut Serta dalam Upaya Damai di Palestina

Hamas Minta JK Turut Serta dalam Upaya Damai di Palestina

Nasional
KPU Pertanyakan Klaim PPP Kehilangan 5.000 Suara di Sulsel

KPU Pertanyakan Klaim PPP Kehilangan 5.000 Suara di Sulsel

Nasional
KPU Bantah Dalil Sengketa Irman Gusman yang Ngotot Maju DPD

KPU Bantah Dalil Sengketa Irman Gusman yang Ngotot Maju DPD

Nasional
Kontak Senjata hingga Penyanderaan Pesawat, Rintangan Pemilu 2024 di Papua Tengah Terungkap di MK

Kontak Senjata hingga Penyanderaan Pesawat, Rintangan Pemilu 2024 di Papua Tengah Terungkap di MK

Nasional
Jaksa KPK Sebut Dana Rp 850 Juta dari SYL ke Nasdem untuk Keperluan Bacaleg

Jaksa KPK Sebut Dana Rp 850 Juta dari SYL ke Nasdem untuk Keperluan Bacaleg

Nasional
Nostalgia Ikut Pilpres 2024, Mahfud: Kenangan Indah

Nostalgia Ikut Pilpres 2024, Mahfud: Kenangan Indah

Nasional
Gibran Beri Sinyal Kabinet Bakal Banyak Diisi Kalangan Profesional

Gibran Beri Sinyal Kabinet Bakal Banyak Diisi Kalangan Profesional

Nasional
Menag Bertolak ke Saudi, Cek Persiapan Akhir Layanan Jemaah Haji

Menag Bertolak ke Saudi, Cek Persiapan Akhir Layanan Jemaah Haji

Nasional
Ide 'Presidential Club' Prabowo: Disambut Hangat Jokowi dan SBY, Dipertanyakan oleh PDI-P

Ide "Presidential Club" Prabowo: Disambut Hangat Jokowi dan SBY, Dipertanyakan oleh PDI-P

Nasional
Ganjar Pilih Jadi Oposisi, PDI-P Dinilai Hampir Dipastikan Berada di Luar Pemerintahan Prabowo

Ganjar Pilih Jadi Oposisi, PDI-P Dinilai Hampir Dipastikan Berada di Luar Pemerintahan Prabowo

Nasional
Jemaah Haji Kedapatan Pakai Visa Non Haji, Kemenag Sebut 10 Tahun Tak Boleh Masuk Arab Saudi

Jemaah Haji Kedapatan Pakai Visa Non Haji, Kemenag Sebut 10 Tahun Tak Boleh Masuk Arab Saudi

Nasional
BNPB Tambah 2 Helikopter untuk Distribusi Logistik dan Evakuasi Korban Longsor di Sulsel

BNPB Tambah 2 Helikopter untuk Distribusi Logistik dan Evakuasi Korban Longsor di Sulsel

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com