Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Koalisi Masyarakat Laporkan Nurhadi ke MA soal Suvenir iPod

Kompas.com - 25/03/2014, 16:17 WIB
Ihsanuddin

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Sejumlah aktivis yang tergabung dalam Koalisi Masyarakat Sipil Pemantau Peradilan melaporkan Sekretaris Mahkamah Agung Nurhadi ke Mahkamah Agung (MA). Nurhadi sebelumnya menuai sorotan karena membagi-bagikan iPod sebagai suvenir dalam resepsi pernikahan anaknya.

"Pernikahan mewah yang dilakukan Nurhadi baru-baru ini, tidak hanya iPod, tapi juga yang diselenggarakan di Gedung Mulia dan lain-lain itu, menurut kami telah melanggar kepantasan dia sebagai abdi negara atau PNS (pegawai negeri sipil),” kata anggota koalisi, Erwin Natoesmal Oemar, seusai menyampaikan laporannya di Gedung MA, Jakarta, Selasa (25/3/2014).

Selain Erwin, yang merupakan peneliti Indonesian Legal Roundtable, koalisi ini juga terdiri dari aktivis lain, yakni Alvon Kurnia Palma dari Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia, Agus Sunaryato dari Indonesia Corruption Watch, Fadli Ramadanil dari Perludem, Dio Ashar dari Fakultas Hukum Universitas Indonesia, dan Saputra dari Lembaga Bantuan Hukum Pers Padang.

Erwin menilai, gaya hidup mewah Nurhadi tersebut sangat tidak masuk akal jika menghitung pendapatannya sebagai PNS. Sebagai PNS eselon I, menurut Erwin, pendapatan Nurhadi selama satu bulan hanya berkisar Rp 25 Juta. "Itu sudah termasuk tunjangan dan lain-lain, ya," kata Erwin.

Koalisi menghitung bahwa total nilai iPod yang dibagikan Nurhadi dalam pernikahan anaknya bisa mencapai Rp 1,7 miliar. Belum lagi, penyewaan gedung Hotel Mulia yang memakan biaya cukup besar. "Hotel Mulia itu untuk 1.500 orang undangan saja biayanya Rp 800 juta. Kalau yang hadir 5.000, itu berarti sudah berapa miliar sendiri," ujar Erwin.

Dengan laporan tersebut, Erwin berharap agar MA dapat segera membentuk tim untuk melakukan pemeriksaan terbuka terhadap pelanggaran etika ataupun hukum yang dilakukan Nurhadi. Jika terbukti bersalah, Erwin berharap Nurhadi dikenai sanksi administrasi yang seberat-beratnya oleh MA.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tinggalkan KPK, Dirut Nonaktif PT Taspen Irit Bicara Sembari Bawa Sate

Tinggalkan KPK, Dirut Nonaktif PT Taspen Irit Bicara Sembari Bawa Sate

Nasional
Tanggal 10 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 10 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

Nasional
Pakar Ungkap 'Gerilya' Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Pakar Ungkap "Gerilya" Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Nasional
Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

Nasional
Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

Nasional
Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

Nasional
'Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit'

"Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit"

Nasional
Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

Nasional
PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

Nasional
Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

Nasional
Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

Nasional
Rencana Prabowo Bentuk 41 Kementerian Dinilai Pemborosan Uang Negara

Rencana Prabowo Bentuk 41 Kementerian Dinilai Pemborosan Uang Negara

Nasional
Di MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10, Puan Suarakan Urgensi Gencatan Senjata di Gaza

Di MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10, Puan Suarakan Urgensi Gencatan Senjata di Gaza

Nasional
KPK Sebut Kasus Gus Muhdlor Lambat Karena OTT Tidak Sempurna

KPK Sebut Kasus Gus Muhdlor Lambat Karena OTT Tidak Sempurna

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com