Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Eks Tapol: Usung Kejayaan Orba, Golkar Putar Balikkan Sejarah

Kompas.com - 19/02/2014, 08:54 WIB
Sabrina Asril

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Bedjo Untung, eks tapol (tahanan politik) dan salah satu korban kekerasan 1965-1966, tak habis pikir dengan kampanye yang dilakukan Partai Golkar sambil menggembar-gemborkan kejayaan rezim Orde Baru. Masih melekat dalam ingatannya kejahatan rezim itu yang telah membunuh teman-temannya dan membuatnya harus mendekam selama 9 tahun di penjara tanpa melalui proses pengadilan.

"Saya mau bilang, Soeharto itu penjahat negara yang sudah merusak dan membunuhi teman-teman saya. Saya adalah representasi korban penjahat tahun 1965. Kalau disebut zaman Soeharto lebih enak, ini memutarbalikkan sejarah. Nyawa sangat murah di masa Orde Baru," ujar Bedjo saat ditemui di Kompleks Parlemen, Rabu (19/2/2014).

Bedjo ditangkap dalam Operasi Tim Kalong pada 24 Oktober 1970 saat dirinya bekerja di salah satu pusat perbelanjaan ternama saat itu, Sarinah. Bedjo tiba-tiba saja diseret Tim Kalong yang dikomandoi Letnan Suprapto dan langsung dijebloskan ke dalam bui. Gara-garanya, Bedjo dituduh bagian dari Partai Komunis Indonesia akibat keterlibatannya dalam Ikatan Pelajar Pemuda Indonesia (IPPI). IPPI ketika itu mendukung kebijakan Soekarno soal Nasionalis, Agama, dan Komunis (Nasakom).

Menurut Bedjo, jika Golkar hendak mengusung kejayaan Orde Baru, seharusnya partai ini membantu proses pengungkapan kebenaran yang terjadi dalam rezim itu, dan bukannya menutupi-nutupi sejarah. Selain itu, Bedjo mengakui Partai Golkar juga perlu meminta maaf atas kekejaman rezim Orde Baru jika ingin kembali mengungkit masa itu.

"Dengan mengusung Soeharto, Golkar masih menunjukkan dirinya bagian dari Orde Baru. Saya suarakan, partai itu jangan dipilih," ujar Bedjo.

Pada usianya yang kini senja, Bedjo terus berjuang mencari keadilan. Dia menjadi Ketua Yayasan Penelitian Korban 1965-1966. Hanya satu harapannya, pemerintah dan negara harus menggelar persidangan atas kasus penculikan hingga pembunuhan yang terjadi pada masa Orde Baru.

"Walaupun Soeharto sudah meninggal, kami meminta agar ada peradilan in absentia karena kami korban 1965 merasa betul-betul menjadi korban yang sia-sia. Selama itu belum diadili, tidak akan ada kebenaran yang terungkap," ucap pria yang pernah mendekam di penjara Salemba, Cikokol, dan Gunung Sahari itu.

Golkar dan Orde Baru

Partai Golkar belakangan ini mulai menyinggung soal kejayaan Orde Baru. Ketua Umum DPP Partai Golkar Aburizal Bakrie alias Ical bahkan meminta kader Partai Golkar sekaligus anggota organisasi massa yang berafiliasi di dalamnya untuk tidak malu mengakui kalau Golkar berjaya pada era Orde Baru.

Bahkan, Ical meminta mereka untuk bangga dengan masa kepemimpinan Soeharto. "Kalau ada orang tanya, Anda Orde Baru? Jawab 'ya'," kata Ical saat berpidato di acara Pelantikan Pengurus Kosgoro 1957 di Kantor DPP Golkar di Jakarta, Senin (10/2/2014) malam.

Menurut Ical, Orde Baru tidak selamanya negatif. Bahkan, Ical menilai, Orde Baru memiliki banyak nilai positif dibandingkan zaman Reformasi. Satu-satunya hal yang kurang baik dari Orde Baru, kata dia, adalah pemerintahan yang otoriter dan tertutup kepada media dan publik. Selebihnya, Orde Baru memiliki dampak positif.

"Kalau kita malu mengakui itu, kita takut mengakui itu, maka harapan yang ditangkap rakyat akan ditangkap partai lain. Jangan takut bilang Golkar Orde Baru," ujarnya.

Salah satu bukti bahwa zaman Orde Baru adalah zaman yang positif, ucap Ical, adalah dengan munculnya baju dan stiker Soeharto dengan tulisan "Enak Jamanku To?" Menurutnya, baju dan stiker tersebut adalah bukti kerinduan masyarakat terhadap sosok Soeharto dan Partai Golkar.

"Itu bukan Golkar yang membuatnya. Itu masyarakat sendiri yang buat, dan laku dijual kerinduan terhadap Pak Harto. Kerinduan terhadap Golkar sudah ada," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Niat Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati soal Kabinet Dimentahkan PDI-P

Niat Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati soal Kabinet Dimentahkan PDI-P

Nasional
SBY Doakan dan Dukung Prabowo Sukses Jaga Keutuhan NKRI sampai Tegakkan Keadilan

SBY Doakan dan Dukung Prabowo Sukses Jaga Keutuhan NKRI sampai Tegakkan Keadilan

Nasional
'Presidential Club', 'Cancel Culture', dan Pengalaman Global

"Presidential Club", "Cancel Culture", dan Pengalaman Global

Nasional
Hari Ini, Hakim Agung Gazalba Saleh Mulai Diadili di Kasus Gratifikasi dan TPPU

Hari Ini, Hakim Agung Gazalba Saleh Mulai Diadili di Kasus Gratifikasi dan TPPU

Nasional
Respons Partai Pendukung Prabowo Usai Luhut Pesan Tak Bawa Orang 'Toxic' ke Dalam Pemerintahan

Respons Partai Pendukung Prabowo Usai Luhut Pesan Tak Bawa Orang "Toxic" ke Dalam Pemerintahan

Nasional
Bongkar Dugaan Pemerasan oleh SYL, KPK Hadirkan Pejabat Rumah Tangga Kementan

Bongkar Dugaan Pemerasan oleh SYL, KPK Hadirkan Pejabat Rumah Tangga Kementan

Nasional
Soal Maju Pilkada DKI 2024, Anies: Semua Panggilan Tugas Selalu Dipertimbangkan Serius

Soal Maju Pilkada DKI 2024, Anies: Semua Panggilan Tugas Selalu Dipertimbangkan Serius

Nasional
Kloter Pertama Jemaah Haji Indonesia Dijadwalkan Berangkat 12 Mei 2024

Kloter Pertama Jemaah Haji Indonesia Dijadwalkan Berangkat 12 Mei 2024

Nasional
Saat Jokowi Sebut Tak Masalah Minta Saran Terkait Kabinet Prabowo-Gibran...

Saat Jokowi Sebut Tak Masalah Minta Saran Terkait Kabinet Prabowo-Gibran...

Nasional
'Presidential Club' Ide Prabowo: Dianggap Cemerlang, tapi Diprediksi Sulit Satukan Jokowi-Megawati

"Presidential Club" Ide Prabowo: Dianggap Cemerlang, tapi Diprediksi Sulit Satukan Jokowi-Megawati

Nasional
[POPULER NASIONAL] Masinton Sebut Gibran Gimik | Projo Nilai PDI-P Baperan dan Tak Dewasa Berpolitik

[POPULER NASIONAL] Masinton Sebut Gibran Gimik | Projo Nilai PDI-P Baperan dan Tak Dewasa Berpolitik

Nasional
Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
 PAN Nilai 'Presidential Club' Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

PAN Nilai "Presidential Club" Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Nasional
LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com