Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Prabowo Dinilai Terlalu Banyak “Cacat” Bawaan

Kompas.com - 09/01/2014, 20:57 WIB
Sabrina Asril

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Survei Litbang Kompas menunjukkan elektabilitas Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo Subianto hanya tersisa 11,1 persen pada Desember 2013. Jarak elektabilitas Prabowo yang sebelumnya menempel ketat Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo di posisi teratas pun semakin terbuka lebar. Apa yang menyebabkan suara Prabowo kini turun?

Pengamat politik J Kristiadi menilai Prabowo terlalu dini maju sebagai kandidat capres. Padahal, lanjutnya, Prabowo masih memiliki rekam jejak kelam di masa lalu. “Terlalu banyak cacat bawaan dia bawa sejak reformasi,” kata Kristiadi di Jakarta, Kamis (9/1/2014).

Menurut Kristiadi, saat ini masyarakat sudah mulai menyadari soal jejak kelam Prabowo pada masa lalu. Meski banyak yang menyebut masyarakat Indonesia cepat lupa, tetapi Kristiadi melihat banyaknya media massa yang ada membuat masyarakat kian mudah mendapatkan informasi tentang rekam jejak seseorang.

“Semakin mendekati pelaksanaan pilpres, akan banyak sekali kampanye negatif terhadap Prabowo. Ini harus diantisipasi,” ucapnya.

Apalagi, Prabowo tidak memiliki akses ke media massa yang leluasa. Prabowo, sebut Kristiadi, tergerus oleh kuatnya akses kandidat lain seperti Wiranto-Hary Tanoe yang memanfaatkan jaringan MNC Grup dan Aburizal “Ical” Bakrie yang memanfaatkan jaringan Viva Group.

“Jika selalu dibanding-bandingkan dengan Jokowi, Prabowo praktis tidak bisa bersaing karena dia tidak punya rekam jejak keberhasilan. Konsepnya masing mengawang. Sementara Jokowi sudah membuktikan di Solo dan kini di Jakarta, dia pelan-pelan menunjukkan perbaikan,” imbuh Kristiadi.

Dukungan Prabowo menurun

Elektabilitas Prabowo Subianto menurun berdasarkan survei Libang Kompas. Dari survei pertama pada Desember 2012, Prabowo langsung melejit dengan 13,3 persen dukungan responden. Suara Prabowo masih bertambah pada survei putaran kedua pada Juni 2013, dengan 15,1 persen responden memilihnya. Saat itu Jokowi sudah mendapat dukungan 32,5 persen.

Pada periode ketiga survei pada Desember 2013, alih-alih mempersempit selisih dengan Jokowi yang mendapatkan dukungan hingga 43,5 persen, Prabowo justru berkurang dukungan menjadi 11,1 persen.

Rangkaian survei yang digelar harian Kompas menggunakan metode survei longitudinal, yakni meminta pendapat dari responden yang sama. Ketiga survei dilakukan secara tatap muka dalam tiga periode waktu. Survei melibatkan 1.380 sampai 1.400 responden dari 34 provinsi di Indonesia. Survei menggunakan tingkat kepercayaan 95 persen dan rentang kesalahan (margin of error) 2,6 persen dalam penarikan sampel acak sederhana.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[POPULER NASIONAL] PDI-P Harap Putusan PTUN Buat Prabowo-Gibran Tak Bisa Dilantik | Menteri 'Triumvirat' Prabowo Diprediksi Bukan dari Parpol

[POPULER NASIONAL] PDI-P Harap Putusan PTUN Buat Prabowo-Gibran Tak Bisa Dilantik | Menteri "Triumvirat" Prabowo Diprediksi Bukan dari Parpol

Nasional
Tanggal 5 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 5 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Sempat Berkelakar Hanif Dhakiri Jadi Menteri, Muhaimin Bilang Belum Ada Pembicaraan dengan Prabowo

Sempat Berkelakar Hanif Dhakiri Jadi Menteri, Muhaimin Bilang Belum Ada Pembicaraan dengan Prabowo

Nasional
PKS Janji Fokus Jika Gabung ke Prabowo atau Jadi Oposisi

PKS Janji Fokus Jika Gabung ke Prabowo atau Jadi Oposisi

Nasional
Gerindra Ungkap Ajakan Prabowo Buat Membangun Bangsa, Bukan Ramai-ramai Masuk Pemerintahan

Gerindra Ungkap Ajakan Prabowo Buat Membangun Bangsa, Bukan Ramai-ramai Masuk Pemerintahan

Nasional
PKB Terima Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Kalimantan, Salah Satunya Isran Noor

PKB Terima Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Kalimantan, Salah Satunya Isran Noor

Nasional
ICW Sebut Alasan Nurul Ghufron Absen di Sidang Etik Dewas KPK Tak Bisa Diterima

ICW Sebut Alasan Nurul Ghufron Absen di Sidang Etik Dewas KPK Tak Bisa Diterima

Nasional
Nasdem Kaji Duet Anies-Sahroni di Pilkada Jakarta

Nasdem Kaji Duet Anies-Sahroni di Pilkada Jakarta

Nasional
PDI-P Tuding KPU Gelembungkan Perolehan Suara PAN di Dapil Kalsel II

PDI-P Tuding KPU Gelembungkan Perolehan Suara PAN di Dapil Kalsel II

Nasional
Demokrat Tak Ingin Ada 'Musuh dalam Selimut' di Periode Prabowo-Gibran

Demokrat Tak Ingin Ada "Musuh dalam Selimut" di Periode Prabowo-Gibran

Nasional
Maju di Pilkada Jakarta atau Jabar, Ridwan Kamil: 1-2 Bulan Lagi Kepastiannya

Maju di Pilkada Jakarta atau Jabar, Ridwan Kamil: 1-2 Bulan Lagi Kepastiannya

Nasional
Demokrat Harap Tak Semua Parpol Merapat ke Prabowo Supaya Ada Oposisi

Demokrat Harap Tak Semua Parpol Merapat ke Prabowo Supaya Ada Oposisi

Nasional
Bingung dengan Objek Gugatan PDI-P di PTUN, KPU Belum Tahu Mau Jawab Apa

Bingung dengan Objek Gugatan PDI-P di PTUN, KPU Belum Tahu Mau Jawab Apa

Nasional
Gugat Dewas ke PTUN hingga 'Judicial Review' ke MA, Wakil Ketua KPK: Bukan Perlawanan, tapi Bela Diri

Gugat Dewas ke PTUN hingga "Judicial Review" ke MA, Wakil Ketua KPK: Bukan Perlawanan, tapi Bela Diri

Nasional
Sengketa Pileg, PPP Klaim Suara Pindah ke Partai Lain di 35 Dapil

Sengketa Pileg, PPP Klaim Suara Pindah ke Partai Lain di 35 Dapil

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com