JAKARTA, KOMPAS.com — Dua kandidat calon presiden, yaitu Ketua Umum DPP PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri dan Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo Subianto, mengalami penurunan tingkat dukungan dalam survei yang dilakukan Litbang Kompas pada Desember 2013. Pendukung kedua tokoh ini ternyata sebagian besar beralih ke Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo.
Di dalam survei ketiga Litbang Kompas, tingkat dukungan terhadap Megawati tersisa 6,1 persen. Padahal, dalam survei Litbang Kompas bulan Juni 2013, tingkat elektabilitas Megawati masih mencapai 8 persen.
Peneliti Litbang Kompas, Bestian Nainggolan, menjelaskan, loyalis Megawati hanya tersisa 31 persen. Mereka adalah responden yang memilih Megawati ketika survei pertama hingga ketiga. Sebanyak 69 persen pendukung Megawati telah melarikan dukungannya kepada kandidat lain.
“Persentase terbesar, pendukung Megawati beralih kepada Jokowi (46 persen dari seluruh pendukung Megawati yang pindah dukungan). Yang penting masih satu partai,” ujar Bestian dalam pemaparannya di Kompas TV, Jakarta, Rabu (8/1/2014).
Menurut Bestian, sebagian kecil pendukung Megawati mengalihkan dukungannya kepada tokoh lain, yakni Prabowo, Aburizal Bakrie, dan Jusuf Kalla. Ada pula pendukung Megawati yang menjadi bimbang dalam memilih.
Adapun Prabowo, dalam survei Kompas, tingkat elektabilitasnya juga menurun. Jika dalam dua survei Litbang Kompas sebelumnya Prabowo selalu menempel Jokowi, kini suara Prabowo justru melorot.
Pada survei pertama Desember 2012, dukungan untuk Prabowo berada pada posisi terdekat dengan Jokowi. Saat Jokowi meraup dukungan 17,7 persen, Prabowo mengumpulkan 13,3 persen dukungan dari 1.400 responden di 33 provinsi. Pada survei Litbang Kompas Desember 2013, suara Prabowo anjlok di angka 11,1 persen.
Sama seperti Megawati, sebagian besar pendukung Prabowo juga mengalihkan dukungannya kepada Megawati. “Prabowo kini hanya memiliki 43 persen pemilih loyal. Sebanyak 36 persen lari ke Jokowi,” ujar Bestian.
Dia menjelaskan, banyaknya limpahan suara yang didapat Jokowi dari kandidat lain dikarenakan produksi isu yang dilakukan mantan Wali Kota Surakarta itu. “Produksi isunya Jokowi pun diikuti dan dicermati pemberitaan media massa dan menyebar ke seluruh Indonesia. Sementara calon-calon yang lain belum ke tahapan itu, mereka menawarkan konsepnya dulu,” kata Bestian.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.