Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nilai Jeblok untuk Megawati

Kompas.com - 01/12/2013, 15:40 WIB
Indra Akuntono

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Hasil survei Indikator Politik menyatakan bahwa Ketua Umum PDI Perjuangan memiliki nilai jeblok di mata responden. Nilai jeblok untuk Megawati berasal dari beberapa kriteria penting sebagai calon pemimpin, seperti kejujuran, kemampuan berempati, ketegasan, dan kecerdasan.

Direktur Eksekutif Indikator Politik Burhanudin Muhtadi menjelaskan, hasil survei yang dilakukan lembaganya menunjukkan bahwa Megawati mendapat nilai nol persen untuk kriteria kecerdasan (pintar). Hasil jeblok itu diperoleh dari survei yang dilakukan secara spontan (tanpa diberi jawaban) maupun survei semiterbuka (dengan panduan jawaban).

Secara spontan responden juga memberi nilai jeblok untuk Megawati di kriteria lainnya, seperti kemampuan memimpin (1 persen), berwibawa (nol persen), tegas (4 persen), perhatian kepada rakyat (2 persen), dan kriteria jujur atau bisa dipercaya (3 persen).

Sementara untuk survei semiterbuka, nilai yang diperoleh Megawati mengalami sedikit kenaikan. Untuk kategori kemampuan memimpin, Megawati mendapat 3 persen, berwibawa (5 persen), tegas (10 persen), perhatian pada rakyat (10 persen), dan jujur atau bisa dipercaya (6 persen).

Nilai jeblok untuk Megawati itu berbanding terbalik dengan raihan yang dicapai kader PDI Perjuangan Joko Widodo (Jokowi). Dalam survei spontan, Jokowi mendapat angka di atas 10 persen untuk semua kriteria, dan untuk survei semiterbuka angkanya tembus di atas 20 persen untuk semua kriteria.

Burhanudin menuturkan, masyarakat pemilih nasional saat ini cenderung mendambakan calon presiden yang jujur atau bisa dipercaya. Kriteria seperti pintar, tegas, atau berwibawa tidak lagi menjadi prioritas.

"Pemilih juga cenderung tidak memilih elite politik lama yang dibicarakan akan maju di 2014 seperti Megawati, Prabowo, atau Aburizal Bakrie," pungkas Burhanudin, di Kantor Indikator Politik, Jakarta, Minggu (1/12/2013).

Survei ini dilakukan Indikator Politik dengan populasi survei warga negara Indonesia yang memiliki hak pilih dalam pemilihan umum, yakni mereka yang sudah berusia 17 atau lebih, dan atau telah menikah. Jumlah sampel sebanyak 1.200 dan berasal dari seluruh provinsi di Indonesia. Responden dipilih secara random.

Quality control dilakukan random pada 20 persen total sampel dengan metode spot check. Survei ini diklaim memiliki margin of error sebesar 2,9 persen dan tingkat kepercayaan sebesar 95 persen. Waktu wawancara dilakukan 10-20 Oktober 2013. Survei ini dibiayai oleh surat kabar Sinar Harapan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

Nasional
Soal 'Presidential Club', Golkar Yakin Prabowo Bisa Menyatukan para Presiden Terdahulu

Soal "Presidential Club", Golkar Yakin Prabowo Bisa Menyatukan para Presiden Terdahulu

Nasional
Tanggapi Isu 'Presidential Club', PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

Tanggapi Isu "Presidential Club", PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

Nasional
Cak Imin Sebut PKB Jaring Calon Kepala Daerah dengan 3 Kriteria

Cak Imin Sebut PKB Jaring Calon Kepala Daerah dengan 3 Kriteria

Nasional
Golkar: 'Presidential Club' Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

Golkar: "Presidential Club" Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

Nasional
Jokowi Diprediksi Gandeng Prabowo Buat Tebar Pengaruh di Pilkada 2024

Jokowi Diprediksi Gandeng Prabowo Buat Tebar Pengaruh di Pilkada 2024

Nasional
Kans Parpol Pro Prabowo-Gibran Dengarkan Jokowi Tergantung Relasi

Kans Parpol Pro Prabowo-Gibran Dengarkan Jokowi Tergantung Relasi

Nasional
Demokrat Yakin Jokowi-Megawati Bisa Bersatu di 'Presidential Club'

Demokrat Yakin Jokowi-Megawati Bisa Bersatu di "Presidential Club"

Nasional
Sebut SBY Setuju Prabowo Bentuk 'Presidential Club', Demokrat: Seperti yang AS Lakukan

Sebut SBY Setuju Prabowo Bentuk "Presidential Club", Demokrat: Seperti yang AS Lakukan

Nasional
Jokowi Diperkirakan Bakal Gunakan Pengaruhnya di Pilkada Serentak 2024

Jokowi Diperkirakan Bakal Gunakan Pengaruhnya di Pilkada Serentak 2024

Nasional
Soal Kemungkinan Gabung Koalisi Prabowo, Cak Imin: Kita Lihat pada 20 Oktober

Soal Kemungkinan Gabung Koalisi Prabowo, Cak Imin: Kita Lihat pada 20 Oktober

Nasional
Kementerian PPPA Akan Dampingi Anak Korban Mutilasi di Ciamis

Kementerian PPPA Akan Dampingi Anak Korban Mutilasi di Ciamis

Nasional
'Orang Toxic Jangan Masuk Pemerintahan, Bahaya'

"Orang Toxic Jangan Masuk Pemerintahan, Bahaya"

Nasional
Prabowo Perlu Waktu untuk Bertemu, PKS Ingatkan Silaturahmi Politik Penting bagi Demokrasi

Prabowo Perlu Waktu untuk Bertemu, PKS Ingatkan Silaturahmi Politik Penting bagi Demokrasi

Nasional
Soal Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Bukan Cuma Harapan Pak Luhut

Soal Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Bukan Cuma Harapan Pak Luhut

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com