Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Survei Indikator: Jokowi "Nyapres", Golkar Bakal Merana

Kompas.com - 21/11/2013, 15:55 WIB
Indra Akuntono

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Pencalonan Gubernur DKI Jakarta sebagai calon presiden dari PDI Perjuangan diyakini akan memengaruhi perolehan suara semua partai politik peserta pemilihan umum 2014. Hal itu terungkap dari hasil survei yang dilakukan Indikator Politik baru-baru ini.

"Semua partai kena pengaruh akibat dari pencapresan Jokowi (Joko Widodo) oleh PDI-P," kata Direktur Eksekutif Indikator Politik Burhanuddin Muhtadi, di Kantor Indikator Politik, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (21/11/2013).

Survei yang dilakukan Indikator Politik menunjukkan dampak paling besar jika Jokowi jadi diusung menjadi calon presiden tampak pada perolehan suara Partai Golkar. Ia menjelaskan, bila PDI Perjuangan mencapreskan Jokowi dan pemilih nasional mengetahui keputusan politik itu, maka Golkar hanya akan mendapat 14,6 persen suara nasional. Tetapi sebaliknya, perolehan suara Golkar akan mencapai 21,8 persen jika Jokowi tak diusung oleh PDI Perjuangan sebagai calon presiden di tahun depan.

Dari hasil survei yang dipaparkan, jika Jokowi diusung menjadi calon presiden oleh PDI Perjuangan, maka perolehan suara PDI Perjuangan akan mencapai 37,8 persen, Golkar 14,6 persen, Partai Demokrat 5,4 persen, Gerindra 6,6 persen, PPP 3,6 persen, PKB 2,5 persen, Hanura 3,5 persen, Partai Nasdem 1,4 persen, PKS 0,6 persen, PAN, 2,5 persen, sedangkan perolehan suara PBB dan PKPI di bawah satu persen. Namun begitu, perolehan suara itu mengalami perubahan jika Jokowi tak diusung menjadi calon presiden.

Perolehan suara PDI Perjuangan akan mencapai 14,4 persen, Golkar 21,8 persen, Partai Demokrat 8,2 persen, Gerindra 11,1 persen, PPP 3,5 persen, PKB 5,8 persen, Hanura 6 persen, Partai Nasdem 3,9 persen, PKS 2,7 persen, PAN 1,1 persen, PBB 0,3 persen dan PKPI 0,7 persen.

"Jokowi dapat mengubah peta kekuatan partai, dan efek pada partai-partai lain juga terlihat meski perbedaannya di bawah lima persen," ujar Burhanuddin.

Survei yang dilakukan Indikator Politik menggunakan desain eksperimental yang dapat diartikan untuk mengetahui hubungan kausal antara independen dan dependen variabel dalam survei opini publik. Jika dalam survei biasanya, hubungan kausal itu hanya berdasarkan asumsi, dalam survei eksperimental sebab bisa ditetapkan lewat sebuah desain.

Populasi survei ini adalah seluruh warga negara Indonesia yang memiliki hak pilih dalam pemilihan umum, yalni mereka yang sudah berusia 17 atau lebih, dan atau telah menikah. Jumlah sampel sebanyak 1.200 dan berasal dari seluruh provinsi di Indonesia. Responden dipilih secara random. Survei ini diklaim memiliki margin of error sebesar 2,9 persen dan tingkat kepercayaan sebesar 95 persen. Waktu wawancara dilakukan 10-20 Oktober 2013. Survei ini dibiayai oleh Surat Kabar Sinar Harapan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggapi Isu 'Presidential Club', PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

Tanggapi Isu "Presidential Club", PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

Nasional
Cak Imin Sebut PKB Jaring Calon Kepala Daerah dengan 3 Kriteria

Cak Imin Sebut PKB Jaring Calon Kepala Daerah dengan 3 Kriteria

Nasional
Golkar: 'Presidential Club' Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

Golkar: "Presidential Club" Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

Nasional
Jokowi Diprediksi Gandeng Prabowo Buat Tebar Pengaruh di Pilkada 2024

Jokowi Diprediksi Gandeng Prabowo Buat Tebar Pengaruh di Pilkada 2024

Nasional
Kans Parpol Pro Prabowo-Gibran Dengarkan Jokowi Tergantung Relasi

Kans Parpol Pro Prabowo-Gibran Dengarkan Jokowi Tergantung Relasi

Nasional
Demokrat Yakin Jokowi-Megawati Bisa Bersatu di 'Presidential Club'

Demokrat Yakin Jokowi-Megawati Bisa Bersatu di "Presidential Club"

Nasional
Sebut SBY Setuju Prabowo Bentuk 'Presidential Club', Demokrat: Seperti yang AS Lakukan

Sebut SBY Setuju Prabowo Bentuk "Presidential Club", Demokrat: Seperti yang AS Lakukan

Nasional
Jokowi Diperkirakan Bakal Gunakan Pengaruhnya di Pilkada Serentak 2024

Jokowi Diperkirakan Bakal Gunakan Pengaruhnya di Pilkada Serentak 2024

Nasional
Soal Kemungkinan Gabung Koalisi Prabowo, Cak Imin: Kita Lihat pada 20 Oktober

Soal Kemungkinan Gabung Koalisi Prabowo, Cak Imin: Kita Lihat pada 20 Oktober

Nasional
Kementerian PPPA Akan Dampingi Anak Korban Mutilasi di Ciamis

Kementerian PPPA Akan Dampingi Anak Korban Mutilasi di Ciamis

Nasional
'Orang Toxic Jangan Masuk Pemerintahan, Bahaya'

"Orang Toxic Jangan Masuk Pemerintahan, Bahaya"

Nasional
Prabowo Perlu Waktu untuk Bertemu, PKS Ingatkan Silaturahmi Politik Penting bagi Demokrasi

Prabowo Perlu Waktu untuk Bertemu, PKS Ingatkan Silaturahmi Politik Penting bagi Demokrasi

Nasional
Soal Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Bukan Cuma Harapan Pak Luhut

Soal Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Bukan Cuma Harapan Pak Luhut

Nasional
Halal Bihalal Akabri 1971-1975, Prabowo Kenang Digembleng Senior

Halal Bihalal Akabri 1971-1975, Prabowo Kenang Digembleng Senior

Nasional
Anggap “Presidential Club” Positif, Cak Imin:  Waktunya Lupakan Perbedaan dan Konflik

Anggap “Presidential Club” Positif, Cak Imin: Waktunya Lupakan Perbedaan dan Konflik

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com