"Kita punya cara masing-masing. Jadi, PDI-P tak ingin tergopoh-gopoh atau ikut-ikutan mengusung satu nama. Kita lihat suasana politik hari ini," kata Puan di sela-sela acara geladi bersih Rapat Kerja Nasional PDI Perjuangan, di Ancol, Jakarta, Kamis (5/9/2013).
Ketua Fraksi PDI Perjuangan ini menegaskan, dinamika politik saat ini dapat sewaktu-waktu berubah, bahkan dalam hitungan jam ataupun hari. Menurutnya, di waktu sekitar sembilan bulan menuju pilpres, masih sangat mungkin terjadi banyak perubahan.
Hal itu dilontarkan Puan menyikapi tingginya elektabilitas salah satu kader PDI Perjuangan yang kini memimpin DKI Jakarta, Joko Widodo. Meski memiliki elektabilitas di atas tokoh nasional lainnya sebagai capres, menurut Puan, partainya harus memiliki perhitungan matang untuk menentukan figur terbaik sebagai capres mendatang, termasuk fokus pada perolehan suara di pemilu legislatif.
"Pengalaman dari (Pilpres) 2009 itu jadi pertimbangan. Kami pernah menang, dan kami pernah kalah, memutuskan hal strategis memerlukan pertimbangan yang matang," tandasnya.
Ia melanjutkan, setelah mengantongi nama capres, baru kemudian akan ditentukan calon wakil presiden (cawapres) untuk mendampinginya. Baginya, capres dan cawapres merupakan satu paket dan harus dipastikan mampu bekerja bersama dan saling melengkapi.
"Capres dan cawapres harus bergandeng tangan. Tapi, kan tidak mungkin bicara cawapres kalau kita belum pastikan capresnya," ujar Puan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.