Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mendagri: Jangan Lagi "Nitip-nitip" buat Masuk IPDN

Kompas.com - 27/08/2013, 14:48 WIB
Deytri Robekka Aritonang

Penulis


SUMEDANG, KOMPAS.com
 — Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi memperingatkan semua pihak untuk tidak lagi melanggengkan upaya nepotisme dan penyuapan untuk titip-menitip kerabat pejabat daerah agar diterima menjadi praja baru di Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN). Nepotisme, lanjutnya, akan diproses secara hukum.

"Jangan pernah ada titip menitip (praja). Jangan pernah minta bantu kepada Mendagri, saya tidak akan membantu. Dan kalau ditemukan main-main uang, saya minta ini proses hukum," pungkas Gamawan seusai upacara Wisuda IPDN Angkatan XX di Kampus IPDN Jatinangor, Sumedang, Jawa Barat, Selasa (27/8/2013).

Dia menuturkan, pihaknya ingin peneriman praja IPDN dilakukan melalui proses yang jujur dan obyektif. Dengan demikian, IPDN akan menerima bibit-bibit praja yang baik yang tidak ternodai praktik suap dan nepotisme.

DEYTRI ROBEKKA ARITONANG Staf Khusus (Stafsus) Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Umar Syadat Hasibuan (kiri), Rektor Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) dan Mendagri Gamawan Fauzi usai wisuda Praja IPDN Angkatan XX, di Kampus IPDN, Jatinangor, Sumedang, Jawa Barat, Selasa (27/8/2013)

Gamawan meminta warga untuk melaporkan ke kementerian jika menemukan praktik nepotisme dan suap dalam rekrutmen praja IPDN. Ia memastikan akan menindak oknum yang menitipkan atau menjadi calo untuk memasukkan seseorang menjadi mahasiswa IPDN.

"Kalau ada, saya minta dilaporkan baik di pusat maupun daerah," tambahnya.

Untuk menekan kasus nepotisme dan suap dalam penerimaan praja IPDN, kementerian akan memperbaiki sistem penerimaan praja. Gamawan mengatakan, Kemendagri telah menggandeng sejumlah pihak dalam proses rekrutmen praja IPDN.

"Kemendagri malah tidak ikut andil dalam proses penerimaan (praja baru), kami tinggal menerima hasilnya saja," tambah dia.   

Pelaksana tugas Rektor IPDN Sadu Wasistiono, dalam kesempatan yang sama, mengatakan, pihaknya meminta 10 perguruan tinggi terkemuka sebagai pihak konsorsium untuk membuat soal tes penerimaan praja baru. Selain itu, lanjut Sadu, IPDN bekerja sama dengan Departemen Psikologi Angkatan Darat, sedangkan untuk tes pakta integritas dan kejujuran, IPDN bekerja sama dengan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

Sebelumnya beredar kabar bahwa untuk dapat masuk menjadi praja IPDN, seseorang harus memiliki kerabat pejabat di pemerintahan daerah atau di pusat, terutama Kemendagri. Jika tidak punya kerabat, maka seseorang harus menyiapkan dana hingga ratusan juta rupiah untuk dapat terdaftar menjadi praja IPDN.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ganjar Bubarkan TPN

Ganjar Bubarkan TPN

Nasional
BNPB: 13 Orang Meninggal akibat Banjir dan Longsor di Sulsel, 2 dalam Pencarian

BNPB: 13 Orang Meninggal akibat Banjir dan Longsor di Sulsel, 2 dalam Pencarian

Nasional
TNI AU Siagakan Helikopter Caracal Bantu Korban Banjir dan Longsor di Luwu

TNI AU Siagakan Helikopter Caracal Bantu Korban Banjir dan Longsor di Luwu

Nasional
Prabowo Diharapkan Beri Solusi Kuliah Mahal dan Harga Beras daripada Dorong 'Presidential Club'

Prabowo Diharapkan Beri Solusi Kuliah Mahal dan Harga Beras daripada Dorong "Presidential Club"

Nasional
Ide 'Presidential Club' Dianggap Sulit Satukan Semua Presiden

Ide "Presidential Club" Dianggap Sulit Satukan Semua Presiden

Nasional
Halal Bihalal, Ganjar-Mahfud dan Elite TPN Kumpul di Posko Teuku Umar

Halal Bihalal, Ganjar-Mahfud dan Elite TPN Kumpul di Posko Teuku Umar

Nasional
Pro-Kontra 'Presidential Club', Gagasan Prabowo yang Dinilai Cemerlang, tapi Tumpang Tindih

Pro-Kontra "Presidential Club", Gagasan Prabowo yang Dinilai Cemerlang, tapi Tumpang Tindih

Nasional
Evaluasi Mudik, Pembayaran Tol Nirsentuh Disiapkan untuk Hindari Kemacetan

Evaluasi Mudik, Pembayaran Tol Nirsentuh Disiapkan untuk Hindari Kemacetan

Nasional
Polri: Fredy Pratama Masih Gencar Suplai Bahan Narkoba Karena Kehabisan Modal

Polri: Fredy Pratama Masih Gencar Suplai Bahan Narkoba Karena Kehabisan Modal

Nasional
SYL Ungkit Kementan Dapat Penghargaan dari KPK Empat Kali di Depan Hakim

SYL Ungkit Kementan Dapat Penghargaan dari KPK Empat Kali di Depan Hakim

Nasional
Saksi Mengaku Pernah Ditagih Uang Pembelian Senjata oleh Ajudan SYL

Saksi Mengaku Pernah Ditagih Uang Pembelian Senjata oleh Ajudan SYL

Nasional
Polri Sita Aset Senilai Rp 432,2 Miliar Milik Gembong Narkoba Fredy Pratama

Polri Sita Aset Senilai Rp 432,2 Miliar Milik Gembong Narkoba Fredy Pratama

Nasional
Pesawat Super Hercules Kelima Pesanan Indonesia Dijadwalkan Tiba di Indonesia 17 Mei 2024

Pesawat Super Hercules Kelima Pesanan Indonesia Dijadwalkan Tiba di Indonesia 17 Mei 2024

Nasional
Daftar Sementara Negara Peserta Super Garuda Shield 2024, dari Amerika hingga Belanda

Daftar Sementara Negara Peserta Super Garuda Shield 2024, dari Amerika hingga Belanda

Nasional
Profil Haerul Amri, Legislator Fraksi Nasdem yang Meninggal Ketika Kunker di Palembang

Profil Haerul Amri, Legislator Fraksi Nasdem yang Meninggal Ketika Kunker di Palembang

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com