Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Dr. Alfitra Salamm
Ahli Peneliti Utama di LIPI

Peneliti Senior

Memulihkan Demokrasi yang Sakit

Kompas.com - 20/05/2024, 11:26 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

DEMOKRASI sebagai sistem pemerintahan telah menjadi salah satu pilar utama dalam mengatur negara modern.

Dikenal sebagai pemerintahan oleh rakyat, demokrasi menempatkan kekuasaan di tangan masyarakat, baik secara langsung maupun melalui wakil-wakil yang dipilih secara bebas.

Salah satu elemen kunci dari demokrasi adalah partisipasi masyarakat. Demokrasi memberikan platform bagi masyarakat untuk terlibat aktif dalam proses politik, baik melalui pemilu, referendum, maupun partisipasi dalam diskusi dan debat publik.

Partisipasi ini tidak hanya sebatas memberikan suara dalam pemilu, tetapi juga mencakup keterlibatan dalam dialog politik, pengawasan terhadap kebijakan pemerintah, dan penyampaian aspirasi serta kritik terhadap pemerintah.

Partisipasi aktif masyarakat merupakan fondasi yang memastikan bahwa kebijakan publik mencerminkan keinginan dan kebutuhan rakyat.

Hal ini juga mendorong akuntabilitas pemerintah, karena para pemimpin yang dipilih harus bertanggung jawab kepada konstituen mereka.

Tanpa partisipasi masyarakat, demokrasi akan kehilangan esensinya dan berpotensi berubah menjadi oligarki di mana kekuasaan hanya dikuasai oleh segelintir elite.

Bersamaan pula demokrasi menjamin perlindungan hak asasi manusia melalui prinsip-prinsip dasar yang melandasinya, seperti kebebasan berpendapat, kebebasan pers, kebebasan berkumpul, dan perlindungan terhadap diskriminasi.

Dalam negara demokrasi, hukum dan konstitusi dirancang untuk melindungi hak-hak individu dari penyalahgunaan kekuasaan.

Juga, demokrasi berupaya mewujudkan keadilan sosial dengan memastikan bahwa semua warga negara mendapatkan perlakuan yang adil dan setara di depan hukum. Memiliki akses yang sama terhadap sumber daya dan peluang.

Dalam negara demokrasi, kebijakan publik diarahkan untuk mengurangi kesenjangan sosial dan ekonomi, serta menjamin kesejahteraan semua lapisan masyarakat.

Kesalahpahaman tentang Demokrasi

Demokrasi merupakan sistem pemerintahan yang ideal bagi banyak negara di dunia, karena menjunjung tinggi nilai-nilai partisipasi, keterwakilan, dan kebebasan.

Namun, terdapat beberapa kesalahpahaman yang sering terjadi tentang demokrasi, yang jika dibiarkan dapat melemahkan sistem ini.

Beberapa kesalahpahaman utama meliputi anggapan bahwa demokrasi hanya tentang pemilihan umum, mayoritas selalu benar, dan kebebasan tanpa tanggung jawab.

Salah satu kesalahpahaman yang paling umum adalah bahwa demokrasi hanya berkaitan dengan pemilihan umum. Pemilu memang merupakan bagian penting dari demokrasi, namun demokrasi tidak berhenti di situ.

Demokrasi yang sehat memerlukan partisipasi masyarakat secara aktif dalam berbagai aspek kehidupan politik dan sosial. Ini termasuk keterlibatan dalam diskusi publik, pengawasan terhadap kebijakan pemerintah, dan partisipasi dalam organisasi masyarakat sipil.

Pemilu hanya menyediakan mekanisme untuk memilih perwakilan, sementara pengawasan dan akuntabilitas terhadap pemerintah harus dilakukan sepanjang waktu oleh warga negara.

Kesalahpahaman lain yang sering terjadi adalah anggapan bahwa mayoritas selalu benar. Dalam sistem demokrasi, keputusan memang sering kali diambil berdasarkan suara mayoritas. Namun, ini tidak berarti bahwa hak-hak minoritas dapat diabaikan atau dihapuskan.

Demokrasi yang sejati harus menghormati dan melindungi hak-hak semua warganya, termasuk kelompok-kelompok minoritas. Keputusan mayoritas harus dibuat dengan mempertimbangkan keadilan dan perlindungan hak-hak individu.

Mengabaikan hak-hak minoritas dapat menyebabkan ketidakpuasan dan ketidakadilan sosial, yang pada akhirnya dapat merusak kohesi sosial dan stabilitas politik.

Oleh karena itu, sistem demokrasi harus memastikan bahwa semua suara didengar dan bahwa kebijakan yang diambil tidak merugikan kelompok minoritas.

Kesalahpahaman lainnya adalah menganggap bahwa kebebasan berpendapat tidak perlu disertai dengan tanggung jawab terhadap dampak yang ditimbulkan.

Kebebasan berpendapat adalah salah satu pilar utama demokrasi, namun kebebasan ini harus disertai dengan tanggung jawab.

Penyalahgunaan kebebasan berpendapat, seperti penyebaran informasi palsu atau ujaran kebencian, dapat merusak tatanan sosial dan memicu konflik.

Dalam demokrasi, kebebasan berpendapat harus sejalan dengan etika dan tanggung jawab sosial. Setiap individu memiliki hak untuk menyampaikan pendapat, tetapi juga memiliki kewajiban untuk mempertimbangkan dampak dari apa yang mereka katakan atau tuliskan.

Tanda-tanda Demokrasi yang sakit

Demokrasi, sebagai sistem pemerintahan yang menempatkan kekuasaan di tangan rakyat, idealnya menjamin partisipasi masyarakat, perlindungan hak asasi manusia, dan keadilan sosial.

Namun dalam praktiknya, acap kali demokrasi dapat mengalami berbagai tantangan yang mengancam kesehatannya, yang jika tidak ditangani, dapat menggerogoti fondasi demokrasi itu sendiri.

Salah satu tanda utama demokrasi yang sakit adalah menurunnya partisipasi politik dari masyarakat. Partisipasi politik tidak hanya terbatas pada pemilihan umum, tetapi juga mencakup keterlibatan dalam diskusi publik, demonstrasi, dan aktivitas politik lainnya.

Ketika masyarakat merasa apatis atau tidak percaya lagi bahwa partisipasi mereka dapat membawa perubahan, hal ini mencerminkan adanya masalah serius dalam sistem demokrasi.

Penurunan partisipasi politik bisa disebabkan oleh kekecewaan terhadap proses politik yang dianggap tidak transparan atau korup, yang pada gilirannya mengurangi kepercayaan masyarakat terhadap institusi-institusi demokrasi.

Selain itu, korupsi adalah musuh utama demokrasi. Ketika pejabat publik menggunakan kekuasaan mereka untuk keuntungan pribadi, maka kepercayaan masyarakat terhadap institusi demokrasi akan menurun.

Korupsi yang merajalela menunjukkan adanya kelemahan dalam mekanisme pengawasan dan akuntabilitas pemerintah.

Tanpa tindakan yang tegas terhadap korupsi, demokrasi akan semakin terpuruk dan kehilangan legitimasi.

Korupsi ini seringkali berhubungan erat dengan ketimpangan sosial dan ekonomi yang semakin meningkat, yang menjadi tanda bahwa demokrasi tidak berjalan dengan baik.

Ketika institusi-institusi demokrasi seperti parlemen, pengadilan, dan komisi pemilihan tidak lagi independen menjalankan fungsinya dengan baik karena intervensi politik, atau tekanan dari kelompok tertentu, maka demokrasi akan terganggu.

Institusi yang lemah tidak dapat menjalankan tugasnya untuk mengawasi pemerintah dan melindungi hak-hak warga negara. Kelemahan ini seringkali terlihat dalam proses pemilu yang tidak bebas dan tidak adil.

Proses pemilu dimanipulasi melalui kecurangan, intimidasi, atau penyalahgunaan sumber daya negara, maka hasil pemilu tidak lagi mencerminkan kehendak rakyat.

Manipulasi pemilu menunjukkan adanya upaya untuk mempertahankan kekuasaan dengan cara yang tidak demokratis, yang merusak integritas sistem politik. Hal ini juga bisa memicu munculnya populisme dan ekstremisme.

Populisme dan ekstremisme sering kali muncul sebagai respons terhadap ketidakpuasan masyarakat terhadap sistem politik yang ada.

Pemimpin populis cenderung menawarkan solusi sederhana untuk masalah kompleks dan sering kali merongrong institusi demokrasi dengan retorika anti-elite.

Meningkatnya populisme dan ekstremisme menunjukkan bahwa demokrasi sedang menghadapi krisis legitimasi dan kepercayaan dari masyarakat. Krisis ini diperburuk oleh polarisasi politik yang ekstrem.

Kecurangan dalam Pemilu

Pemilu merupakan fondasi dari sistem demokrasi yang sehat, di mana setiap warga negara memiliki hak untuk memilih pemimpin mereka secara bebas dan adil. Namun, kecurangan dalam pemilu adalah ancaman serius yang dapat merusak integritas demokrasi.

Bentuk-bentuk kecurangan seperti manipulasi daftar pemilih, pembelian suara, intimidasi dan kekerasan, serta penghitungan suara yang tidak transparan, sering kali terjadi. Manipulasi daftar pemilih adalah salah satu bentuk kecurangan pemilu yang paling mendasar.

Ini melibatkan penghapusan nama pemilih yang sah, atau penyertaan nama pemilih palsu dalam daftar pemilih.

Penghapusan nama pemilih yang sah dapat menghalangi sejumlah besar warga negara dari hak mereka untuk memilih, sementara penyertaan nama pemilih palsu dapat dimanfaatkan untuk suara fiktif yang mendukung kandidat tertentu.

Selain manipulasi daftar pemilih, pembelian suara adalah praktik korup yang merusak keadilan pemilu. Ini terjadi ketika kandidat atau pihak tertentu menawarkan uang atau janji-janji untuk memengaruhi pilihan pemilih.

Pembelian suara tidak hanya mencemarkan integritas pemilu, tetapi juga melemahkan kepercayaan publik terhadap proses demokrasi. Praktik ini sering kali terjadi di bawah permukaan dan sulit dideteksi, namun dampaknya sangat merusak.

Lebih jauh lagi, intimidasi dan kekerasan adalah bentuk kecurangan yang paling mengerikan karena menggunakan ancaman fisik atau psikologis untuk memengaruhi hasil pemilu.

Taktik ini digunakan untuk menakut-nakuti pemilih atau calon, sehingga mereka tidak berpartisipasi dalam pemilu atau mengubah pilihan mereka.

Intimidasi dapat dilakukan oleh individu atau kelompok dengan kepentingan tertentu, sering kali dengan dukungan atau toleransi dari pihak berwenang.

Penghitungan suara yang tidak transparan juga salah satu cara utama untuk memanipulasi hasil pemilu.

Manipulasi dalam proses penghitungan dan pelaporan hasil suara dapat dilakukan melalui berbagai cara, seperti mengubah jumlah suara, menambahkan suara palsu, atau menghilangkan suara yang sah.

Ketidaktransparanan dalam penghitungan suara tidak hanya mengancam keadilan pemilu, tetapi juga mengurangi kepercayaan publik terhadap hasil akhir.

Memulihkan demokrasi

Untuk memulihkan demokrasi yang sakit, diperlukan upaya terpadu dari berbagai pihak. Pemulihan demokrasi tidak bisa dicapai hanya dengan satu tindakan atau oleh satu kelompok saja.

Dibutuhkan sinergi antara pemerintah, masyarakat, dan lembaga-lembaga pengawas untuk menciptakan sistem yang adil, transparan, dan akuntabel.

Oleh karena itu, langkah memastikan sistem pemilu yang adil, transparan, dan akuntabel adalah kunci utama dalam memulihkan demokrasi.

Pemilu merupakan fondasi dari sistem demokrasi yang sehat, di mana setiap warga negara memiliki hak untuk memilih pemimpin mereka secara bebas dan adil.

Maka diperlukan mekanisme pemilihan yang bebas dari kecurangan dan manipulasi. Proses pendaftaran pemilih harus transparan dan dapat diaudit secara independen, sementara penghitungan suara harus dilakukan secara terbuka dan diawasi oleh pengamat yang kredibel.

Lalu meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya demokrasi dan cara kerjanya sangatlah penting. Pendidikan politik harus dimulai sejak dini, baik melalui kurikulum sekolah maupun program-program masyarakat.

Masyarakat yang teredukasi dengan baik akan lebih memahami hak dan kewajiban mereka sebagai warga negara, serta lebih kritis terhadap tindakan-tindakan yang dapat merusak demokrasi.

Transparansi dan akuntabilitas pemerintah juga harus ditingkatkan. Pemerintah yang transparan dan akuntabel adalah salah satu pilar utama demokrasi yang sehat.

Setiap keputusan dan tindakan pemerintah harus dapat dipertanggungjawabkan kepada publik. Mekanisme untuk memantau dan mengevaluasi kinerja pemerintah perlu diperkuat, termasuk melalui media yang bebas dan independen.

Penegakan hukum secara tegas terhadap kasus korupsi adalah hal yang tidak bisa ditawar. Korupsi adalah penyakit yang merusak struktur demokrasi dari dalam.

Untuk memberantas korupsi, diperlukan lembaga anti-korupsi yang kuat dan independen serta sistem hukum yang tidak memihak.

Penegakan hukum harus dilakukan tanpa pandang bulu, dengan memberikan sanksi yang berat bagi para pelaku korupsi.

Selain itu, pencegahan korupsi juga harus menjadi fokus utama, melalui penerapan tata kelola yang baik di semua lini pemerintahan dan lembaga publik. Penegakan hukum yang kuat akan memperkuat fondasi demokrasi dan menumbuhkan kepercayaan masyarakat.

Selain itu menjamin kebebasan berpendapat, berkumpul, dan berorganisasi adalah esensi dari demokrasi itu sendiri.

Tanpa kebebasan ini, masyarakat tidak dapat berpartisipasi secara penuh dalam proses demokrasi. Pemerintah harus melindungi hak-hak ini dan mencegah segala bentuk tindakan yang dapat menghambat kebebasan berpendapat, berkumpul, dan berorganisasi.

Kemudian memperkuat lembaga-lembaga yang berfungsi sebagai pengawas pelaksanaan demokrasi.

Hal ini sangatlah krusial. Lembaga seperti komisi pemilihan umum, ombudsman, dan lembaga anti-korupsi harus diberi wewenang yang cukup dan didukung oleh sumber daya yang memadai untuk menjalankan tugas mereka secara efektif.

Kemandirian dan integritas lembaga-lembaga ini harus dijaga agar mereka dapat berfungsi tanpa intervensi dari pihak manapun.

Selain itu, kolaborasi antara lembaga-lembaga pengawas ini juga perlu ditingkatkan untuk menciptakan sistem pengawasan yang menyeluruh dan efektif.

Dengan pengawasan yang kuat, pelaksanaan demokrasi dapat berjalan dengan lebih baik dan lebih bersih.

Maka langkah-langkah tersebut, membuat kita dapat memulihkan dan memperkuat demokrasi yang sakit.

Peran aktif semua pihak, mulai dari pemerintah, masyarakat, hingga lembaga pengawas, sangat diperlukan untuk menciptakan sistem demokrasi yang sehat dan berkelanjutan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Muhammadiyah Tak Menolak Izin Kelola Tambang, Masih Lakukan Kajian

Muhammadiyah Tak Menolak Izin Kelola Tambang, Masih Lakukan Kajian

Nasional
Kantor Presiden di IKN Bisa Digunakan Jokowi Pada Juli

Kantor Presiden di IKN Bisa Digunakan Jokowi Pada Juli

Nasional
Data di 282 Layanan Kementerian/Lembaga Hilang Imbas Peretasan PDN, Hanya 44 yang Punya 'Back Up'

Data di 282 Layanan Kementerian/Lembaga Hilang Imbas Peretasan PDN, Hanya 44 yang Punya "Back Up"

Nasional
Bansos Presiden Pun Dikorupsi, Negara Rugi Rp 125 M

Bansos Presiden Pun Dikorupsi, Negara Rugi Rp 125 M

Nasional
Saat PPATK Ungkap 1.000 Lebih Anggota Dewan Main Judi Online

Saat PPATK Ungkap 1.000 Lebih Anggota Dewan Main Judi Online

Nasional
Hari Ini, Emirsyah Satar Jalani Sidang Tuntutan Pengadaan Pesawat di Maskapai Garuda

Hari Ini, Emirsyah Satar Jalani Sidang Tuntutan Pengadaan Pesawat di Maskapai Garuda

Nasional
Hari Ini, Sosok yang Ancam 'Buldozer' Kemenkominfo Jalani Sidang Vonis Perkara BTS 4G

Hari Ini, Sosok yang Ancam "Buldozer" Kemenkominfo Jalani Sidang Vonis Perkara BTS 4G

Nasional
Pakar IT Sebut Pemblokiran Tak Efektif Tuntaskan Persoalan Judi Online

Pakar IT Sebut Pemblokiran Tak Efektif Tuntaskan Persoalan Judi Online

Nasional
Basmi Judi Online: Urgen Penindakan, Bukan Pencegahan

Basmi Judi Online: Urgen Penindakan, Bukan Pencegahan

Nasional
Ungkap Alasan Ingin Maju Pilkada Jakarta, Sudirman Said Mengaku Dapat Tawaran dari Sejumlah Partai

Ungkap Alasan Ingin Maju Pilkada Jakarta, Sudirman Said Mengaku Dapat Tawaran dari Sejumlah Partai

Nasional
Respons PDI-P, Nasdem, dan PKB Usai Duet Anies-Sohibul Iman Diumumkan

Respons PDI-P, Nasdem, dan PKB Usai Duet Anies-Sohibul Iman Diumumkan

Nasional
Sudirman Said Mengaku Ingin Maju Pilkada Jakarta Bukan untuk Jegal Anies

Sudirman Said Mengaku Ingin Maju Pilkada Jakarta Bukan untuk Jegal Anies

Nasional
Peretasan Data Bais TNI, Kekhawatiran Bocornya Hal Teknis dan Operasi

Peretasan Data Bais TNI, Kekhawatiran Bocornya Hal Teknis dan Operasi

Nasional
Momen Jokowi Sapa Warga hingga Minum Es Teh di Mal Kota Palangkaraya

Momen Jokowi Sapa Warga hingga Minum Es Teh di Mal Kota Palangkaraya

Nasional
Gagal Lawan Peretas PDN, Pemerintah Pasrah Kehilangan Data Berharga

Gagal Lawan Peretas PDN, Pemerintah Pasrah Kehilangan Data Berharga

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com