Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bayu Dardias
Dosen Fisipol UGM

Dosen Departemen Politik Pemerintahan, Fisipol UGM. Menulis PhD thesis tentang politik agraria dan politik aristorkasi Indonesia kontemporer di Australian National University.

Kabinet Prabowo: Antara Pemerintahan Kuat dan Efektif

Kompas.com - 11/05/2024, 06:30 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Salah satu tanda jelas bahwa partai baru telah masuk ke dalam koalisi pemerintah adalah dengan penunjukan posisi menteri yang dilakukan, seperti yang terjadi dengan penugasan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) sebagai indikasi bergabungnya Partai Demokrat dalam pemerintahan.

Hal ini menunjukkan bahwa posisi menteri yang diberikan kepada anggota partai baru dapat dianggap sebagai pertanda dari integrasi mereka ke dalam struktur pemerintahan yang ada.

Efektifitas pemerintahan

Prabowo nampaknya berkeinginan untuk membentuk kabinet yang stabil dan kuat, lebih dari sekadar pemerintahan efektif. Prinsip utama kabinet itu mudah, yakni semakin ramping komposisi kabinet, semakin efektif kinerja pemerintahan.

Selain itu, jumlah anggota kabinet tidak selalu berkaitan langsung dengan jumlah penduduk, melainkan lebih tergantung pada pilihan dan sistem politik yang dianut suatu negara.

India, misalnya, yang memiliki sekitar 60-70 menteri, sementara China hanya memiliki sekitar 20-30 menteri. Begitu pula dengan Rusia (20-30) dan Amerika (15).

India penganut sistem desentralisasi, justru memiliki jumlah menteri lebih banyak daripada China atau Rusia, yang cenderung lebih terpusat dalam struktur pemerintahannya.

Hal ini menyoroti perbedaan dalam pendekatan kebijakan dan struktur pemerintahan antara negara-negara tersebut.

Rencana Prabowo untuk menambah jumlah menteri dari 34, sesuai dengan Undang-Undang 28 tahun 2008, menjadi 41 melalui perubahan undang-undang akan berdampak negatif pada efektivitas pemerintahan.

Penambahan jumlah menteri tersebut akan menyebabkan kenaikan belanja pemerintah pusat yang akan mengurangi alokasi dana untuk bidang lain, seperti kesejahteraan rakyat.

Hal ini dapat memperbesar defisit anggaran dan menghambat pembangunan sosial dan ekonomi yang lebih luas.

Sebagai alternatif, Prabowo sebenarnya dapat mengadopsi strategi yang diterapkan oleh Jokowi untuk membangun pemerintahan yang stabil tanpa harus menambah jumlah kabinet.

Salah satunya adalah dengan menambah kursi wakil menteri dan mendistribusikan kursi di badan usaha milik negara (BUMN) kepada pihak-pihak yang kompeten.

Pendekatan ini bisa menjadi titik tengah antara sistem presidensialisme dan sistem multipartai, yang dapat mendorong efisiensi dan efektivitas pemerintahan serta menjaga stabilitas politik yang diperlukan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Prabowo Ucapkan Selamat Ulang Tahun ke Jokowi, Unggah 3 Foto Bareng di Instagram

Prabowo Ucapkan Selamat Ulang Tahun ke Jokowi, Unggah 3 Foto Bareng di Instagram

Nasional
Ingin Usung Kader Sendiri di Jakarta, PDI-P: Bisa Cagub atau Cawagub

Ingin Usung Kader Sendiri di Jakarta, PDI-P: Bisa Cagub atau Cawagub

Nasional
PDI-P Siapkan Kadernya Jadi Cawagub Jabar Dampingi Ridwan Kamil

PDI-P Siapkan Kadernya Jadi Cawagub Jabar Dampingi Ridwan Kamil

Nasional
6 Jaksa Peneliti Periksa Berkas Pegi Setiawan

6 Jaksa Peneliti Periksa Berkas Pegi Setiawan

Nasional
Mendagri: Pj Kepala Daerah yang Maju Pilkada Harus Mundur dari ASN Maksimal 40 Hari Sebelum Pendaftaran

Mendagri: Pj Kepala Daerah yang Maju Pilkada Harus Mundur dari ASN Maksimal 40 Hari Sebelum Pendaftaran

Nasional
Polri Punya Data Anggota Terlibat Judi 'Online', Kompolnas: Harus Ditindak Tegas

Polri Punya Data Anggota Terlibat Judi "Online", Kompolnas: Harus Ditindak Tegas

Nasional
Golkar Sebut Elektabilitas Ridwan Kamil di Jakarta Merosot, Demokrat: Kami Hormati Golkar

Golkar Sebut Elektabilitas Ridwan Kamil di Jakarta Merosot, Demokrat: Kami Hormati Golkar

Nasional
Ulang Tahun Terakhir sebagai Presiden, Jokowi Diharapkan Tinggalkan 'Legacy' Baik Pemberantasan Korupsi

Ulang Tahun Terakhir sebagai Presiden, Jokowi Diharapkan Tinggalkan "Legacy" Baik Pemberantasan Korupsi

Nasional
Bansos untuk Korban Judi Online, Layakkah?

Bansos untuk Korban Judi Online, Layakkah?

Nasional
Mendagri Minta Tak Ada Baliho Dukungan Pilkada Pj Kepala Daerah

Mendagri Minta Tak Ada Baliho Dukungan Pilkada Pj Kepala Daerah

Nasional
Gangguan Sistem Pusat Data Nasional, Pakar: Tidak Terjadi kalau Pemimpinnya Peduli

Gangguan Sistem Pusat Data Nasional, Pakar: Tidak Terjadi kalau Pemimpinnya Peduli

Nasional
Dari 3 Tahun Lalu, Pakar Prediksi Gangguan Sistem Bakal Menimpa PDN

Dari 3 Tahun Lalu, Pakar Prediksi Gangguan Sistem Bakal Menimpa PDN

Nasional
Dompet Dhuafa Distribusikan Sekitar 1.800 Doka di Jateng

Dompet Dhuafa Distribusikan Sekitar 1.800 Doka di Jateng

Nasional
Survei Litbang 'Kompas': Mayoritas Kelas Bawah hingga Atas Puas Atas Kinerja Jokowi di Bidang Ekonomi

Survei Litbang "Kompas": Mayoritas Kelas Bawah hingga Atas Puas Atas Kinerja Jokowi di Bidang Ekonomi

Nasional
PDN Kominfo Gangguan, Pakar: Ini Krisis Besar, Punya Skenario Penanggulangan?

PDN Kominfo Gangguan, Pakar: Ini Krisis Besar, Punya Skenario Penanggulangan?

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com