Bangsa ini boleh jadi telah bergerak mundur ke belakang. Saya teringat ucapan salah seorang proklamator Mohammad Hatta (12 Agustus 1902-14 Maret 1980) yang dicatat di Colomadu, Solo, Jawa Tengah.
Hatta ditulis demikian, “Kurang cerdas dapat diperbaiki dengan belajar. Kurang cakap dapat dihilangkan dengan pengalaman. Namun tidak jujur itu sulit diperbaiki.”
Kejujuran adalah satu kota kata yang hilang dalam kehidupan sehari-hari. Dalam sistem politik dol tinuku (jual beli), kejujuran, etika dan moralitas menjadi bahan bercanda.
“Hari begini kok ngomong etika. Ini zaman edan. Ora edan ora keduman.” Semua ngedan untuk ikut bancakan uang-uang rakyat.
Hatta, salah seorang tokoh bersih dan jujur mungkin akan menangis melihat nasib negeri.
Saya membaca buku berjudul, KPK Berdiri untuk Negeri (2019) yang diterbitkan Penerbit Buku Kompas. Dalam buku itu ada penggalan kutipan antara Hatta dan Rahmi Hatta (istri Hatta). Saya pernah menulis esai ini di Kompas, 16 November 2019.
+ ”Ayah, kenapa tidak bilang kalau akan ada pemotongan uang? Uang yang susah payah ditabung jadi tidak cukup lagi untuk beli mesin jahit”.
- ”Yuke, seandainya saya mengatakan padamu, engkau pasti menyampaikan pada ibumu, lalu kalian berdua mungkin akan memberi tahu kawan lainnya. Itu tidak baik…”.
Itulah penggalan percakapan Hatta dan Rahmi Hatta. Yuke tiap bulan menyisihkan uang yang diberi suaminya.
Yuke menabung untuk membeli mesin jahit. Ketika jumlah tabungannya sudah cukup untuk dibelikan mesin jahit, tiba-tiba Wakil Presiden Mohammad Hatta, pada 19 Maret 1950, mengumumkan pemotongan nilai rupiah (sanering).
Nilai uang kertas Rp 5 ke atas dinyatakan hanya bernilai separuh. Tabungan Yuke pun berkurang jauh nilainya. Mesin jahit tak terbeli.
Peristiwa itu terjadi hampir 70 tahun lalu, tetapi relevan untuk didiskusikan. Hatta adalah salah satu dari sekian orang besar yang dimiliki republik ini.
Dalam posisinya sebagai wakil presiden, Hatta bisa membisikkan rencana kebijakan pemerintah kepada keluarganya. Namun, Hatta tidak melakukannya.
Dia teguh pada pendirian. Dia teguh pada integritasnya. Sebab, integritas dan kejujurannya itulah, nama Hatta diabadikan sebagai nama anugerah gerakan antikorupsi, Bung Hatta Anti Corruption Award.
Presiden Joko Widodo, saat menjadi Wali Kota Solo, mendapat Bung Hatta Anti Corruption Award pada 2010.
Kisah anak bangsa juga datang dari Menteri Keuangan Syafruddin Prawiranegara. Dia tidak pernah tergoda mengambil uang negara yang dikelolanya. Padahal, kehidupan keluarganya kekurangan.