Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Andreas Renard Widarto
Pengusaha

Millennial, Pengusaha & Mahasiswa Doktoral Ilmu Ekonomi Universitas Diponegoro

Gentong Babi dan Ayam Bontol: Salah Kaprah Implementasi Anggaran

Kompas.com - 06/02/2024, 05:38 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

PRAKTIK gentong babi atau pork barrel politics dikenal pertama kali dalam peristiwa "Bonus Bill of 1817".

Wapres Amerika Serikat saat itu, John C. Calhoun mengusulkan penggelontoran dana pembangunan jalan raya yang menghubungkan Amerika Serikat bagian timur dan selatan dengan Amerika Serikat bagian barat untuk kepentingal eletoral semata. Rencana tersebut akhirnya gagal karena di-veto oleh Presiden James Madison.

Gentong babi dikenal sebagai kiasan pengeluaran pemerintah yang sebenarnya untuk kepentingan elektoral agar incumbent dapat terpilih kembali pada pemilihan umum.

Praktik gentong babi pada era politik modern telah dilakukan dengan berbagai model dan bentuk di banyak negara.

Terminologi gentong babi muncul dari gentong yang digunakan untuk mengawetkan daging babi asin sebelum dikenalnya sistem pendingin.

Gentong babi saat ini juga menjadi simbol bagi pengeluaran pemerintah yang dinilai boros, rawan penyelewangan dan tidak tepat guna.

Penggelontoran bantuan sosial di tahun politik seperti saat ini turut menimbulkan polemik seperti itu pada masyarakat kita. Terbaru, pemerintah mengumumkan bansos BLT (Bantuan Langsung Tunai) Mitigasi Risiko Pangan sebagai pengganti dari BLT El Nino.

BLT Mitigasi Risiko Pangan tersebut menyasar 18,8 juta keluarga penerima manfaat (KPM), berlaku selama 3 bulan Januari – Maret 2024 dengan besaran Rp 200.000 tiap bulan per KPM.

Menariknya, pencairannya akan sekaligus disalurkan pada awal Februari 2024 sebesar Rp 600.000 per KPM dan akan dievaluasi setiap 3 bulan.

Anda dan saya tentu sudah tahu, Pilpres akan berlangsung pada 14 Februari 2024 mendatang. Maka dapat dimaklumi, apabila sebagian masyarakat menilai momentum pendistibusian bansos ini sarat akan kepentingan politik.

Apabila Pilpres berlanjut ke putaran kedua pada 26 Juni 2024 pun, momentumnya akan kembali bersamaan dengan evaluasi tiga bulanan BLT Mitigasi Pangan pada periode April-Juni 2024.

APBN 2024 sebetulnya telah menganggarkan sebesar Rp 496,8 triliun untuk program perlindungan sosial (perlinsos). BLT Mitigasi Risiko Pangan yang didistribusikan pada awal Februari 2024 memerlukan tambahan anggaran tersendiri sebesar Rp 11,25 triliun.

Maka anggaran perlinsos pada APBN 2024 tentu akan menjadi lebih besar dibanding anggaran perlinsos pada masa pandemi covid-19 sekalipun yang sebesar Rp 498 triliun pada 2020 dan Rp 468,2 triliun pada 2021 saat varian delta merajalela.

Menteri Koordinator bidang Perekonomian (Menko) Airlangga Hartarto meminta keluarga penerima manfaat bantuan sosial (Bansos) di Lombok Tengah, Nisa Tenggara Barat (NTB) berterimakasih ke Presiden Joko Widodo, Minggu  (14/1/2024).KOMPAS.com/Syakirun Ni'am Menteri Koordinator bidang Perekonomian (Menko) Airlangga Hartarto meminta keluarga penerima manfaat bantuan sosial (Bansos) di Lombok Tengah, Nisa Tenggara Barat (NTB) berterimakasih ke Presiden Joko Widodo, Minggu (14/1/2024).
Bansos sebenarnya memiliki tujuan mulia, menguatkan daya beli masyarakat miskin dan rentan yang pada akhirnya bermuara pada upaya menurunkan kemiskinan. Maka pendistribusian bansos itu harus memenuhi dua kaidah: tepat sasaran dan tepat waktu.

Anda tentu pernah mendengar kisah kejam tentang "Stalin dan Ayam bondol". Stalin menganalogikan rakyatnya sebagai ayam bondol, yang akan sekejap melupakan keadaan ‘bondolnya’ apabila diberikan segenggam gandum.

Implementasi anggaran negara tentu tidak boleh berdasarkan analogi tersebut. Pendistribusian bansos harus menyasar kepada rakyat yang benar–benar membutuhkan dan juga pada momentum yang tepat, sehingga upaya menurunkan kemiskinan betul–betul optimal.

Di belahan dunia manapun, anggaran negara dan kepetingan politik, sejatinya adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Namun yang paling penting adalah bagaimana keduanya harus bisa dikelola dengan baik.

Semua orang-pun sudah tahu rumusnya, kepentingan bangsa dan negara harus berada di atas kepentingan politik, termasuk dalam pengelolaan anggaran negara.

Penggunaan anggaran negara tentu harus berorientasi pada kepentingan rakyat, bukan hanya kepentingan sesaat, apalagi elektoral.

Anggaran negara yang tidak digunakan secara tepat guna tidak akan dapat berkontribusi secara maksimal terhadap upaya untuk menggenjot ekonomi dan menurunkan kemiskinan.

Alih–alih justru dapat ikut menambah beban postur APBN kita yang sudah berpuluh tahun mengalami defisit.

Penggunaan anggaran negara harus tepat guna dan dilakukan secara efektif serta efisien. Tanpa tata kelola anggaran yang baik, mustahil kemajuan dan pembangunan yang berkelanjutan dapat kita nikmati.

Masyarakat tentu harus turut mengawasi dan memiliki sense of belonging terhadap pengelolaan #UangKita.

Akuntabilitas dan transparansi terhadap penggunaan anggaran negara merupakan hal penting, karena negara ini dibangun dengan perjuangan bersama dan gotong royong.

Gentong babi dan ayam bondol telah memberikan pesan bagi kita, bagaimana pengelolaan anggaran negara tidak boleh salah kaprah.

Sejatinya, Pemilu 2024 dan segala polemik bansos-nya dapat menjadi rangkaian peristiwa dan momentum yang penting bagi masyarakat kita untuk menimbang dan menentukan pilihannya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Indikator Politik Ingatkan KBurhanuddin Muhtadi: KPK Ibarat Anak Tak Diharapkan, Maka Butuh Dukungan PublikPK Tak Didukung Elite, Benteng Bergantung Pada Kepercayaan Publik

Indikator Politik Ingatkan KBurhanuddin Muhtadi: KPK Ibarat Anak Tak Diharapkan, Maka Butuh Dukungan PublikPK Tak Didukung Elite, Benteng Bergantung Pada Kepercayaan Publik

Nasional
Gerindra Kaji Sejumlah Nama untuk Dijadikan Bacagub Sumut, Termasuk Bobby Nasution

Gerindra Kaji Sejumlah Nama untuk Dijadikan Bacagub Sumut, Termasuk Bobby Nasution

Nasional
Presiden Jokowi Bertolak ke Sultra, Resmikan Inpres Jalan Daerah dan Bendungan Ameroro

Presiden Jokowi Bertolak ke Sultra, Resmikan Inpres Jalan Daerah dan Bendungan Ameroro

Nasional
Jokowi Bersepeda di CFD Sudirman-Thamrin sambil Menyapa Warga Jakarta

Jokowi Bersepeda di CFD Sudirman-Thamrin sambil Menyapa Warga Jakarta

Nasional
KPK Kantongi Data Kerugian Ratusan Miliar dalam Kasus PT Taspen, tapi Masih Tunggu BPK dan BPKP

KPK Kantongi Data Kerugian Ratusan Miliar dalam Kasus PT Taspen, tapi Masih Tunggu BPK dan BPKP

Nasional
4 Kapal Perang Angkut Puluhan Rantis Lapis Baja demi Pengamanan WWF ke-10 di Bali

4 Kapal Perang Angkut Puluhan Rantis Lapis Baja demi Pengamanan WWF ke-10 di Bali

Nasional
Prabowo Pilih Rahmat Mirzani Djausal sebagai Bacagub Lampung

Prabowo Pilih Rahmat Mirzani Djausal sebagai Bacagub Lampung

Nasional
KPK Masih Telusuri Pemberi Suap Izin Tambang Gubernur Maluku Utara

KPK Masih Telusuri Pemberi Suap Izin Tambang Gubernur Maluku Utara

Nasional
Menhub Budi Karya Diminta Jangan Cuma Bicara soal Sekolah Kedinasan Tanggalkan Atribut Militer

Menhub Budi Karya Diminta Jangan Cuma Bicara soal Sekolah Kedinasan Tanggalkan Atribut Militer

Nasional
Potret 'Rumah Anyo' Tempat Singgah Para Anak Pejuang Kanker yang Miliki Fasilitas Bak Hotel

Potret 'Rumah Anyo' Tempat Singgah Para Anak Pejuang Kanker yang Miliki Fasilitas Bak Hotel

Nasional
Logo dan Moto Kunjungan Paus Fransiskus Dirilis, Ini Maknanya

Logo dan Moto Kunjungan Paus Fransiskus Dirilis, Ini Maknanya

Nasional
Viral Pengiriman Peti Jenazah Dipungut Bea Masuk, Ini Klarifikasi Bea Cukai

Viral Pengiriman Peti Jenazah Dipungut Bea Masuk, Ini Klarifikasi Bea Cukai

Nasional
Pemilihan Calon Pimpinan KPK yang Berintegritas Jadi Kesempatan Jokowi Tinggalkan Warisan Terakhir

Pemilihan Calon Pimpinan KPK yang Berintegritas Jadi Kesempatan Jokowi Tinggalkan Warisan Terakhir

Nasional
Saat 'Food Estate' Jegal Kementan Raih 'WTP', Uang Rp 5 Miliar Jadi Pelicin untuk Auditor BPK

Saat "Food Estate" Jegal Kementan Raih "WTP", Uang Rp 5 Miliar Jadi Pelicin untuk Auditor BPK

Nasional
Usai Prabowo Nyatakan Tak Mau Pemerintahannya Digangggu...

Usai Prabowo Nyatakan Tak Mau Pemerintahannya Digangggu...

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com