AS dengan Rusia dan China, Rusia dengan Ukraina dan negara-negara NATO, India dengan Pakistan. Bahkan dalam beberapa kasus, Indonesia dengan Malaysia, adalah segelintir contoh negara-negara yang masih atau pernah bermusuhan dengan sesamanya.
Walaupun potensi konflik dapat timbul dari munculnya rivalitas antarnegara, tetapi faktor persaingan inilah yang terkadang memunculkan berbagai ide baru ataupun kebijakan inovatif dari suatu negara yang dapat mendukungnya memenangkan kompetisi serta meraih kepentingan nasionalnya.
Dalam berbagai fenomena hubungan internasional saat ini yang seringkali serba kompleks, sepertinya hampir tidak ada satu negara pun di dunia yang tidak memiliki musuh.
Kalaupun ada, mungkin negara tersebut hanyalah yang termasuk dalam negara kecil yang bahkan tidak memiliki kekuatan militer seperti Andorra, Lichtenstein, atau Monaco.
Namun, musuh yang dimaksud di sini perlu untuk dilihat dari perpekstif lebih luas, bukan musuh yang berarti perlu kita perangi secara fisik dengan kekuatan militer.
Potensi ancaman secara logis dapat muncul dari mana saja, bahkan dari negara tetangga yang paling dekat dengan wilayah kita.
Pada 2013 lalu misalnya, media nasional digegerkan dengan terungkapnya upaya penyadapan yang dilakukan Australia terhadap Indonesia.
Dokumen rahasia yang dibocorkan ke media saat itu mengungkapkan adanya tindakan penyadapan terhadap sejumlah nama petinggi negara seperti Presiden Indonesia ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono, Ibu Negara Ani Yudhoyono, Wakil Presiden Boediono dan Mantan Wapres Jusuf Kalla, serta pejabat-pejabat lain seperti Dino Patti Djalal, Andi Mallarangeng, Widodo Adi Sucipto, Sofyan Djalil, Hatta Rajasa, dan Menteri Keuangan Sri Mulyani.
Pascaterungkapnya kejadian tersebut, Australia yang dikenal sebagai kawan baik oleh Indonesia justru terlihat seperti musuh dalam selimut (utamanya mengingat sikap Australia terhadap Timor Leste dan serangkaian kejadian lain sebelumnya secara historis).
Hal ini menimbulkan kesan bahwa kebijakan politik luar negeri di era Presiden SBY saat itu, yang juga mengusung konsep seribu teman dan nol musuh, terasa lembek dan kurang berwibawa.
Perlu diingat bahwa aktivitas penyadapan adalah bentuk pelecehan dan penghinaan terhadap berbagai informasi yang bersifat rahasia di suatu negara.
Unsur kewaspadaan, selain dari segi pengembangan pertahanan secara fisik, juga perlu dikonsepkan dalam bentuk kebijakan politik luar negeri guna menghindari musuh dalam selimut yang sewaktu-waktu dapat muncul.
Musuh, walaupun dapat berpotensi sebagai sumber konflik, tetapi dapat mempertegas posisi suatu negara dalam bersikap di fenomena-fenomena tertentu, serta dapat memunculkan kebijakan-kebijakan inovatif guna mendukung kepentingan nasional.
Misalnya, bila Indonesia secara konsisten dapat menempatkan Israel sebagai musuh dalam fenomena konfliknya dengan Palestina, maka tentunya Indonesia dapat mempertegas posisinya sebagai negara yang menentang segala bentuk diskriminasi dan penjajahan di seluruh dunia sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar.
Amerika Serikat, yang sewaktu Perang Dingin memiliki rivalitas yang amat kuat terhadap Uni Soviet, pada akhirnya melahirkan berbagai kebijakan inovatif guna menghalau segala pengaruh penyebaran paham komunisme di negara-negara yang baru saja merdeka termasuk di wilayah Asia Tenggara.
AS merasakan betul pentingnya kehadiran negara rival, bahkan pada perang dagang yang saat ini masih terjadi dengan China.
Bagaimanapun juga, lingkungan yang nyaman tanpa musuh justru dapat membuat suatu negara terlena dan kurang proaktif dalam berinovasi dari segi kebijakan luar negerinya.
Maka, Indonesia perlu untuk mempertimbangkan adanya suatu rivalitas (yang tentunya sehat) dengan negara lain, agar terbentuk suatu kesan tegas terhadap suatu sikap politik dan memancing munculnya terobosan-terobosan baru dalam pengkonsepsian kebijakan luar negerinya.
Terkait pentingnya kehadiran musuh, kalimat menarik yang pernah diutarakan oleh Winston Churchill agaknya perlu untuk kita renungi bersama: “You have enemies? Good. That means you’ve stood up for something, sometime in your life.”
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.