Singkatnya, isu-isu Indonesia-Filipina ini, jika hubungan Megawati dan Jokowi masih mesra seperti sebelumnya, sudah pasti Jokowi pilih hadir di partai yang selalu mengusung dirinya, anaknya, dan menantunya di pemilihan umum.
Jika melihat bagaimana perilaku komunikasi Megawati selama ini, terutama terkait pesan komunikasi yang ingin disampaikan, kita perhatikan bahwa isu penting akan selalu disampaikan di forum resmi kepartaian.
Megawati cenderung diam dan bungkam jika ditanya wartawan di luar forum resmi tersebut (doorstop).
Hal ini menandakan dari sisi public relations, Megawati sesungguhnya bukan tipikal introvert leader. Akan tetapi, adalah sosok yang benar-benar memilih dan memilih momen yang pas dalam mengekpresikan perasaannya akan masalah.
Terbukti, dua kali kritikan pada sosok Jokowi hanya muncul di acara resmi PDI-P, itupun tidak ada forum lanjutan tanya jawab narasumber dan jurnalis seperti mayoritas terjadi di semua partai.
Megawati tahu bahwa dirinya harus mengartikulasikan kegelisahan kader dan simpatisan partai, yang merasa ditinggal Jokowi.
Padahal, seperti dikatakan Sekjen Hasto, kelelahan kader memperjuangkan kemenangan Jokowi, anak, dan menantunya, masih terasa sampai sekarang.
Jadi, jika merujuk fungsi humas untuk kohesi intern, maka hal itu sudah dilakukan walau fungsi eksternal public relations tidak sepenuhnya dilakukan ketua partai terlama di Tanah Air itu.
Menjadi menarik, untuk melihat pola komunikasi general, yang akan dilakukan Megawati khususnya dan PDI-P umumnya.
Melihat ke belakang, saat mereka dua kali dikalahkan SBY pada Pilpres 2004 dan 2009, tak sekalipun tampak arah angin oposan mereka tergiur pemerintahan petahana.
Hal berbeda dengan Gerindra dan PAN yang merapat kekuasaan pada pemerintahan Jokowi.
Sekira Ganjar-Mahfud dan PDI-P menang Pemilu 2024 nanti, sekali lagi dengan merajuk kukuhnya ideologi seorang Megawati, kiranya takkan ada ruang bagi afilisasi kekuatan politik Jokowi seperti PSI.
Apalagi jika kekalahan mendera, maka besar kemungkinan jalur oposan kembali teguh ditancapkan.
Pun demikian, sisi skeptisme tetap kita pegang, yakni sebesar apapun, mereka tetap zoon politicon, makhluk-makhluk politik: Yang tak bisa dimakan hanya kepala-nya sendiri.
Akhir kata, menjadi menarik melihat press conference PDI-P ke depan pasca-Pilpres, yang kemungkinan besar dipimpin Puan Maharani dan Hasto Kristiyanto; Akankah mereka bersikukuh dengan konsistensi pesan-pesan komunikasi Megawati selama ini atau menjadi politisi kebanyakan dengan mengubah sikapnya sedrastis itu kelak?
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.