Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
KILAS

Dirjen Migas: Kunci Ketahanan Energi Indonesia adalah Gas

Kompas.com - 05/12/2023, 09:20 WIB
Inang Sh ,
A P Sari

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Direktur Jenderal (Dirjen) Minyak dan (Migas) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Tutuka Ariadji mengatakan, gas adalah masa depan bagi Indonesia.

Selain dimanfaatkan sebagai bahan energi, khususnya listrik, gas juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku dalam industri pupuk, gas alam cair (LNG), hingga untuk ekspor.

Dia menyebutkan, jika industri energi baru terbarukan (EBT) sudah tumbuh, gas akan dipakai untuk industri, contohnya bahan plastik.

“Dunia tidak bisa hidup tanpa petrokimia gas. Jadi, gas akan dipakai seumur dunia karena produk petrokimia akan dipakai terus,” ujarnya dalam acara Migas Goes to Campus Institut Teknologi Bandung (ITB) 2023 yang ditayangkan di kanal YouTube Halo Migas Ditjen Migas, Sabtu (2/12/2023).

Pemanfaatan migas juga diiringi dengan volume kebutuhan gas domestik yang terus meningkat. Sejak  2012, volume pemanfaatan gas bumi domestik lebih besar dibandingkan ekspor.

Baca juga: Menteri ESDM Dukung 2 Proyek Migas Ini Jadi PSN

“Dalam 20 tahun terakhir, pemanfaatan gas bumi kita meningkat sampai sekitar 70 persen. Sebelumnya, kita hanya memakai 30 persen, 70 persennya kita ekspor. Sekarang kita balik,” ujarnya.

Ariadji mengatakan, dalam Neraca Gas Indonesia 2025-2035, Indonesia sudah kekurangan pasokan gas pada 2035 sehingga harus dilakukan eksplorasi baru dan yang sudah ada.

Saat ini, pemanfaatan gas bumi terbesar adalah untuk sektor industri sebesar 28,52 persen, pupuk 12,62 persen, dan ketenagalistrikan 12,22 persen. Porsi ekspor dari total pemanfaatan gas bumi adalah LNG sebesar 23,43 persen dan gas pipa 8,18 persen.

Ariadji menambahkan, tantangan dalam industri gas adalah distribusi. Dia mencontohkan, Jawa Timur (Jatim) memiliki kelebihan produksi gas, sedangkan Jawa Barat (Jabar) memiliki kebutuhan yang besar.

“Ini tidak bisa langsung dikirim, harus bikin LNG dulu. Akhirnya, kita bangun pipa. Sekarang baru 60 kilometer (km) dari Semarang ke Batang. Dua tahun lagi dilanjutkan ke Indramayu supaya di Jawa bisa nyambung semua,” jelasnya. 

Baca juga: Jelang COP28, Industri Migas Dituntut Tetapkan Strategi Jelas Capai Netralitas Karbon

Saat ini, pemerintah tengah membangun infrastruktur pipa gas dari Cirebon ke Indramayu sepanjang 245 km dan Dumai ke Sei Mangkei sepanjang 428 km.

Ia menjelaskan, pemerintah tidak bisa mendistribusikan kebutuhan gas untuk daerah-daerah di bagian Timur Indonesia karena banyaknya palung bawah laut. Oleh karenanya, distribusi gas dilakukan menggunakan kapal laut.

Kemudian, pemerintah membangun fasilitas untuk regasifikasi LNG atau mengubah gas cair kembali menjadi gas sebelum didistribusikan.

“Kita diberi berkah banyak gas. Kuncinya kita bisa memanfaatkan atau tidak, jadi resource curse,” ujarnya.

Lebih lanjut, Guru Besar Teknik Pertambangan dan Perminyakan Institut Teknologi Bandung (ITB) itu mengatakan, negara yang tidak membangun industri barang jadi tidak akan menjadi negara maju.

Baca juga: Ditjen Migas Siap Distribusikan 52.865 Paket Perdana Konversi BBM ke BBG untuk Nelayan dan Petani

Halaman:
Baca tentang


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com