Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saat Megawati Sebut Penguasa Bertindak seperti Orde Baru...

Kompas.com - 28/11/2023, 06:55 WIB
Ardito Ramadhan,
Ihsanuddin

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri melontarkan kritik keras kepada penguasa yang disebutnya sudah bertindak seperti penguasa di masa Orde Baru.

Pernyataan Mega ini membuat heboh suasana Rapat Koordinasi Nasional Relawan Ganjar-Mahfud yang dihadiri pimpinan organ relawan pendukung se-Pulau Jawa di Jakarta International Expo (JI Expo) Kemayoran, Jakarta, Senin (27/11/2023).

"Mestinya Ibu enggak boleh ngomong gitu, tapi Ibu sudah jengkel, tahu enggak? Kenapa, republik ini penuh pengorbanan, tahu tidak? Kenapa sekarang kalian yang baru berkuasa itu mau bertindak seperti waktu zaman Orde Baru?" kata Megawati.

Baca juga: Megawati: Kenapa Sekarang Penguasa Ingin Bertindak seperti Waktu Orde Baru?

Pernyataan Megawati ini disambut dengan sorak-sorai dari ribuan relawan pendukung Ganjar-Mahfud yang mengikuti pidato tersebut.

Banyak pula dari mereka yang berdiri dari kursi lalu meneriakkan kata "lawan" dengan berulang-ulang.

Sorak-sorai para relawan itu pun direspons Megawati dengan meneriakkan seruan untuk memenangkan pasangan Ganjar-Mahfud dalam satu putaran.

"Benar tidak, benar tidak? Merdeka, merdeka, merdeka! Menang kita Ganjar-Mahfud satu putaran!" teriak Megawati.

Pernyataan emosional ini keluar dari mulut Megawati setelah ia menyinggung aksi-aksi intimidatif yang dilakukan sejumlah pihak menjelang Pemilihan Umum (Pemilu) 2024.

"Bayangin, mengintimidasi, dia itu siapa sih? Kalau dia berani, loh kenapa saya enggak boleh. Kamu mesti lihat perundangannya, kamu sebagai apa, bolehkah kamu menekan rakyat?" Kata Megawati.

Baca juga: Bicara Soal Intimidasi Jelang Pemilu, Megawati: Berhenti, Insyaf!

Megawati pun mempertanyakan dasar intimidasi yang dilakukan karena menurutnya tidak boleh ada pihak-pihak yang bisa memerintah rakyat tanpa melalui peraturan perundang-undangan.

Presiden kelima Republik Indonesia ini lantas mengaku jengkel karena, menurut dia, praktik intimidasi tersebut seolah-olah ingin mengulangi apa yang pernah terjadi pada masa Orde Baru.

Megawati lalu bercerita mengenai pengalamannya yang berkali-kali diinterogasi oleh aparat kepolisian dan kejaksaan semasa pemerintahan Presiden kedua RI, Soeharto.

Ia menegaskan, masa-masa seperti itu tidak boleh terulang lagi dan meminta agar perbuatan intimidatif harus segera dihentikan.

"Eh, jangan deh sekarang mulai lagi selagi saya masih hidup lho. Sudah, berhenti deh bapak bapak yang saya sindiri ini, insaf!" kata Megawati.

Baca juga: Singgung Pakta Integritas Pj Bupati Sorong Menangkan Ganjar, Anies: Berapa Banyak yang Belum Muncul ke Permukaan?

Walaupun demikian, Megawati mengajak semua pendukung Ganjar-Mahfud agar tidak gentar untuk memenangkan pasangan Ganjar-Mahfud.

Ia mengingatkan bahwa aparat-aparat yang menghalangi pun sesungguhnya adalah rakyat Indonesia juga.

"Kita jalan terus kampanye, kita siap kalau ada yang dicurangi. Kalau tidak boleh umpamanya lapangannya, kalau itu namanya kultur Orde Baru yang ibu alami pada waktu dulu," ujar Megawati.

Lawan kezaliman

Ganjar dan Ketua Tim Pemenangan Nasional Arsjad Rasjid juga didaulat untuk berbicara di hadapan ribuan relawan dalam acara yang sama.

Ganjar menyatakan, sudah tidak ada lagi kata mundur bagi para pendukungnya karena Selasa (28/11/2023) hari ini sudah memasuki masa kampanye Pemilu 2024.

"Mulai besok pagi, seluruh kekuatan relawan akan kita optimalkan, dan mulai besok pagi tidak ada lagi kata mundur, kita akan maju terus! Kalau kita dihalangi di depan, kita akan tabrak!" kata Ganjar.

Baca juga: Ganjar: Mulai Besok Tak Ada Kata Mundur, Kalau Dihalangi Kita Tabrak!

Ganjar menyatakan, para relawan harus menunjukkan bahwa pasangan Ganjar-Mahfud adalah sosok yang bakal menuntaskan agenda Reformasi.

Oleh sebab itu, ia meminta pendukungnya untuk bergotong royong mengetuk rumah saudara dan tetangga mereka lalu mengajaknya untuk mengikuti Pemilu 2024.

"Kita yang akan jaga agenda Reformasi akan tercapai pada tujuan. Tidak boleh bengkok kanan kiri, dan kekuatan rakyat akan pastikan lurus ke depan," ujar Ganjar.

Sementara itu, Arsjad menyatakan bahwa yang akan dihadapi oleh Ganjar-Mahfud bukan hanya dua pasangan calon presiden dan wakil presiden lain, melainkan juga kezaliman.

"Kita ada di masa yang tidak baik-baik saja. Di pilpres kali ini kita tidak hanya bertanding melawan paslon lain, kita juga sedang melawan kezaliman yang masif," kata Arsjad.

Menurut Arsjad, ada banyak peristiwa di berbagai daerah yang menunjukkan bahwa kezaliman itu sudah terjadi.

"Bahkan undang-undang, konstitusi, konstitusi kita diutak-atik, apakah kta harus diam? Apakah kita harus takut?" ujar Arsjad.

Baca juga: Di Hadapan Relawan Ganjar-Mahfud, Arsjad Rasjid Singgung Kezaliman yang Masif

Ia pun menegaskan bahwa relawan pendukung Ganjar harus berani melawan kecurangan-kecurangan yang menurutnya melibatkan aparat.

Akan tetapi, Arsjad menilai tugas utama para relawan adalah memenangkan hati rakyat.

"Yang paling penting itu adalah kita pegang hati rakyat. Setuju? Pegang hati rakyat, itulah tugas kita," ujar dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sebut Demokrasi dan Hukum Mundur 6 Bulan Terakhir, Mahfud MD: Bukan Karena Saya Kalah

Sebut Demokrasi dan Hukum Mundur 6 Bulan Terakhir, Mahfud MD: Bukan Karena Saya Kalah

Nasional
Bobby Resmi Masuk Gerindra, Jokowi Segera Merapat ke Golkar?

Bobby Resmi Masuk Gerindra, Jokowi Segera Merapat ke Golkar?

Nasional
[POPULER NASIONAL] Korps Marinir Tak Jujur demi Jaga Marwah Keluarga Lettu Eko | Nadiem Sebut Kenaikan UKT untuk Mahasiswa Baru

[POPULER NASIONAL] Korps Marinir Tak Jujur demi Jaga Marwah Keluarga Lettu Eko | Nadiem Sebut Kenaikan UKT untuk Mahasiswa Baru

Nasional
Poin-poin Klarifikasi Mendikbud Nadiem di DPR soal Kenaikan UKT

Poin-poin Klarifikasi Mendikbud Nadiem di DPR soal Kenaikan UKT

Nasional
Kasus Covid-19 di Singapura Melonjak, Menkes: Pasti Akan Masuk ke Indonesia

Kasus Covid-19 di Singapura Melonjak, Menkes: Pasti Akan Masuk ke Indonesia

Nasional
Sidang Perdana Kasus Ketua KPU Diduga Rayu PPLN Digelar Tertutup Hari Ini

Sidang Perdana Kasus Ketua KPU Diduga Rayu PPLN Digelar Tertutup Hari Ini

Nasional
Saat PKB dan PKS Hanya Jadikan Anies 'Ban Serep' di Pilkada Jakarta

Saat PKB dan PKS Hanya Jadikan Anies "Ban Serep" di Pilkada Jakarta

Nasional
Tanggal 25 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 25 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Dukung Pengelolaan Sumber Daya Alam, PHE Aktif dalam World Water Forum 2024

Dukung Pengelolaan Sumber Daya Alam, PHE Aktif dalam World Water Forum 2024

Nasional
Ridwan Kamil Sebut Pembangunan IKN Tak Sembarangan karena Perhatian Dunia

Ridwan Kamil Sebut Pembangunan IKN Tak Sembarangan karena Perhatian Dunia

Nasional
Jemaah Haji Dapat 'Smart' Card di Arab Saudi, Apa Fungsinya?

Jemaah Haji Dapat "Smart" Card di Arab Saudi, Apa Fungsinya?

Nasional
Kasus LPEI, KPK Cegah 4 Orang ke Luar Negeri

Kasus LPEI, KPK Cegah 4 Orang ke Luar Negeri

Nasional
Soal Anies Maju Pilkada, PAN: Jangan-jangan Enggak Daftar Lewat Kami

Soal Anies Maju Pilkada, PAN: Jangan-jangan Enggak Daftar Lewat Kami

Nasional
Kontras: 26 Tahun Reformasi, Orde Baru Tak Malu Menampakkan Diri

Kontras: 26 Tahun Reformasi, Orde Baru Tak Malu Menampakkan Diri

Nasional
Dilaporkan Ke Polisi, Dewas KPK: Apakah Kami Berbuat Kriminal?

Dilaporkan Ke Polisi, Dewas KPK: Apakah Kami Berbuat Kriminal?

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com