"Setahu saya belum mengundurkan diri, hanya memberitahu ada kemungkinan ikut pilpres," jelas anggota Komisi VI DPR ini.
Sementara itu, bakal capres PDI-P Ganjar Pranowo dan bakal cawapres Mahfud MD menanggapi santai soal Gibran ini.
Keduanya sepakat menerima ketika Gibran benar maju dan akan menjadi rival atau lawan pada Pilpres 2024.
"Jadi selamat, mudah-mudahan kita akan bertanding fair, sehat, dan menyenangkan," kata Ganjar di Media Center Tim Pemenangan Nasional (TPN) Jalan Cemara, Jakarta, Minggu.
Majunya Gibran pada Pilpres 2024 mau tidak mau juga disebut-sebut atas peran sang ayah, Presiden Joko Widodo (Jokowi). Apalagi, Jokowi merestui Gibran maju pada Pilpres 2024. Padahal, keduanya adalah kader PDI-P.
Melihat hal ini, Direktur Lembaga Kajian Politik Nusakom Pratama, Ari Junaedi menilai bahwa Jokowi bisa diartikan tidak menggubris lagi aturan berpartai. Terutama, ketaatan dalam mematuhi instruksi Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri.
"Serta tidak menghormati kaderisasi di partai yang membesarkan Jokowi dan keluarganya," kata Ari kepada Kompas.com, Minggu.
Baca juga: Zulkifli Hasan: Gibran Jadi Cawapres Prabowo Keputusan Bulat
Ari berpendapat, jika Gibran benar maju dalam Pilpres, bakal ada asumsi adanya ketamakkan dari keluarga Jokowi untuk berkuasa.
Menurut dia, jelas ini adalah suatu ancaman bagi demokrasi. Dia pun menyoroti bagaimana rentetan peristiwa sebelum Gibran resmi dideklarasikan sebagai cawapres, yang dimula dari putusan Mahkamah Konstitusi (MK) tentang batas usia minimum capres-cawapres.
"Cara-cara yang dilakukan rezim yang tamak kekuasaan itu begitu jelas dengan membegal konstitusi di MK dan pengerahan yang masif aparatus yang memihak," ujar dia.
"Saya jadi pesimis penyelenggaraan Pilpres bisa berjalan luber dan jurdil," tutupnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.