Akhirnya mengakhiri sambutan ini, nah, ini saya ingin mengutip juga saya untuk mensosialisasikan kembali, mengutip lagu kebangsaan Indonesia Raya itu ternyata stanza itu bagiannya ada tiga, Pak. Saya akan mempopulerkan kembali, tapi acaranya kalau yang besar-besar, karena ternyata itu Indonesia.
Jadi, ini stanza ke-3 sebagai bahan perenungan bersama, Indonesia tanah yang suci. Tanah siapa? Tanah kita yang sakti, di sanalah aku berdiri, menjaga Ibu sejati. Indonesia tanah berseri, ayo siapa mau ikut? Enggak hafal, kan. Ibu juga belum hafal, kok. Sedang terus menghafalkan. Tanah yang aku sayangi, marilah kita berjanji, Indonesia abadi.
Jadi, agar Indonesia suci dan abadi, pilihlah sosok pemimpin yang baik, pemimpin yang jujur dan pemimpin yang mampu bertanggung jawab bagi lebih dari 270 juta rakyat Indonesia.
Sebetulnya pemimpin itu seperti apa, toh. Saya diajari bapak saya, Bung Karno, dari mulai SD saya mulai dimasukkan pikiran-pikiran politik. Jadi, katanya beliau begini, 'pemimpin yang sebenarnya itu adalah ketika masa kritis dapat mengambil tanggung jawab itu untuk menyelamatkan negara kita'.
Demikianlah. Terima kasih. Wassalamualaikum wr wb.
Merdeka! Merdeka! Merdeka!
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.