JAKARTA, KOMPAS.com - Selamat pagi pembaca setia Kompas.com. Mengawali pagi ini, kami menyuguhkan peristiwa politik nasional dalam sepekan terakhir.
Dalam sepekan terakhir ini, manuver politikus PDI Perjuangan (PDI-P) Budiman Sudjatmiko menyita perhatian publik.
Bahkan, jalan politik yang diperagakan Budiman belakangan ini membuat kebersamaannya dengan PDI-P berada di persimpangan jalan.
Ini terjadi setelah aktivis Reformasi ini semakin melekat dengan Ketua Umum Partai Gerindra sekaligus bakal calon presiden (bacapres) Prabowo Subianto.
Bermula dari puja-puji terhadap sosok Prabowo, Budiman kini secara terang-terangan menyatakan dukungannya terhadap Prabowo.
Keputusan politik Budiman tersebut membuat PDI-P segera mengambil tindakan tegas. PDI-P mempersilakan Budiman mengundurkan diri. Jika enggan, PDI-P akan mengambil opsi lain, yakni dipecat.
Keakraban Budiman dan Prabowo berawal dari pertemuan keduanya pada pertengahan Juli lalu. Budiman mengunjungi Prabowo di kediamannya di Jalan Kertanegara, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan pada Selasa (19/7/2023) malam.
Pertemuan kedua tokoh berlangsung selama kurang lebih 2 jam. Usai pertemuan, Budiman mengaku memiliki kecocokan dengan Prabowo.
Baca juga: Alasan Politisi PDI-P Budiman Sudjatmiko Dukung Prabowo Subianto, Bukan Ganjar Pranowo
Ia bahkan menganggap mantan Panglima Komando Cadangan Strategis (Pangkostrad) itu sebagai sosok pemimpin yang bisa membawa Indonesia lepas dari krisis global.
"Saya mengapresiasi dan merasa bahwa Pak Prabowo itu mewakili satu cara pandang kepemimpinan politik yang cocok dengan saya," kata Budiman.
"Dalam pengertian, suatu bangsa ingin bangkit di tengah turbulensi karena krisis global," ujar Budiman.
Selain itu, Budiman meyakini Prabowo sebagai sosok yang bisa menyatukan kelompok nasionalis.
Keyakinan itu diklaim sebagai alasan yang membuat Budiman menemui Menteri Pertahanan tersebut.
"Kita berbicara soal harus ada persatuan kaum nasionalis, harus ada persatuan kaum nasionalis, itu saja. Jangan berkelahi begitu loh," katanya.
Sebulan setelah pertemuan itu, Budiman dan Prabowo justru mendeklarasikan relawan bernama Prabowo-Budiman Bersatu atau Prabu.
Organisasi Relawan itu diumumkan di Marina Convention Center, Kota Semarang, Jawa Tengah, Jumat (18/8/2023).
Deklarasi relawan tersebut dihadiri langsung oleh kedua tokoh. Dalam momen itu, Budiman dan Prabowo menandatangani kesepakatan bersama sebagai simbol diresmikannya relawan Prabu di Kota Semarang.
Baca juga: Gerindra Terbuka terhadap Budiman Sudjatmiko, Anggap Tokoh Inspiratif
Budiman mengaku, pada era pra-Reformasi, dirinya dan Prabowo berada di poros berbeda. Saat itu, Budiman merupakan seorang aktivis, sedangkan Prabowo masih menjadi prajurit TNI.
Namun, kata Budiman, setelah membaca buku Paradoks Indonesia yang ditulis Prabowo, pandangannya berubah.
Baca juga: Budiman Sudjatmiko Rela Dipecat PDI-P demi Dukung Prabowo Jadi Capres
Menurutnya, Prabowo punya semangat yang sama dengan para aktivis. Oleh karenanya, Budiman menyatakan dirinya berani mengambil resiko untuk mendukung Prabowo menjadi presiden.
Budiman pun percaya Prabowo mampu melanjutkan tongkat kepemimpinan Indonesia.
"Tolong Pak Prabowo majukan kesejahteraan umum dengan mengembangkan koperasi, desa dan jaminan sosial untuk rakyat Indonesia," kata dia.
Budiman mengakui bahwa dirinya tak mendukung bakal capres yang diusung PDI-P, Ganjar Pranowo. Menurutnya, sosok Prabowo lebih unggul dari Gubernur Jawa Tengah itu.
"Indonesia butuh kepemimpinan yang strategik. Pak Ganjar baik, bukan buruk ya. Tapi Indonesia butuh kepemimpinan yang strategik untuk hari ini," kata Budiman.
Menurutnya, ke depan Indonesia butuh pemimpin yang bisa melihat keadaan global seperti kondisi ekonomi, teknologi, perang dan masalah-masalah lainnya.
Budiman juga mengatakan, RI mestinya dipimpin oleh sosok yang punya visi misi jangka panjang.
Baca juga: Malu Budiman Sudjatmiko Dukung Prabowo, Ketum Repdem: Kader Kaleng-kaleng Lebih Baik Mundur
Menyadari pilihannya bersebrangan dengan PDI-P, Budiman mengaku siap disanksi partai banteng.
Budiman juga mengaku akan bertanggungjawab dengan pilihannya itu.
"PDI Perjuangan punya aturan kalau saya kena sanksi itu sepenuhnya tanggung jawab saya," kata dia.
Meski dukungannya buat Prabowo telah disampaikan secara terbuka, Budiman meminta agar publik tidak berandai-andai, Dia menegaskan bahwa sampai saat ini masih menjadi anggota PDI-P.
Sementara itu, Sekretaris Jenderal (Sekjen) PDI-P Hasto Kristiyanto menyebut Budiman memiliki pilihan mengundurkan diri atau dipecat karena mendukung Prabowo.
"Opsinya mengundurkan diri atau menerima sanksi pemecatan," kata Hasto dalam keterangan resmi yang diterima Kompas.com, Minggu (20/8/2023).
Hasto memastikan pihaknya akan mengambil langkah tegas guna merespons langkah politik Budiman yang justru mendukung Prabowo, bukannya Ganjar.
Menurut dia, persoalan sanksi akan disampaikan lebih lanjut oleh Ketua DPP Bidang Kehormatan PDI-P Komarudin Watubun pada Senin (21/8/2023).
"Nanti, Pak Komarudin akan mengumumkan, yang jelas partai tidak menolerir terhadap tindakan indisipliner setiap kader partai," ujar Hasto.
"Partai akan mengambil suatu tindakan yang tegas," tambahnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.