JAKARTA, KOMPAS.com - Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) melaporkan, provinsi dengan tingkat kemiskinan ekstrem mendekati 0 persen bertambah menjadi 13 pada Maret 2023. Sebelumnya, wilayah dengan tingkat kemiskinan ekstrem yang mendekati 0 persen hanya 6 provinsi.
Sekretaris Kemenko PMK Andie Megantara mengatakan, hal ini sejalan dengan penurunan angka kemiskinan ekstrem yang telah dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) belum lama ini.
"BPS mencatatkan angka kemiskinan ekstrem dari 2,04 persen pada Maret 2022 menjadi 1,74 persen September 2022," kata Andie dalam Forum Konsolidasi Nasional Pelaksanaan Percepatan Penghapusan Kemiskinan Ekstrem Tahun 2023-2024 di Gedung Kemenko PMK, Jakarta Pusat, Senin (24/7/2023).
"Bahkan provinsi yang berhasil mencapai angka mendekati 0 persen bertambah, dari 6 provinsi menjadi 13 provinsi," imbuhnya.
Baca juga: Wapres: Indonesia Berada dalam Trek Benar untuk Turunkan Kemiskinan Ekstrem
Adapun ketigabelas provinsi tersebut di antaranya, Kalimantan Barat, Bangka Belitung, Jambi, Sumatera Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, DKI Jakarta, Banten, Riau, dan Bali.
Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kesejahteraan Sosial, Nunung Nuryartono mengatakan, tingkat kemiskinan ekstrem di provinsi-provinsi tersebut sudah di bawah 1 persen.
"Mudah-mudahan nanti dalam waktu dekat akan turun lagi perhitungan kemiskinan ekstrem tingkat provinsi, sehingga kita bisa lebih menegaskan provinsi mana yang perlu kita dorong untuk sesegera mungkin dengan berbagai program yang ada," ucap dia.
Lebih lanjut ia optimistis, target kemiskinan ekstrem mencapai 0 persen pada tahun 2024 bisa terealisasi.
Terlebih, Kemenko PMK telah mengoordinasikan berbagai pihak untuk turut menyasar kemiskinan ekstrem, baik secara langsung maupun tidak langsung, khususnya dalam peningkatan penciptaan lapangan kerja termasuk pada pelaksanaan program Kartu Prakerja maupun CSR perusahaan.
Keterpaduan pun telah dilaksanakan Kementerian lainnya, yaitu Kementerian PUPR bersama dengan para pihak seperti Baznas, SMF, dan filantropi baik dari perbankan.
Baca juga: Kemenko PMK: Tiap Tahun 1,8 Juta Pelajar Masuk Pasar Kerja, Kompetensinya Rendah
Tidak tertinggal pula dukungan penuh dari civitas akademika melalui Tri Dharma Perguruan Tinggi, untuk mendukung upaya penghapusan kemiskinan ekstrem. Hal ini dilakukan dengan upaya pembangunan karakter, penelitian, maupun program pengabdian masyarakat.
"Kita optimis akhir tahun ini mudah-mudahan bisa mendekati nol koma sekian persen," jelas Nunung.
Sebagai informasi, data teranyar BPS menunjukkan, tingkat kemiskinan di Indonesia menurun.
BPS mencatat, jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai 25,9 juta, atau setara dengan 9,36 persen total penduduk. Posisi ini turun 460.000 orang atau 0,21 persen dari posisi September 2022, yang mencapai 23,36 juta orang atau setara 9,57 persen.
Sekretaris Utama BPS Atqo Mardiyanto mengatakan, penurunan tersebut terjadi seiring dengan tren pemulihan ekonomi nasional. Dalam kurun waktu 6 kuartal terakhir, produk domestik bruto (PDB) RI memang terus tumbuh di kisaran 5 persen secara tahunan.
Selain itu, tingkat inflasi pada periode relatif membaik. Tercatat laju inflasi pada periode September 2022-Maret 2023 sebesar 1,32 persen. Laju inflasi itu lebih rendah dari periode Maret-September 2022 sebesar 3,60 persen.
Baca juga: 26 Desember Bukan Cuti Bersama, Kemenko PMK: Tak Ada Larangan Cuti bagi ASN hingga TNI-Polri
Tren penurunan memang tingkat kemiskinan memang terus terjadi sejak September 2020. Namun demikian, tingkat kemiskinan masih belum kembali ke level sebelum pandemi Covid-19, di mana tingkat kemiskinan pada September 2019 sebesar 9,22 persen total penduduk atau setara 24,78 juta penduduk.
"Meskipun terus mengalami penurunan, namun demikian tingkat kemiskinan bulan Maret 2023 ini belum pulih seperti masa sebelum pandemi," tutur Atqo, dalam konferensi pers, Senin (17/7/2023).
Tercatat tingkat kemiskinan di perkotaan turun dari 7,53 persen pada September 2022 menjadi 7,29 persen. Sementara itu, tingkat kemiskinan di perdesaan turun dari 12,36 persen menjadi 12,22 persen.
Sementara itu jika dilihat berdasarkan pulau, tingkat kemiskinan terjadi di seluruh pulau kecuali Sulawesi. Tercatat tingkat kemiskinan di Pulau Sulawesi meningkat 0,02 persen 2,04 juta penduduk.
Meningkatnya tingkat kemiskinan di Sulawesi disebabkan oleh pertumbuhan konsumsi rumah tangga yang lebih rendah dibanding pulau lain. Tingkat konsumsi rumah tangga di Sumatera hanya tumbuh 0,88 persen.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.