JAKARTA, KOMPAS.com - Sekretaris Jenderal PDI-P Hasto Kristiyanto berharap daerah Sumatera Barat bisa menjadi basis massa pemilih partainya pada Pemilu 2024. Ia pun meminta para kader PDI-P di Sumatera Barat mengupayakan apa yang diharapkan tersebut.
Hal ini disampaikan Hasto saat berpidato dalam pembukaan Rapat Kerja Daerah (Rakerda) PDI-P Sumbar di Kota Padang, Selasa (4/7/2023). Mulanya, Hasto mengeklaim bahwa setiap tahun, partainya selalu menggali pemikiran para pahlawan bangsa yang berasal dari Sumatera Barat.
Dia menyebut tiga nama pahlawan nasional, yakni Muhammad Hatta atau Bung Hatta, kemudian Haji Agus Salim dan Mohammad Yamin.
"Partai terus melakukan gerakan turun ke bawah mengangkat peran penting tokoh cendekiawan, tokoh adat dan tokoh agama dalam satu kesatuan kemajuan," kata Hasto dalam keterangan tertulis dari DPP PDI-P, Selasa.
"PDI-P juga punya konsepsi membangun Sumbar sebagai pusat kemajuan di Samudera Hindia. Karena itulah PDI-P terus bergerak untuk merubah peta politik Sumbar,” lanjut dia.
Baca juga: Menunggu Permainan PDIP Berikutnya...
Hasto membakar semangat kader partai untuk terus bergerak menuju kemenangan Pemilu 2024 dengan menghidupi prinsip the power of belief (keyakinan) dan the power of idea (gagasan).
Politisi asal Yogyakarta ini juga menyampaikan pesan Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri kepada para kader dalam menghadapi Pemilu 2024. Sesuai pesan Megawati, seluruh kader partai banteng moncong putih diminta berada dalam satu rampak barisan.
"Jika itu dilakukan, maka kader PDI-P Sumbar akan bisa mengubah peta politik di Sumbar," tutur Hasto.
Ia lantas bercerita pengalaman Megawati sebagai bahan refleksi bagi kader PDI-P Sumbar.
Ketika kantor PDI diserang pada 27 Juli 1996 oleh kekuatan rezim Orde Baru, kata Hasto, banyak yang membisiki Megawati untuk menggelar gerakan massa, bukan menempuh jalur hukum sebagai jalur perjuangan. Alasannya, para hakim, jaksa, dan polisi saat itu dikuasai oleh rezim Orde Baru.
“Bu Mega menolak dengan menjawab, masa di antara 267 kabupaten/kota saat itu, tak satupun polisi, jaksa hakim yang memiliki hati nurani? Akhirnya jalur hukum dikedepankan," cerita Hasto.
"Dan sekali kita memenangkan gugatan kita, akan menjadi kekuatan moral kita yang mampu menghantam benteng rezim otoriter," tambahnya.
Baca juga: PDIP Gelar Pelatihan Dakwah Digital untuk Tangkal Politik Indentitas dan Penyebaran Kebencian
Hasto menjelaskan apa yang disampaikan adalah contoh kekuatan keyakinan. Untuk itu, ia menekankan para kader PDI-P terus bergerak turun ke bawah dengan tujuan menang di Sumatera Barat.
Hasto juga bercerita pengalaman lain bagaimana Belanda yang maju sebagai sebuah negara superpower dunia di masanya, berhasil dikalahkan oleh Bung Karno, Bung Hatta, dan para pendiri bangsa.
“Keyakinan itu seperti satu lidi yang tak bisa membersihkan halaman, tapi ketika diikat banyak lidi jadi sapu, maka ia bisa membersihkan halaman," jelasnya.
"Maka keyakinan pada politik ini penting. Kalau Anda bilang saya kalah, kalahlah kita. Kalau Anda bilang saya bisa menangkan pertarungan pemilu di Sumbar, itu akan menjadi energi positif dan kemenangan akan terjadi," sambung Hasto.
Baca juga: Sekjen PDI-P: Jokowi Pilih Prabowo, Saya Luruskan Itu Tidak Benar
Syarat kedua adalah membangun kekuatan ide dan imajinasi. Dia memberikan contoh saat PDI-P meluncurkan Kapal Rumah Sakit Laksamana Malahayati untuk membantu pengobatan masyarakat di berbagai wilayah.
Semuanya, kata dia, berawal dari ide Megawati yang ingin partai memiliki kapal rumah sakit dan bisa melayani rakyat di seluruh Tanah Air.
“Ini semua adalah the power of idea. Pengalaman saya, tidak ada yang mustahil selama mimpi dan gagasan kita diabdikan pada kepentingan lebih besar yakni rakyat dan partai, bangsa dan negara," ujar Hasto.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.