KTT ASEAN ke 42 di Labuan Bajo, Indonesia, telah usai. Namun ada yang tidak begitu saja usai, yakni implementasi kelanjutan kesepakatan yang telah dicapai oleh pemimpin perhimpunan bangsa-bangsa Asia Tenggara ini.
Butir kesepakatan tersebut, antara lain komitmen menjadikan kawasan ASEAN sebagai wahana kedamaian untuk dunia yang lebih baik lagi.
Selaku Keketuaan Indonesia dalam KTT ASEAN 2023, Indonesia terdepan memperkukuh komitmen untuk terus mewujudkan kawasan damai. Terlebih ASEAN, sebagaimana dengan tepat diilustrasikan oleh Presiden Joko Widodo, adalah satu keluarga.
Maka ikatannya sangat kuat, dan kesatuannya sangat penting untuk berlayar menuju satu tujuan yang sama, menjadikan ASEAN Epcentrum of Growth dan kawasan yang damai dan sejahtera.
Pertama, saya telisik dahulu ASEAN mewujudkan kawasan yang damai, dan kedua menelisik sebagai kawasan sejahtera.
Sesungguhnya dalam upaya mewujudkan kawasan regional maupun bilateral, bahkan global, untuk menjadi kawasan damai jauh sebelumnya telah dikonstruksi lewat pemikiran-pemikiran geopolitik Presiden Pertama RI Ir. Soekarno.
Konsepsi dasar geopolitik dan geostrategi Indonesia tidaklah berwatak ekspansif. Hal ini dalam teori geopolitik Bung Karno disebut progressive geopolitical co-exsistentence, kepentingan nasional Indonesia dibangun dengan memperhatikan konstelasi geopolitik.
Kawasan regional ASEAN harus dijaga ketentramannya. Namun beberapa waktu lalu, China memberikan peringatan keras kepada Filipina.
Hal ini diakibatkan rencana negara itu untuk memberikan akses pangkalan militer kepada rival Beijing, Amerika Serikat (AS). Ini yang dinilai Beijing akan menyeret Manila dalam perselisihan geopolitik.
Meskipun dapat dideteksi ada kecenderungan rivalitas antara AS dan China –walau hal ini secara terbuka tak terlihat secara konfrontatif.
Namun Indonesia tidak boleh abai, karena secara strategis pula Indonesia berada di antara negara-negara aliansi AS dalam posisi geografis dan strategis ASEAN.
Potensi kawasan yang memanas, menutut respons Indonesia untuk memainkan perannya –sekurang-kurangnya sebagai “juru damai”.
Untuk predikat juru damai, bagi Indonesia hal ini bukanlah barang baru. Peran juru damai telah dimainkan Indonesia sewaktu Indonesia berhasil menjadi “juru damai” antara AS dan China.
Pada KTT G20 15-16 November 2022, di Bali, telah mempertemukan Presiden Joe Biden dan Presiden Xi Jinping –sebuah pertemuan yang begitu indah berlangsung secara damai dan penuh persahabatan.
Ini adalah keberhasilan Indonesia menjalankan diplomasi ”juru damai” tingkat tinggi, di mana pertemuan Presiden Joe Biden dan Presiden Xi Jinping sekaligus pertemuan kekuatan Blok Barat dan Blok Timur.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.