Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengamat Sebut Video Ancaman KKB Tembak Pilot Susi Air sebagai Dampak Operasi Psikologis Pemerintah

Kompas.com - 30/05/2023, 22:34 WIB
Nirmala Maulana Achmad,
Bagus Santosa

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Co-founder Institute for Security and Strategic Studies (ISESS) Khairul Fahmi mengatakan, beredarnya video ancaman kelompok kriminal bersenjata (KKB) terhadap pilot Susi Air, Philips Mark Methrtens (37), merupakan bentuk keberhasilan pemerintah menghadirkan persepsi berlarut-larut dalam operasi pembebasan Philips.

Fahmi mengatakan, video itu merupakan reaksi psikologis KKB sebagai dampak operasi psikologis yang dilakukan pemerintah.

“Artinya, rangkaian kombinasi langkah yang ditempuh pemerintah, baik yang dilakukan secara senyap, yang dipropagandakan, ditambah dengan narasi-narasi persuasif, telah berhasil menghadirkan persepsi ketidakpastian berlarut dan menghabiskan kesabaran sehingga direaksi (oleh KKB) dengan peningkatan ancaman dan tenggat waktu,” kata Fahmi dalam keterangannya, Selasa (30/5/2023).

Baca juga: Panglima Yudo: TNI Masih Berupaya Bebaskan Pilot Susi Air Tanpa Timbulkan Korban Jiwa

Fahmi berpandangan, KKB melihat aparat TNI-Polri tampak pasrah. Namun, di sisi lain, ia meyakini aparat TNI-Polri sedang menyiapkan strategi terukur dalam operasi pembebasan pilot Susi Air tersebut.

“Mendekati area sasaran dan memastikan situasi, meningkatkan tekanan melalui operasi psikologis dan melihat peluang untuk melakukan operasi evakuasi dengan pendadakan, adalah langkah yang mungkin telah dan sedang dijalankan oleh pemerintah melalui berbagai lini,” ucap Fahmi.

Fahmi menambahkan, prinsip kerahasiaan dan kehati-hatian dalam operasi perlu diperhatikan pemerintah.

“Karena kerahasiaan dan kehati-hatian adalah aspek yang menentukan keberhasilan strategi, maka pembatasan informasi dan minimnya publikasi, saya kira merupakan sesuatu yang perlu dipahami dan didukung oleh publik,” ujar Fahmi.

Sebelumnya, Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat-Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM) menyebarkan video yang memperlihatkan pilot Philips dikelilingi oleh sejumlah orang bersenjata laras panjang diduga anggota KKB pimpinan Egianus Kogoya.

Dalam video itu, Philips diancam akan ditembak oleh KKB jika Indonesia tidak kunjung berunding soal kemerdekaan Papua.

“Kalau sudah dua bulan dan mereka tidak bicara Papua, mereka akan tembak saya,” kata Philips dalam video itu.

Baca juga: Pilot Susi Air Hampir 4 Bulan Disandera KKB Papua, Mahfud MD Masih Enggan Terima Bantuan Negara Lain

Merespons itu, Panglima TNI Laksamana Yudo Margono mengatakan bahwa jajarannya masih berupaya membebaskan pilot Susi tanpa menimbulkan korban jiwa.

Hal itu diungkapkan Yudo Margono menjawab pertanyan awak media usai mengikuti Rapat Koordinasi Nasional Polhukam di East Java Ballroom Westin Hotel, Jakarta Selatan, Senin (29/5/2023).

“TNI masih berusaha membebaskan pilot dengan tidak menimbulkan korban jiwa, baik dari masyarakat atau anggota TNI sendiri,” kata Yudo dalam siaran pers Puspen TNI, dikutip pada Selasa (30/5/2023).

“Semoga TNI dapat menyelamatkan pilot dengan selamat tanpa adanya korban jiwa,” ujar dia lagi.

Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD menegaskan bahwa pemerintah enggan melibatkan negara lain dalam penyelamatan pilot Susi Air tersebut.

"Itu ya kami tangani sendiri secara internal kami. Kebijakannya enggak boleh melibatkan negara lain," ujar Mahfud dalam acara Rapat Koordinasi Nasional 'Sinergisitas Pemerintah Dalam Menjaga Stabilitas Politik Dan Keamanan untuk menyukseskan Pemilu Tahun 2024' di East Java Ballroom Westin Hotel, Jakarta Selatan, Senin (29/5/2023).

"Ini internal kami dan kami bisa lakukan itu," kata Mahfud.

Baca juga: Panglima TNI: Penyelamatan Pilot Susi Air yang Disandera KKB Terkendala Cuaca dan Medan Berat


Untuk diketahui, sudah hampir empat bulan, Philips disandera KKB pimpinan Egianus Kogoya setelah pesawat yang dipilotinya dibakar di Bandara Paro, Nduga, Papua Pegunungan, pada 7 Februari 2023.

Saat itu, pesawat tersebut mengangkut lima penumpang yang merupakan orang asli Papua (OAP).

Philips dan kelima OAP disebut sempat melarikan diri ke arah yang berbeda. Namun, kelima OAP telah kembali ke rumah masing-masing. Sementara itu, Philips masih disandera.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Menkes: Indonesia Kekurangan 29.000 Dokter Spesialis, Per Tahun Cuma Produksi 2.700

Menkes: Indonesia Kekurangan 29.000 Dokter Spesialis, Per Tahun Cuma Produksi 2.700

Nasional
Kepala Bappenas: Progres Pembangunan IKN Tahap 1 Capai 80,82 Persen

Kepala Bappenas: Progres Pembangunan IKN Tahap 1 Capai 80,82 Persen

Nasional
Hakim MK Cecar KPU RI Soal Ubah Aturan Tenggat Waktu Rekapitulasi Suara Pileg

Hakim MK Cecar KPU RI Soal Ubah Aturan Tenggat Waktu Rekapitulasi Suara Pileg

Nasional
Pakar Hukum: PTUN Bisa Timbulkan Presen Buruk Jika Kabulkan Gugatan PDI-P

Pakar Hukum: PTUN Bisa Timbulkan Presen Buruk Jika Kabulkan Gugatan PDI-P

Nasional
Gerindra: Pak Prabowo Bisa Jadi Presiden Terpilih Berkat Doa PKS Sahabat Kami

Gerindra: Pak Prabowo Bisa Jadi Presiden Terpilih Berkat Doa PKS Sahabat Kami

Nasional
Pakai Pelat Palsu Anggota DPR, Pemilik Alphard dalam Kasus Brigadir RAT Bakal Dipanggil MKD

Pakai Pelat Palsu Anggota DPR, Pemilik Alphard dalam Kasus Brigadir RAT Bakal Dipanggil MKD

Nasional
Jokowi Soroti Banyak Program Pemerintah Pusat dan Daerah yang Tak Sinkron

Jokowi Soroti Banyak Program Pemerintah Pusat dan Daerah yang Tak Sinkron

Nasional
KPK Tak Hadir, Sidang Gugatan Status Tersangka Gus Muhdlor Ditunda

KPK Tak Hadir, Sidang Gugatan Status Tersangka Gus Muhdlor Ditunda

Nasional
Sebut Prabowo Tak Miliki Hambatan Psikologis Bertemu PKS, Gerindra: Soal Teknis Saja

Sebut Prabowo Tak Miliki Hambatan Psikologis Bertemu PKS, Gerindra: Soal Teknis Saja

Nasional
Saat Jokowi Pura-pura Jadi Wartawan lalu Hindari Sesi 'Doorstop' Media...

Saat Jokowi Pura-pura Jadi Wartawan lalu Hindari Sesi "Doorstop" Media...

Nasional
Dampak UU DKJ, Usia Kendaraan di Jakarta Bakal Dibatasi

Dampak UU DKJ, Usia Kendaraan di Jakarta Bakal Dibatasi

Nasional
Eks Bawahan SYL Mengaku Beri Tip untuk Anggota Paspampres Jokowi

Eks Bawahan SYL Mengaku Beri Tip untuk Anggota Paspampres Jokowi

Nasional
Jokowi Harap Presiden Baru Tuntaskan Pengiriman Alkes ke RS Sasaran

Jokowi Harap Presiden Baru Tuntaskan Pengiriman Alkes ke RS Sasaran

Nasional
Pakar Hukum Sebut Kecil Kemungkinan Gugatan PDI-P ke KPU Dikabulkan PTUN

Pakar Hukum Sebut Kecil Kemungkinan Gugatan PDI-P ke KPU Dikabulkan PTUN

Nasional
Hakim Agung Gazalba Saleh Didakwa Terima Gratifikasi Rp 650 Juta bersama Pengacara

Hakim Agung Gazalba Saleh Didakwa Terima Gratifikasi Rp 650 Juta bersama Pengacara

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com