Kedua, empati dan mendengarkan aktif. Dengan mendengarkan (tentunya dengan sungguh-sungguh) perspektif seseorang, kita dapat memahami pandangan dan pengalaman mereka.
Empati membantu kita mengenali bahwa pengalaman dan nilai-nilai kita berbeda dari orang lain. Hal ini memungkinkan kita untuk terlibat dalam dialog yang saling menghormati dan produktif.
Ketiga, menemukan titik temu dan membangun “jembatan” di antara perbedaan politik. Ketika kita fokus pada nilai-nilai dan kepentingan yang sama, kita dapat memulai percakapan yang konstruktif yang mengarah pada perubahan yang berarti.
Dengan mengenali ide-ide spesifik, berlatih empati dan mendengarkan aktif, serta membangun jembatan di antara perbedaan politik, kita dapat mendorong wacana politik yang saling menghormati dan efektif, kan?
Memang, menghadapi labelling pribadi dalam politik adalah tantangan yang kompleks. Namun, dengan kesadaran dan komitmen untuk berkomunikasi secara terbuka dan saling mendengar, kita dapat menciptakan iklim politik yang lebih inklusif dan membangun jembatan di antara perbedaan kita.
Dalam hal ini, media juga memainkan peran penting dalam mempromosikan wacana politik yang seimbang dan menghindari penggunaan penandaan pribadi yang dapat memperkuat polarisasi politik.
Pembaca cerdas, tidak mudah terpengaruh labelling!
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.