Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Ita Fatia Nadia soal Mei 1998, Mendadak Dapat Laporan Pemerkosaan di Banyak Tempat

Kompas.com - 21/05/2023, 07:17 WIB
Irfan Kamil,
Sabrina Asril

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Ita Fatia Nadia, seorang ketua organisasi perempuan pertama di Indonesia kewalahan menangani banyaknya pemerkosaan di Jakarta pada Mei 1998.

Organisasi yang dipimpin Ita bernama Kalyanamitra. Organisasi ini fokus pada komunikasi dan informasi tentang perempuan.

Kala itu, Ita juga tergabung bersama Tim Relawan untuk Kemanusiaan yang digagas Ignatius Sandyawan Sumardi atau Romo Sandi, Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, dan sejumlah tokoh lainnya untuk menangani kejahatan kemanusiaan yang terjadi pada Mei 1998.

"Waktu itu saya diajak Romo Sandi. 'Mbak Ita, mari bergabung untuk perspektif perempuan, keterlibatan perempuan, maka saya bergabung di situ dengan teman-teman yang lain dan beberapa orang yang sekarang ini sudah almarhum'," tutur Ita saat berbincang dengan Kompas.com melalui Zoom meeting, Rabu (17/5/2023), malam.

Baca juga: Fransisca, Gadis Cilik Korban Pemerkosaan Mei 1998 dan Cerita yang Kian Terkubur

Ita bercerita, didirikannya tim relawan untuk kemanusiaan dilakukan karena kondisi krisis tahun 1998. Keadaan ini merupakan rangkaian krisis yang telah terjadi pada 1997.

Saat itu, terjadi krisis ekonomi yang menyebabkan pemecatan masal dan demonstrasi besar-besaran. Kondisi itu juga membuat masyarakat sulit mendapatkan makanan.

Puncak dari krisis ini adalah penyerangan kantor Partai Demokrasi Indonesia (PDI) yang dikenal dengan "Peristiwa Kudatuli". Peristiwa ini mengakibatkan gerakan mahasiswa dan gerakan pro demokrasi (PRD) hilang.

"Pada saat itu meledaklah penyerangan kantor PDI dan penghilangan paksa terhadap mereka yang dituduh terlibat dalam gerakan mahasiswa dan gerakan pro demokrasi, teman-teman PRD ketika itu," tutur Ita.

Baca juga: Cerita Kelam Tragedi 1998: Dering Telepon Tak Henti Berbunyi Terima Laporan Rudapaksa Massal

"Saya kebetulan saat itu sebagai ketua Kalyanamitra, saya terlibat di dalam tim relawan, saya mengikuti seluruh perjalanan proses gerakan-gerakan pro demokrasi, gerakan menuntut rezim orde baru mundur. itu ekslasinya terus naik terus 1997 sampai 1998," imbuhnya.

Awal mula pemerkosaan

Lebih lanjut, Ita pun mengungkapkan bagaimana pertama kali ia menerima laporan banyaknya perempuan etnis Tionghoa yang mengalami pemerkosaan.

Kala itu, kondisi Jakarta tengah mencekam setelah terjadi demo besar-besaran dan penembakan mahasiswa Trisakti pada 12 Mei 1998.

Ia pun mendapatkan informasi adanya pemerkosaan terhadap anak Etnis Tionghoa di Medan dari Stanley Adi Prasetyo.

Sebagai informasi, Stanley Adi Prasetyo pernah menjabat sebagai Komisioner Komnas HAM dan Ketua Dewan Pers di kemudian hari.

Baca juga: Trauma Maria Sanu akibat Kerusuhan Mei 1998, Menangis Setiap Kali Lewat Mal Klender...

Dalam kondisi yang tidak kondusif itu, Ita juga memeroleh informasi adanya pemerkosaan di Apartemen Pluit.

"Jadi saya langsung menghubungi Pak Sandyawan. Romo ini bagaimana? ada perkosaan di Pluit, ketika itu di dekat kantor Kalyanamitra itu ada gudang besar namanya Goro di Jalan Kalibata itu juga lagi dijarah," kata Ita menceritakan kondisi saat itu.

Halaman:
Baca tentang


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com