Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jannus TH Siahaan
Doktor Sosiologi

Doktor Sosiologi dari Universitas Padjadjaran. Pengamat sosial dan kebijakan publik. Peneliti di Indonesian Initiative for Sustainable Mining (IISM). Pernah berprofesi sebagai Wartawan dan bekerja di industri pertambangan.

Proporsionalitas Politik Kasus Johnny G Plate

Kompas.com - 19/05/2023, 05:45 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

JOHNNY G Plate sebagai Menteri Komunikasi dan Informatika akhirnya ditetapkan sebagai tersangka kasus dugaan korupsi proyek penyediaan menara base transceiver station (BTS) 4G dan infrastruktur pendukung 1, 2, 3, 4, dan 5 Bakti Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kominfo) tahun 2020-2022 untuk Daerah 3T (daerah yang tergolong dalam daerah tertinggal, terdepan, dan terluar).

Penetapan tersangka itu setelah beberapa bulan terakhir menjalani pemeriksaan secara berkala.

Berdasarkan keterangan dari Direktur Penyidikan Jampidsus Kejaksaan Agung, Kuntadi, terungkap bahwa penetapan tersangka terhadap Johnny G Plate terkait wewenangnya sebagai pengguna anggaran dan posisinya sebagai menteri.

Sebagai masyarakat, kita tentu harus memberikan kepercayaan kepada institusi penegak hukum untuk memproses kasus ini seadil dan setransparan mungkin, mengingat Indonesia adalah negara modern yang berjalan berdasarkan aturan dan hukum yang berlaku.

Hal ini sangat perlu mendapat penekanan karena penahanan Johnny G Plate yang sebelumnya menjabat Sekjen DPP Partai Nasdem itu berlangsung di tengah arena politik yang memang sangat rentan terhadap politisasi dan dramatisasi, baik karena menjelang pemilihan presiden dan wakil presiden pada 2024 maupun karena kerenggangan politik antara Partai Nasdem dan Istana beberapa waktu belakangan.

Sebagaimana telah kita saksikan dalam waktu singkat, tafsir politik terkait penahanan Plate beredar luas pascapenahanan.

Untuk itu, publik harus benar-benar diberikan keterangan dan pencerahan soal pemisahan antara masalah hukum dan politik praktis.

Jika tidak, maka setiap kasus hukum yang berinterseksi dengan tokoh-tokoh politik akan dimaknai dalam kacamata kepentingan praktis salah satu pihak di arena politik.

Seperti kata politisi yang juga mantan Wali Kota Minneapolis, Betsy Hodges, "True public safety requires a collaboration between law enforcement and the community".

Dengan kata lain, dukungan publik pada penegak hukum adalah modal utama penegakan hukum yang akan berujung pada kestabilan sosial kemasyarakatan.

Dukungan publik sangat diperlukan untuk memastikan bahwa tidak ada intervensi politik, baik dari pihak lawan politik Partai Nasdem maupun dari pihak elite gigantis Partai Nasdem sendiri, dalam setiap proses peradilan terhadap Johnny G Plate.

Yang bisa dilakukan Partai Nasdem hanyalah mengadakan pembelaan secara hukum yang profesional untuk memastikan bahwa Johnny G Plate dihukum atau tidak dihukum secara tidak proporsional dan tidak adil.

Sementara itu, bagi Istana, yang beberapa waktu belakangan diwacanakan berada di belakang banyak ‘malapetaka politik’ yang dialami oleh Surya Paloh maupun Partai Nasdem, jalan terbaik bagi Istana sebagai tubuh politik penguasa nasional adalah menjauhkan diri sejauh-jauhnya dari kasus ini dan mempercayakan institusi Kejaksaan Agung dan institusi hukum yang terkait dengan kasus ini untuk bekerja secara independen serta profesional.

Istana harus memastikan bahwa keputusan Kejaksaan Agung adalah murni keputusan hukum yang didasarkan atas kepentingan penegakan hukum semata sebagai mana amanat konstitusi terkait dengan signifikansi Indonesia sebagai sebuah "negara hukum", bukan atas kepentingan yang lain, apalagi kepentingan politik praktis yang beririsan dengan kemenangan salah satu pihak di Pilpres 2024.

Lebih dari itu, Jokowi, yang sering diidentifikasi sebagai pihak yang sedang berseteru dengan Ketua Umum DPP Partai Nasdem, Surya Paloh karena pencalonan Anies Baswedan, harus memastikan bahwa proses hukum tidak tercampur dengan proses politik yang menjadi latar pemilihan presiden mendatang.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena 'Heatwave' Asia

BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena "Heatwave" Asia

Nasional
Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang 'Online' dari Pinggir Jalan

Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang "Online" dari Pinggir Jalan

Nasional
Maksud di Balik Keinginan Prabowo Bentuk 'Presidential Club'...

Maksud di Balik Keinginan Prabowo Bentuk "Presidential Club"...

Nasional
Resistensi MPR Usai PDI-P Harap Gugatan PTUN Bikin Prabowo-Gibran Tak Dilantik

Resistensi MPR Usai PDI-P Harap Gugatan PTUN Bikin Prabowo-Gibran Tak Dilantik

Nasional
“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

Nasional
Prabowo Dinilai Bisa Bentuk 'Presidential Club', Tantangannya Ada di Megawati

Prabowo Dinilai Bisa Bentuk "Presidential Club", Tantangannya Ada di Megawati

Nasional
Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak Ada Rencana Bikin Ormas, apalagi Partai

Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak Ada Rencana Bikin Ormas, apalagi Partai

Nasional
Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Nasional
Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

Nasional
[POPULER NASIONAL] Prabowo Ingin Bentuk 'Presidential Club' | PDI-P Sebut Jokowi Kader 'Mbalelo'

[POPULER NASIONAL] Prabowo Ingin Bentuk "Presidential Club" | PDI-P Sebut Jokowi Kader "Mbalelo"

Nasional
Kualitas Menteri Syahrul...

Kualitas Menteri Syahrul...

Nasional
Tanggal 6 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 6 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang 'Toxic' ke Pemerintahan

Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang "Toxic" ke Pemerintahan

Nasional
Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

Nasional
Komnas KIPI: Kalau Saat Ini Ada Kasus TTS, Bukan karena Vaksin Covid-19

Komnas KIPI: Kalau Saat Ini Ada Kasus TTS, Bukan karena Vaksin Covid-19

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com