Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Hery Wibowo
Ketua Program Studi Sosiologi FISIP Universitas Padjadjaran

Pengamat Sosial, praktisi pendidikan dan pelatihan

Mendorong Sosialisasi De-Urbanisasi

Kompas.com - 05/05/2023, 09:06 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Fakta di lapangan menunjukkan bahwa arus mudik tahun ini berkisar di angka 100 juta. Artinya puluhan juta manusia Indonesia, harus menyambung hidup dengan berpindah/bermigrasi dari kota kelahirannya.

Sehingga, secara awam dapat dikatakan bahwa sudah terlanjur ’tersosialisasi’ bahwa hidup adalah sekolah yang rajin, lalu setelah lulus berburu pekerjaan di kota besar.

Jika tidak ada upaya membangun konstruksi sosial baru, maka aksi ini akan terus berulang. Pemahaman masyarakat tidak akan banyak berubah, dan tentunya beban kota akan semakin meningkat.

Semangat De-Urbanisasi

Ketika sekolah dan kuliah hanya mengajarkan agar peserta didik pintar mencari kerja, dan ’pekerjaan’ tersebut sudah terlanjur dimitoskan hanya ada di kota, dan kota besar khususnya, maka inilah yang terjadi.

Arus migrasi dan urbanisasi seakan tidak pernah berhenti, dan periode mudik menjadi puncaknya.

Instalisasi pemahaman yang seragam ini membuat ’seakan-akan’ lulusan sekolah ataupun perguruan tinggi, tidak memiliki banyak alternatif pilihan setelah lulus, kecuali melamar pekerjaan yang ’bagus’ dan bergaji ’prospektif’.

Masih sangat minimalis lulusan yang hidup dengan misi hidup yang kuat, seperti ingin membangun desa, menjadi pemberdaya masyarakat di tanah kelahiran, menjadi wirausaha di kota asal dan lain-lain.

Misi hidup ini secara umum adalah penggerak ataupun daya dorong. Misi hidup membuat individu kokoh dan tegar dengan pendirian dan visinya. Mereka tidak mudah terombang-ambing mengikuti arus utama pergerakan masyarakat pada umumnya.

Semangat de-urbanisasi menghembuskan makna bahwa ketika seseorang dilahirkan di kampung/di desa, misalnya, berarti ia ’ditakdirkan’ untuk menjalankan misi mulia di daerah tersebut.

Sejatinya proses pendidikan dapat terus disisipi dengan semangat/mentalitas kewirausahaan serta pendidikan agama.

Sehingga peserta didik semakin yakin akan visi/misi mengapa ia diciptakan (seperti menjadi khalifah di tempat kelahirannya, menjadi bermanfaat bagi penduduk sekitar dll).

Selanjutnya, pendidikan kewirausahaan yang baik akan membangkitkan mentalitas pantang menyerah, kemampuan membangun usaha, kapasitas mengelola usaha berbasis potensi lokal dan lain-lain.

Sehingga sekian persen dari lulusan, akan memiliki pemikiran yang ’out of the box’ dan tidak menjadi arus migrasi ke kota besar dengan dalih mencari penghidupan yang lebih baik.

Akhir kata, sosialisasi sosiologis menjadi penting. Damsar (2019) menegaskan bahwa sosialisasi primer merujuk pada suatu proses melaluinya seorang anak manusia mempelajari atau menerima pengetahuan, sikap, nilai, norma, perilaku esensial dan harapan agar mampu berpartisipasi efektif dalam masyarakat dan/atau menjadi anggota masyarakat.

Sehingga pekerjaan rumah kita bersama adalah membangun sosialisasi yang baik pada seluruh peserta didik bahwa urbanisasi bukanlah satu-satunya jalan keluar.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Golkar: 'Presidential Club' Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

Golkar: "Presidential Club" Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

Nasional
Jokowi Diprediksi Gandeng Prabowo Buat Tebar Pengaruh di Pilkada 2024

Jokowi Diprediksi Gandeng Prabowo Buat Tebar Pengaruh di Pilkada 2024

Nasional
Kans Parpol Pro Prabowo-Gibran Dengarkan Jokowi Tergantung Relasi

Kans Parpol Pro Prabowo-Gibran Dengarkan Jokowi Tergantung Relasi

Nasional
Demokrat Yakin Jokowi-Megawati Bisa Bersatu di 'Presidential Club'

Demokrat Yakin Jokowi-Megawati Bisa Bersatu di "Presidential Club"

Nasional
Sebut SBY Setuju Prabowo Bentuk 'Presidential Club', Demokrat: Seperti yang AS Lakukan

Sebut SBY Setuju Prabowo Bentuk "Presidential Club", Demokrat: Seperti yang AS Lakukan

Nasional
Jokowi Diperkirakan Bakal Gunakan Pengaruhnya di Pilkada Serentak 2024

Jokowi Diperkirakan Bakal Gunakan Pengaruhnya di Pilkada Serentak 2024

Nasional
Soal Kemungkinan Gabung Koalisi Prabowo, Cak Imin: Kita Lihat pada 20 Oktober

Soal Kemungkinan Gabung Koalisi Prabowo, Cak Imin: Kita Lihat pada 20 Oktober

Nasional
Kementerian PPPA Akan Dampingi Anak Korban Mutilasi di Ciamis

Kementerian PPPA Akan Dampingi Anak Korban Mutilasi di Ciamis

Nasional
'Orang Toxic Jangan Masuk Pemerintahan, Bahaya'

"Orang Toxic Jangan Masuk Pemerintahan, Bahaya"

Nasional
Prabowo Perlu Waktu untuk Bertemu, PKS Ingatkan Silaturahmi Politik Penting bagi Demokrasi

Prabowo Perlu Waktu untuk Bertemu, PKS Ingatkan Silaturahmi Politik Penting bagi Demokrasi

Nasional
Soal Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Bukan Cuma Harapan Pak Luhut

Soal Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Bukan Cuma Harapan Pak Luhut

Nasional
Halal Bihalal Akabri 1971-1975, Prabowo Kenang Digembleng Senior

Halal Bihalal Akabri 1971-1975, Prabowo Kenang Digembleng Senior

Nasional
Anggap “Presidential Club” Positif, Cak Imin:  Waktunya Lupakan Perbedaan dan Konflik

Anggap “Presidential Club” Positif, Cak Imin: Waktunya Lupakan Perbedaan dan Konflik

Nasional
Anggap Positif “Presidential Club” yang Ingin Dibentuk Prabowo, Cak Imin: Pemerintah Bisa Lebih Produktif

Anggap Positif “Presidential Club” yang Ingin Dibentuk Prabowo, Cak Imin: Pemerintah Bisa Lebih Produktif

Nasional
Jokowi Gowes Sepeda Kayu di CFD Jakarta, Warga Kaget dan Minta 'Selfie'

Jokowi Gowes Sepeda Kayu di CFD Jakarta, Warga Kaget dan Minta "Selfie"

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com