Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Hery Wibowo
Ketua Program Studi Sosiologi FISIP Universitas Padjadjaran

Pengamat Sosial, praktisi pendidikan dan pelatihan

Dramaturgi Aktor Politik

Kompas.com - 28/04/2023, 16:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

TAHUN 2023, secara tidak terhindarkan adalah tahun persiapan bagi Pesta Demokrasi 2024. Indonesia akan memilih pimpinan negara dan pengelola daerah serta perwakilan rakyat untuk periode selanjutnya.

Maka, tidak berlebihan jika tahun ini disebut juga sebagai tahun pencitraan aktor politik. Masing-masing aktor berusaha menampilkan dirinya sebaik mungkin di hadapan publik.

Mereka dituntut ’bersandiwara’ sebaik mungkin di panggung depan (frontstage), jika meminjam istilah Goffman.

Menurut Erving Goffman, dramaturgi adalah sandiwara kehidupan yang disajikan oleh manusia.

Dengan kata lain, dramaturgi merupakan situasi di mana manusia bertindak sesuai dengan waktu, ruang, dan khalayaknya. Tentunya hal ini disertai feedback yang diharapkan pula.

Menurut Erving Goofman, individu akan selalu bermain peran. Artinya, setiap individu bertindak sesuai dengan perannya dalam bersosialisasi dengan individu lainnya (Meilien Mocharom, Kompasiana)

Teori ini mengungkapkan bahwa individu sejatinya hidup (dan bersandiwara) di dua alam, yaitu alam di atas panggung yang tersorot oleh masyarakat sosial (front stage) dan alam belakang panggung (back stage).

Pada alam belakang panggung (back stage), hanya individu yang bersangkutan yang mengetahui kondisinya. Apakah muram, penuh kemarahan, di dominasi kecemasan, dendam kesumat, rasa tidak aman dan nyaman, iri dengki dan lain sebagainya, tidak ada yang mengetahui.

Atau, sangat mungkin bahwa sang aktor memiliki komunitas terbatas yang mengetahui situasi di belakang panggung tersebut. Bahkan kemudian merancang tampilan di atas panggung utama (front stage)

Pada alam di depan/atas panggung (front stage) di sinilah para aktor politik harus bersiap sedemikian rupa menampilkan citra terbaiknya dan membangun impresi paling positif di hadapan publik, baik publik nyata maupuan publik maya (media sosial dll).

Di sinilah diperlukan kerja keras untuk membangun kesan paling positif, karena tidak semua panggung dapat direncanakan skenario tampilannya.

Terdapat sejumlah panggung yang dapat disiapkan sebelumnya (well plan performance), namun ada juga panggung yang tidak disiapkan sebelumnya (unplanned performance), seperti konferensi pers dadakan dan lain-lain.

Maka sejatinya, tim dari sang aktor harus terus bekerja keras, menjaga kesinambungan citra (self esteem) dari aktor tersebut, agar tetap di level positif di hadapan publik, dari waktu ke waktu.

Harapan publik

Maka, kepada siapakah publik menggantungkan harapannya? Secara umum, mereka mencari aktor politik yang paling berintegritas, yaitu yang memiliki kehidupan selaras dan seirama antara di depan dan di belakang panggung.

Bagi sang aktor, mereka akan memiliki kondisi psikologis yang bervariasi dalam menjalani kehidupan yang ibarat sandiwara ini.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com