Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 23/03/2023, 21:57 WIB
Rahel Narda Chaterine,
Bagus Santosa

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Ketua Komisi III DPR RI Pangeran Khairul Saleh meminta kepolisan menindak tegas pihak yang bersalah dalam peristiwa tewasnya tiga tenaga kerja asing (TKA) asal China yang diduga kuat menghirup gas beracun saat bekerja di perusahaan tambang di wilayah Kalimantan Selatan (Kalsel), beberapa waktu lalu.

"Agar pihak aparat penegak hukum menindak dengan tegas pihak yang bertanggung jawab atas terjadinya kecelakaan ini baik dari sisi kesalahan prosedur maupun dari sisi amdal khususnya sisi pemantauan atau pengendalian lingkungannya," kata Pangeran kepada Kompas.com, Kamis (23/3/2023).

Baca juga: Polisi Selidiki Penyebab Tewasnya 3 WNA China di Kotabaru yang Diduga Tewas karena Gas Beracun

Selain itu, Pangeran juga mendorong kasus itu diusut tuntas.

Ia juga meminta Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) Kementerian ESDM turun tangan bekerja sama dengan Kepolisian terkait kasus itu.

"Meminta Penyidik Pegawai negeri sipil (PPNS) kementerian ESDM untuk turun langsung ke lapangan bekerja sama dengan pihak Kepolisian untuk mengetahui penyebab terjadinya kecelakaan tersebut," ujarnya.

Politisi PAN itu menyatakan dukungan karena pihak Kepolisian telahbmenghentikan sementara kegiatan penambangan selama proses penyelidikan yang berlangsung.

Baca juga: 3 WNA China Dirampok di Jalan Lintas Sumbawa, Uang Puluhan Juta Rupiah hingga Kepingan Emas Dibawa Kabur

Selain itu, ia juga menyampaikan duka cita atas musibah yang terjadi dan menimbulkan tiga orang meninggal dunia itu.

"Komisi III mengharapkan dengan tindakan tegas aparat penegakan hukum ini akan diperoleh perbaikan menyeluruh atas pengelolaan tambang di Indonesia baik Underground maupun Open Pit sehingga peristiwa semacam ini tidak terjadi lagi dikemudian hari," tuturnya.

Sebelumnya diberitakan, tiga WNA asal China, masing-masing berinisial JY (51), XT (42) dan LD (46) meninggal dunia saat bekerja di perusahaan tambang tempatnya bekerja di Desa Magalau Hulu, Kecamatan Kelumpang Barat, Kabupaten Kotabaru pada, Senin (13/3/2023) dini hari.

Ketiganya ditemukan dalam kondisi lemas dan pingsan di salah satu terowongan milik perusahaan.

Saat dievakuasi ke klinik terdekat untuk mendapatkan pertolongan, ketiganya dinyatakan telah meninggal dunia.

Baca juga: Polisi Sebut 2 Korban Tewas Proyek Kereta Cepat WNA China, Tugasnya Teknisi

Dugaan sementara, ketiganya meninggal karena menghirup gas beracun. Kasus ini kini tengah diselidiki oleh Polda Kalsel.

AKBP Andi Arif dari Puslabfor Mabes Polri mengatakan, dari deteksi yang dilakukan di lokasi kejadian, diduga kuat ketiga korban menghirup jenis gas NH3.

"Untuk jenis gas beracun berdasarkan deteksi alat yang kami pakai di lokasi kejadian adalah NH3," terang Andi Arif dalam keterangannya yang diterima, Kamis (16/3/2023) malam.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Dugaan Korupsi di LPEI: Kerugian Ditaksir Rp 2,5 Triliun, Ada 6 Perushaan Lain yang Tengah Dibidik

Dugaan Korupsi di LPEI: Kerugian Ditaksir Rp 2,5 Triliun, Ada 6 Perushaan Lain yang Tengah Dibidik

Nasional
Empat Anggota DPRD Kota Bandung Dicecar Soal Dugaan Titipan Proyek

Empat Anggota DPRD Kota Bandung Dicecar Soal Dugaan Titipan Proyek

Nasional
Ramai Unjuk Rasa Jelang Penetapan Hasil Pemilu, Ini Kata KPU

Ramai Unjuk Rasa Jelang Penetapan Hasil Pemilu, Ini Kata KPU

Nasional
Dukungan ke Airlangga Mengalir saat Muncul Isu Jokowi Diusulkan jadi Ketum Golkar

Dukungan ke Airlangga Mengalir saat Muncul Isu Jokowi Diusulkan jadi Ketum Golkar

Nasional
Sempat Mandek, Tol Gilimanuk-Mengwi Mulai Dibangun September Tahun Ini

Sempat Mandek, Tol Gilimanuk-Mengwi Mulai Dibangun September Tahun Ini

Nasional
KPK Cecar Eks Wali Kota Bandung Soal Tarif 'Fee Proyek' yang Biasa Dipatok Ke Pengusaha

KPK Cecar Eks Wali Kota Bandung Soal Tarif "Fee Proyek" yang Biasa Dipatok Ke Pengusaha

Nasional
Netralitas Jokowi Disorot di Forum HAM PBB, Dibela Kubu Prabowo, Dikritik Kubu Anies dan Ganjar

Netralitas Jokowi Disorot di Forum HAM PBB, Dibela Kubu Prabowo, Dikritik Kubu Anies dan Ganjar

Nasional
Penggelembungan Suara PSI 2 Kali Dibahas di Rekapitulasi Nasional KPU, Ditemukan Lonjakan 38 Persen

Penggelembungan Suara PSI 2 Kali Dibahas di Rekapitulasi Nasional KPU, Ditemukan Lonjakan 38 Persen

Nasional
Eks Wali Kota Banjar Cicil Bayar Uang Pengganti Rp 958 Juta dari Rp 10,2 M

Eks Wali Kota Banjar Cicil Bayar Uang Pengganti Rp 958 Juta dari Rp 10,2 M

Nasional
RI Tak Jawab Pertanyaan Soal Netralitas Jokowi di Sidang PBB, Kemenlu: Tidak Sempat

RI Tak Jawab Pertanyaan Soal Netralitas Jokowi di Sidang PBB, Kemenlu: Tidak Sempat

Nasional
Spanduk Seorang Ibu di Sumut Dirampas di Hadapan Jokowi, Istana Buka Suara

Spanduk Seorang Ibu di Sumut Dirampas di Hadapan Jokowi, Istana Buka Suara

Nasional
Jokowi dan Gibran Diisukan Masuk Golkar, Hasto Singgung Ada Jurang dengan PDI-P

Jokowi dan Gibran Diisukan Masuk Golkar, Hasto Singgung Ada Jurang dengan PDI-P

Nasional
Saat Jokowi Bertemu 2 Menteri PKB di Tengah Isu Hak Angket Kecurangan Pemilu...

Saat Jokowi Bertemu 2 Menteri PKB di Tengah Isu Hak Angket Kecurangan Pemilu...

Nasional
Sisa 4 Provinsi yang Belum Direkapitulasi, Sebelum KPU Tetapkan Hasil Pemilu 2024

Sisa 4 Provinsi yang Belum Direkapitulasi, Sebelum KPU Tetapkan Hasil Pemilu 2024

Nasional
Puncak Mudik Jatuh 5-7 Apriil 2024, 6 Ruas Tol Beroperasi Fungsional

Puncak Mudik Jatuh 5-7 Apriil 2024, 6 Ruas Tol Beroperasi Fungsional

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com