Kendati terkoordinasi, namun AL negara peserta program kerja sama tetap melakukan patrol di perairan teritorialnya sendiri-sendiri.
Tidak bisa atau tidak boleh, misalnya, TNI AL masuk ke perairan teritorial Malaysia atau Singapura saat memburu perompak yang kabur ke wilayah perairan kedua negara.
TNI AL cukup berkomunikasi – tepatnya berkoordinasi – dengan RSN atau Royal Malaysia Navy/RMN untuk melanjutkan pengejaran.
Laut teritorial sebuah negara pantai, menurut UNCLOS 1982, luasnya sekitar 12 mil laut yang diukur dari garis pantai terluar.
Untuk menutup celah terkait pengejaran perompak oleh kapal patrol AL tadi, lalu diluncurkanlah “Eyes in the Sky” atau EiS.
Ini adalah patroli udara yang dilakukan oleh masing-masing negara anggota Malsindo dengan pesawat intai maritim (maritime patrol aircraft) yang mereka miliki.
Dengan skema ini, pesawat patroli diizinkan terbang di atas laut teritorial negara anggota sejauh tiga mil laut.
Sayang, EiS relatif kurang sukses karena terbatasnya sorti penerbangan sejak diluncurkan pada 2005. Di samping itu, program ini juga menghadapi kendala terbatasnya sumber daya dalam merespons kejadian yang berhasil dipantau oleh patroli udara.
Kembali ke kerja sama Indonesia dan Singapura patroli terkoordinasi. Sebagai sebuah upaya memperkuat kerja sama AL antara kedua negara jelas ini sebuah upaya yang layak diapresiasi.
Bagi TNI AL, kerja sama sejenis idealnya harus pula dilakukan dengan RMN agar semangat kebersamaan antarmatra laut se-Selat Malaka tetap solid.
Selain itu, keberadaan kerja sama bilateral seperti yang dilakukan dengan Singapura mesti pula diiringi dengan niat baik supaya forum kerja sama multilateral Malsindo tetap bisa dipertahankan.
Melihat sepak terjang KSAL Muhammad Ali yang gencar melakukan muhibah ke beberapa sejawat di kawasan sejak dilantik, harapan untuk kerja sama bilateral dan multilateral sepertinya akan membuncah di bawah kepemimpinannya.
Kerja sama adalah kata kunci dalam upaya mengamankan laut. Karena tidak ada satu pun negara di dunia ini yang bisa mengamankannya sendirian.
Bahkan, AS yang disebut sebagai negara terkuat dalam aspek kekuatan matra laut melakukan kerja sama dengan berbagai negara dalam mengamankan laut. Kendati laut yang diamankannya sudah jauh dari perairan teritorialnya.
Antara TNI dan SAF kini sama-sama dipimpin oleh orang dari matra laut. Indonesia dan Singapura sama-sama pula menjadi littoral state Selat Malaka.
Melalui IFC dan ReCAAP ISC gangguan keamanan di selat ini semakin cepat terdistribusi kepada otoritas keamanan maritim di mana kejadian berlaku. Sehingga, upaya penegakan hukum dapat segera dijalankan.
Semoga kawasan Selat Malaka semakin aman dengan patroli terkoordinasi Indonesia-Singapura dan patroli-patroli lainnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.