JAKARTA, KOMPAS.com - Yayasan Plan International Indonesia merilis hasil penelitian yang bertemakan remaja perempuan dan politik.
Direktur Influencing Plan Indonesia Nazla Mariza mengatakan temuan menarik dari hasil riset tersebut adalah 94 persen remaja perempuan percaya pentingnya terlibat dalam dunia politik.
"Sebanyak 9 dari 10 remaja perempuan atau 94 persen percaya bahwa partisipasi di dunia politik adalah penting," ujar Nazla saat kunjungan ke redaksi Kompas.com, Menara Kompas, Palmerah, Kamis (2/3/2023).
Selain itu, temuan menarik lainnya adalah isu politik yang diminati oleh sebagian besar remaja perempuan berkaitan dengan kemiskinan.
Baca juga: Survei: 54 Persen Remaja Perempuan Indonesia Tak Percaya Pemimpin Politik
Ada juga isu pendidikan, lingkungan, perubahan iklim dan berbagai keputusan politik yang memengaruhi komunitas dan kehidupan mereka.
"Girls are political, mereka memiliki kuasa, peran, suara yang patut diperhitungkan," tutur Nazla.
Di samping itu, remaja perempuan seringkali terlibat masalah politik di tingkat lokal, termasuk membangun gerakan kaum muda.
"Mereka ingin terlibat, diakui, dan dinilai sebagai bagian dari penggerak perubahan," urainya.
Baca juga: Survei Litbang Kompas: Pemilih Gen Z Cenderung Tak Ingin Golput di Pemilu 2024
Namun, kata Nazla, temuan kontraproduktif juga terlihat dari partisipasi remaja perempuan khususnya di sektor formal.
Lebih dari 97 persen remaja perempuan mengaku adanya hambatan dalam proses partisipasi.
"Sehingga mereka cenderung tereksklusi dari berbagai keputusan yang berdampak pada hidup mereka, seperti keputusan di rumah, sekolah, komunitas dan berbagai ruang lainnya," ucap Nazla.
Hambatan lain yang dihadapi remaja perempuan dalam berpolitik adalah karena usia yang dianggap belum dewasa dan berbagai stereotipe gender perempuan di tengah masyarakat.
Baca juga: Survei Litbang Kompas: Gen Z Lebih Ingin Memilih Capres Saja di Pemilu 2024
"Ketika berusaha untuk terlibat, mereka sering diremehkan, jarang didengar, dan meskipun di beberapa negara terwakilkan perempuan di parlemen dan di dewan lokal telah meningkat tapi masih ada kekurangan panutan," ucap Nazla.
Adapun riset ini bertujuan mengeksplorasi dan memahami sikap pengalaman remaja perempuan dalam paritisipasi politik.
Riset dilakukan di Indonesia pada Februari-Maret 2022 dengan responden di Indonesia, 1.000 remaja perempuan usia 15-24 tahun.
Adapun sampel responden tersebar di tujuh wilayah seperti Jawa, Kalimantan, Maluku, Nusa Tenggara, Papua, Sulawesi dan Sumatera.
Plan Indonesia mengatakan, data survei yang mereka miliki tidak mewakili suara remaja perempuan Indonesia.
"Data survei tidak mewakili nasional walau sampel survei berupaya sebaik mungkin untuk memastikan keterwakilan berbagai wilayah dan populasi yang marginal," ucap Nazla.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.