Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Hanif Sofyan
Wiraswasta

Pegiat literasi di walkingbook.org

Kode Keras Jokowi dari Senayan

Kompas.com - 29/11/2022, 06:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

"Saya ulang. Jadi, pemimpin yang mikirin rakyat itu kelihatan dari penampilannya, dari kerutan di wajahnya. Kalau wajahnya cling, bersih, tidak ada kerutan di wajahnya hati-hati. Lihat juga, lihat rambutnya kalau putih semua 'wah mikir rakyat ini'," bebernya.

Begitu juga ketika menyebut “kode” istana. Selanjutnya Jokowi menambahkan, "Jangan pilih sosok yang hanya senang duduk di istana. Jangan sampai, jangan sampai...kita memilih pemimpin yang nanti hanya senangnya duduk di istana yang AC-nya dingin. Jangan sampai, saya ulang, jangan sampai kita memilih pemimpin yang senang duduk di istana yang AC-nya sangat dingin," ungkap Jokowi.

Ketika menyebut sinyal ini seolah Jokowi tak lagi punya beban politik, seperti harus manjaga unggah-ungguh kepada siapa.

Di balik narasi politiknya yang santai, Jokowi sebenarnya sedang bermain “pesan telik sandi”, melempar tanda-tanda yang mudah ditafsirkan secara politik, tapi bikin para rival berkeringat dingin seketika.

Ini adalah pesan semiotika. Rasanya tak perlu mengundang pakar pembaca pesan, atau ahli sandi rahasia, ahli pembaca mimik wajah, karena semiotika umumnya digunakan untuk membedah pertanda, bisa saja berupa simbol, atau ikon, bisa juga digunakan untuk menafsirkan bacaan komunikasi verbal maupun non-verbal.

Tapi ketika Jokowi melemparkan dua sinyal, “istana dan rambut putih” kepada ribuan relawannya, itu seperti memberi “pesan langsung”, bahwa pemimpin dari istana yang dimaksud adalah penguasa elite yang meskipun berusaha merakyat akan terlihat dari caranya yang terlalu formalitas dan dipaksakan. Sehingga ketika merakyat, justru makin tidak popular.

Begitu juga ketika mengatakan pertanda agar wanti-wanti dengan pemimpin yang “cling”, berwajah tanpa kerutan, memasang wajah senang tanpa sedikitpun ada tekanan di garis wajahnya.

Seperti kata Jokowi secara tidak langsung sebagai pertanda pemimpin yang tidak pernah memikirkan rakyatnya. Siapapun boleh berbeda pendapat dan tidak setuju, tapi sinyal itulah yang coba dimainkan Jokowi melalui pesan semiotikanya itu.

Dengan mudah akan diarahkan pada siapa, tentu saja akan mudah ditebak. Inilah enak dan serunya ketika “pesan anonim” dilempar ke publik dengan tanda yang mudah dikenali.

Ketika tafsir publik dengan cepat mengarah kepada rival politik lain, bisa saja dengan mudah Jokowi akan berkata, “bukan saya lho yang bilang begitu, tapi kalian sendiri yang menafsirkan”.

Kurang lebih seperti pernah di bilang Jokowi saat memberi kode keras untuk Prabowo. "Ya diartikan sinyal ya boleh tapi kan saya ngomong juga nggak apa-apa," kata Jokowi.

Sinyal dukungan Prabowo-Ganjar

Sinyal kuat itu sangat membantu para relawan Jokowi untuk bertindak di lapangan. Kepada siapa dua pesan Jokowi itu hendak diarahkan, dan siapa sebenarnya yang menjadi pilihan Jokowi dalam Pilpres 2024 mendatang.

Apalagi kemarin menjadi teka-teki, dan menjadi diskursus agar Jokowi fokus saja menyelesaikan tugas kepresidenannya daripada mengurusi politik pilpres 2024.

Karena pesan itu dengan mudah dapat diterima oleh relawan Jokowi yang kelak juga dapat menjadi relawan baru bagi dua tokoh yang menjadi pilihan Jokowi.

Dukungan Jokowi pada Pilpres ke depan, setidaknya mengarah dua tokoh, yakni Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto, lantaran kedua tokoh tersebut dianggap loyal dan komitmen terhadap program Jokowi yang berkepentingan dengan legacy hasil kerja dan kepemimpinannya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

PPP Minta MK Beri Kebijakan Khusus agar Masuk DPR Meski Tak Lolos Ambang Batas 4 Persen

PPP Minta MK Beri Kebijakan Khusus agar Masuk DPR Meski Tak Lolos Ambang Batas 4 Persen

Nasional
Sidang Sengketa Pileg Kalteng Berlangsung Kilat, Pemohon Dianggap Tak Serius

Sidang Sengketa Pileg Kalteng Berlangsung Kilat, Pemohon Dianggap Tak Serius

Nasional
Pemerintahan Baru dan Tantangan Transformasi Intelijen Negara

Pemerintahan Baru dan Tantangan Transformasi Intelijen Negara

Nasional
Tegur Pemohon Telat Datang Sidang, Hakim Saldi: Kalau Terlambat Terus, 'Push Up'

Tegur Pemohon Telat Datang Sidang, Hakim Saldi: Kalau Terlambat Terus, "Push Up"

Nasional
KPK Sebut Keluarga SYL Sangat Mungkin Jadi Tersangka TPPU Pasif

KPK Sebut Keluarga SYL Sangat Mungkin Jadi Tersangka TPPU Pasif

Nasional
Timnas Kalah Lawan Irak, Jokowi: Capaian hingga Semifinal Layak Diapresiasi

Timnas Kalah Lawan Irak, Jokowi: Capaian hingga Semifinal Layak Diapresiasi

Nasional
Kunker ke Sumba Timur, Mensos Risma Serahkan Bansos untuk ODGJ hingga Penyandang Disabilitas

Kunker ke Sumba Timur, Mensos Risma Serahkan Bansos untuk ODGJ hingga Penyandang Disabilitas

Nasional
KPK Kembali Panggil Gus Muhdlor sebagai Tersangka Hari Ini

KPK Kembali Panggil Gus Muhdlor sebagai Tersangka Hari Ini

Nasional
Teguran Hakim MK untuk KPU yang Dianggap Tak Serius

Teguran Hakim MK untuk KPU yang Dianggap Tak Serius

Nasional
Kuda-kuda Nurul Ghufron Hadapi Sidang Etik Dewas KPK

Kuda-kuda Nurul Ghufron Hadapi Sidang Etik Dewas KPK

Nasional
Laba Bersih Antam Triwulan I-2024 Rp 210,59 Miliar 

Laba Bersih Antam Triwulan I-2024 Rp 210,59 Miliar 

Nasional
Jokowi yang Dianggap Tembok Besar Penghalang PDI-P dan Gerindra

Jokowi yang Dianggap Tembok Besar Penghalang PDI-P dan Gerindra

Nasional
Sebut Jokowi Kader 'Mbalelo', Politikus PDI-P: Biasanya Dikucilkan

Sebut Jokowi Kader "Mbalelo", Politikus PDI-P: Biasanya Dikucilkan

Nasional
[POPULER NASIONAL] PDI-P Harap Putusan PTUN Buat Prabowo-Gibran Tak Bisa Dilantik | Menteri 'Triumvirat' Prabowo Diprediksi Bukan dari Parpol

[POPULER NASIONAL] PDI-P Harap Putusan PTUN Buat Prabowo-Gibran Tak Bisa Dilantik | Menteri "Triumvirat" Prabowo Diprediksi Bukan dari Parpol

Nasional
Tanggal 5 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 5 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com