Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nestapa Keluarga Korban Gagal Ginjal Akut, Kehilangan Anak dalam Hitungan Hari

Kompas.com - 23/11/2022, 22:32 WIB
Ardito Ramadhan,
Novianti Setuningsih

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kuasa hukum 12 keluarga korban gagal ginjal akut, Awan Puryadi menceritakan duka yang dialami kliennya karena kehilangan anak mereka dalam hitungan hari.

Awan Puryadi mengungkapkan bahwa kesehatan anak klien mereka berubah cepat hingga berujung kematian.

"Ibu ini kehilangan dengan cepat anaknya itu membuat kita merasa, 'waduh ini kejadian luar biasa sekali'," kata Awan dalam acara Gaspol! Kompas.com, Rabu (23/11/2022).

Awan menuturkan, para kliennya itu mempunyai cerita yang hampir serupa. Anak-anak mereka awalnya mengalami demam dan diresepkan obat penurun panas parasetamol.

"Yang di kuasa kami itu ada 2 merek yang diminum, yang pertama adalah Afi Farma, parasetamol dari Afi Farma, dan dari Universal Pharmaceutical Industries," ujar Awan.

Baca juga: Kekecewaan Keluarga Korban Gagal Ginjal Akut, Antidote Tiba Setelah Anak Tiada

Awalnya, obat yang diresepkan dokter itu cukup ampuh menurunkan panas dalam waktu dua hari.

Akan tetapi, memasuki hari ketiga dan keempat, anak-anak itu justru menunjukkan gejala tidak bisa buang air kecil, muntah-muntah, maupun demam.

Setelah dilarikan ke rumah sakit, anak-anak itu dinyatakan mengalami kerusakan ginjal.

"Ada yang masih 8 bulan kalau enggak salah ya, yang itu pada saat sakitnya karena tidak bisa dimasukkan cairan, sampai dibor di kakinya, di tulangnya, untuk dimasukkan obat-obat yang diperlukan," kata Awan.

Baca juga: Enggan Sebut Kasus Gagal Ginjal Akut, BPKN: Ini Kasus Keracunan Obat Sirup

Ia mengungkapkan, penurunan kesehatan itu berlangsung secara cepat karena ada yang memburuk dalam satu hari hingga akhirnya meninggal dunia.

"Anak yang sebelumnya tidak apa-apa, mengalami sakit yang itu sakit yang biasa. Kemudian, tiba-tiba dengan sangat cepat mungkin setelah dia minum parasetamol, 3-4 hari sudah mengalami rangkaian masalah ginjal, masalah organ tubuh dalam sampai dilakukan cuci darah, picu jantung, sampai akhirnya meninggal," ujar Awan.

Penawar tiba setelah meninggal

Belum sembuh dari rasa sakit akibat kehilangan sang buah hati, banyak keluarga yang semakin tersakiti karena obat penawar atau antidote tiba ke tanah air setelah anak mereka tiada.

Awan mengatakan, para korban hanya menjalani pengobatan sampingan, bukan pengobatan utama menggunakan obat-obatan.

Oleh karena itu, betapa kagetnya keluarga korban ketika mengetahui pemerintah mendatangkan obat penawar dari luar negeri.

Apalagi, keluarga korba justru diberi tahu bahwa penyakit yang anak mereka alami adalah penyakit yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Baca juga: TPF BPKN Belum Simpulkan Penyebab Tercemarnya Obat Sirup yang Picu Gagal Ginjal Akut

"Terkejut saja, kok tiba-tiba antidote-nya datang, sebelumnya enggak datang. Ini juga membuat korban ini kecewa banget, kenapa kok sampai terjadi seperti itu?" kata Awan.

"Katanya, kalau korban yang datang ke rumah sakit, komunikasi dengan dokter, ini (penyakit) baru. Tetapi, setelah mereka berjalannya waktu, ada antidote," ujarnya lagi.

Oleh karenanya, ia menilai penyakit ini seolah-olah dibiarkan hingga akhirnya menimbulkan banyak korban.

"Ini yang kita ungkap bersama-sama dengan korban, dari hasil penelusuran itulah korban merasa harus ada upaya yang lebih makanya gugatan dilayangkan," kata Awan.

Baca juga: GASPOL! HARI INI: Nestapa Keluarga Korban Gagal Ginjal, Nyawa Melayang Obat Baru Datang

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

'Golkar Partai Besar, Tidak Bisa Diobok-obok Gibran'

"Golkar Partai Besar, Tidak Bisa Diobok-obok Gibran"

Nasional
Prabowo Ingin Tambah Menteri, Wapres Ma'ruf Amin Ingatkan Pilih yang Profesional

Prabowo Ingin Tambah Menteri, Wapres Ma'ruf Amin Ingatkan Pilih yang Profesional

Nasional
[POPULER NASIONAL] Jokowi Berkelakar Ditanya soal Pindah Parpol | PDI-P Beri Sinyal di Luar Pemerintahan

[POPULER NASIONAL] Jokowi Berkelakar Ditanya soal Pindah Parpol | PDI-P Beri Sinyal di Luar Pemerintahan

Nasional
Prabowo Diharap Tetapkan 2 Syarat Utama Sebelum Tambah Kementerian

Prabowo Diharap Tetapkan 2 Syarat Utama Sebelum Tambah Kementerian

Nasional
Ide Prabowo Tambah Kementerian Sebaiknya Pertimbangkan Urgensi

Ide Prabowo Tambah Kementerian Sebaiknya Pertimbangkan Urgensi

Nasional
Wacana Prabowo Tambah Kementerian Diyakini Bakal Picu Problem

Wacana Prabowo Tambah Kementerian Diyakini Bakal Picu Problem

Nasional
Tinggalkan KPK, Dirut Nonaktif PT Taspen Irit Bicara Sembari Bawa Sate

Tinggalkan KPK, Dirut Nonaktif PT Taspen Irit Bicara Sembari Bawa Sate

Nasional
Tanggal 10 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 10 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

Nasional
Pakar Ungkap 'Gerilya' Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Pakar Ungkap "Gerilya" Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Nasional
Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

Nasional
Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

Nasional
Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

Nasional
'Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit'

"Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit"

Nasional
Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com